Wantimpres RI, Soekarwo, saat wawancara terkait wacana pemerintah untuk impor beras. (mifta/duta.co)

NGAWI | duta.co – Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Soekarwo, bersama Tim Peneliti kajian literasi informasi untuk membangun kabudayaan, lakukan kunjungan kerja di Desa Dempel Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi.

Mantan Gubenur Jatim dua periode tersebut, juga menanggapi pertanyaan tentang rencana pemerintah untuk impor beras, yang saat ini tengah menjadi perhatian publik dan terdengar hingga ke masyarakat petani.

Secara teori dijelaskannya tentang Suplay and Demand (penawaran dan permintaan red) yakni, sebuah teori yang menjelaskan interaksi keberadaan atau ketersediaan produk dan permintaan produk terhadap harga produk.

“Ada rumusnya Suplay dan Demand, dan saat ini jumlah produksi melimpah, bahkan ada kelebihan 5 juta ton seluruh Indonesia hingga akhir bulan Mei 2021,” kata Soekarwo

Menurut Soekarwo, seorang pemimpin dalam menyampaikan sesuatu seharusnya dapat melihat pangsa pasar, karena ekonomi sifatnya psikologis, apalagi saat mendengar impor, pastinya harga gabah akan turun ketika musim panen raya tiba.

“Kita coba cek harga gabah kering panen di Madiun, kisaran Rp3200 – Rp3300 per kilogramnya, sedangkan harga pokok penjualan (HPP) dari pemerintah Rp4200, sehingga petani menjadi rugi,” ungkapnya.

Soekarwo juga menjelaskan antara teori dan fakta Suplay and Demand yang terjadi agar seimbang, diharapkan agar pemerintah segera melakukan intervensi untuk membeli gabah petani di saat panen raya, agar petani tidak merugi.

“Solusinya gabah kering panen atau gabah kering giling harus dibeli pemerintah dengan harga tertinggi sesuai HPP Rp4200, bukan Rp3300, kalau Kabupaten Ngawi informasi harganya sudah sampai Rp3900 per kilogramnya,” pungkas Soekarwo.mif

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry