“Ada teman telephon. Katanya, gandeng Cak Imin, Anies pasti menjadi Capres 2024. Saya balik bertanya: Mau jadi calon atau presiden? Capres saja, belum tentu, apalagi presiden. Yang jelas, Anies sudah masuk sangkar. Tidak butuh sniper untuk menembaknya.”

Oleh H Tjetjep Mohammad Yasien

TIDAK  ada kata ‘kebetulan’ bagi orang beriman. ‘Kebetulan’ hanya milik mereka yang belum mampu membaca ending (takdir) Allah SWT. Saya teringat firmanNya, QS Ali Imran 54. Wamakaru wamakarallah wallahu khairul makirin (Mereka – orang-orang kafir – membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya mereka. Allah sebaik-baik pembalas tipu daya).

Baru saja, saya pulang haji. Ada teman datang, mengajak kembali ke tanah suci. Mestinya ‘capek’. Tetapi, begitu mendengar Anies mengambil Cak Imin sebagai pasangan Cawapres, dengan cara meninggalkan begitu saja Demokrat dan PKS – padahal keduanya lama dalam gerbong yang sama — rasanya ‘deg’ dalam hati. Apalagi, langsung deklarasi.

Akhirnya saya ambil tawaran kembali ke tanah suci. Dalam perjalanan, HP terus menerima pesan WA (WhatsApp). Isinya macam-macam. Ada tulisan atas nama Syahganda: Surya Paloh dan Anies bukan Pengkhianat. Mas Andi Arief menjawabnya: Bukan pengkhianat tetapi, pengecut. Lebih sadis.

Achmad Khozinudin, pengacara ‘paket lengkap’, kritis, jeli dan kaya referensi menulis: Strategi Memanggal Batang, Merobohkan Pohon, Cak Imin Dipenggal, Anies Roboh.

Setuju! Sebagai orang yang paham hukum, analisa Ustad Achmad Khozinudin, itu persis dengan kekhawatiran saya.

Kita lupakan kekecewaan elit Partai Demokrat, meski jelas merupakan pengkhianatan. Begitu juga kekecewaan PKS, yang menyebut masuknya Cak Imin ke KPP, tidak mulus sehingga menyebabkan gesekan di dalam koalisi. Lupakan suasana ‘pahit’ bathin mereka. Kita cermati mafsadah duet Anies-Imin.

Pertama, hilangnya suasana kekompakan Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Hanya NasDem yang menikmati pertemuan Anies-Imin. Padahal, setahun lebih, koalisi itu dibentuk, kini harus berakhir dengan tragis. Masihkah NasDem ‘berani’ mengerek tagline perubahan?  Sementara kita mafhum, NasDem dan PKB adalah partai pemerintah. Jangan kaget, kalau setelah ‘dapat’ Cak Imin, SP langsung lapor Jokowi.

Kedua, kalau koalisi ini terus, suasana bathin PKS dan Demokrat — bukan saja pahit — bisa jadi terkadali. Terutama PKS yang selama ini konsisten di garis oposisi. NasDem (Surya Paloh) dan PKB (Imin) bisa ‘bersenda gurau’, sama-sama pendukung Jokowi. Tetapi, PKS, jelas tolah-toleh.

Ketiga, muncul dugaan kuat, bahwa, NasDem tidak sanggup (lagi) berada di jalur oposisi. Sejak awal, saya sudah ragu, jangan-jangan Surya Paloh ‘patah’ di tengah jalan. Karena belum teruji sebagai oposisi. Hanya PKS yang istiqomah di jalur itu. Itu pun sering sambat: ‘miskin’ amunisi. Tidak semua orang siap miskin, apalagi politisi.

Nah, santer kabar, sejak NasDem deklarasi Anies, bisnis SP tersumbat. Sekjen NasDem masuk penjara. Ini problem tersendiri. Mau buka-bukaan? Apa berani? Menepuk air di dulang. Jadilah dag dig dug. Orang kaya takut miskin, tapi mimpi perubahan untuk Indonesia.

‘Paket Sejuk’

Ini cara jitu mengakhiri kegalauan, menyudahi kesusahan. Caranya? Masukkan Imin sebagai Cawapres Anies Baswedan. Toh tanpa Demokrat dan PKS, kalau nasib baik, Anies-Imin bisa daftar ke KPU. Inilah ‘paket sejuk’ yang bisa menenteramkan Istana. Mengapa?

Pertama, Ustad Khozin menggunakan istilah merobohkan pohon, saya lebih suka menggunakan ‘menembak burung dalam sangkar’. Apa sulitnya. Tidak perlu sniper. Dengan merem (pejam mata) burung akan tersungkur. Itulah posisi Anies Baswedan sekarang.

Impossible kalau SP tidak tahu bahwa Imin dalam bidikan hukum. Jumat, 18 Agustus 2023, KPK menggeledah kantor Kemennaker. Yang diburu (jelas), proyek pengadaan sistem proteksi TKI senilai Rp 20 miliar. Proyek itu terjadi pada tahun 2012.

KPK sudah terang-terangan akan memanggil Menaker saat itu. Berita tempo.co kemarin (Minggu 3 September 2023) menyebut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia tahun 2012 adalah Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Ini belum kasus durian gate, terlalu bau kalau dibuka.

Kedua, masak SP tidak tahu, bahwa sekarang mondar-mandir politisi santri mencari pengganti Cak Imin. Itu sudah berjalan jauh sebelum KPK bergerak. Artinya, duet Anies-Imin ini bisa gagal karena kasus hukum. Apalagi, hukum di negeri ini sudah menjadi alat politik.

Kalau Cak Imin tersangkut hukum, bagaimana nasib Capres Anies? Apakah PKB bisa menggantinya dengan serta merta? Ini pekerjaan tersendiri. Kalau pun bisa, apakah masih untuk Anies Baswedan? Siapa yang bertanggungjawab ini? SP?

Ketiga, apakah dengan Cawapres Cak Imin, otomatis Capres Anies diuntungkan? Nanti dulu. Suara PKB bukan (linier) suara Imin. Banyak teman PKB (mengatakan) merebut kursi DPR RI bukan karena Cak Imin. Belum lagi kalau kita bicara barisan gusdurian, anti Cak imin. Ditambah fakta, bahwa, Pilpres itu berbeda jauh dengan Pileg.

Sata tidak yakin, suara Anies terdongkrak Cawapres Imin. Tidak percaya? Lihat saja 14 Februari 2024 nanti, apakah Anies-Imin sampai finish? Atau sebaliknya, Pemilu yang kita elu-elukan gagal total, karena tidak ada (lagi) opisisi?

Nah, sekarang butuh ‘petunjuk langit’ di tengah kerusakan politik seperti ini. Ingat saya, soal begini ini, Pak Jokowi tak mau gembling (berjudi), spekulasi. Membiarkan Anies ikut Pilpres 2024, tentu, lebih berbahaya. Saya khawatir diselesaikan sebelum perang. Wallahu’alam. (*)

Makkah al-Mukarromah, Senin 4 September 2023

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry