KINERJA POSITIF : (ki-ka) Direktur Utama Semen Gresik, Mukhamad Saifudin, Sekretaris perusahaan Semen Indonesia, Agung Wiharto dan  Direktur Marketing & Supply Chain Semen Indonesia, Adi Munandir memaparkan kinerja perusahaan di hadapan investor pada acara Investor Summit yang digelar di Gedung BEI Surabaya, Rabu (19/9). DUTA/Wiwiek Wulandari

SURABAYA | duta.co – Nilai tukar rupiah (IRD) terhadap dollar Amerika (USD) yang mengalami penurunan membuat banyak pihak mengambil langkah strategis.

Bagi perusahaan semen, kenaikan USD itu membebani biaya produksi, khususnya untuk energi seperti pembelian batu bara yang masih menggunakan USD untuk traksaksinya.

Untuk mengimbanginya, salah satu perusahaan semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk mencoba untuk menggenjot ekspor.

Walau sebenarnya ekspor itu bukan target utama penjualan, namun seiring dengan kondisi penguatan USD dan perubahan kebijakan impor di beberapa negara tujuan, membuat perusahaan dengan kode emiten SMGR ini memanfaatkan kesempatan baik itu.

Sehingga, hingga akhir tahun ini, perusahaan menargetkan bisa mengekspor semen hingga 3 juta ton dengan nilai Rp4,44 triliun.

Direktur Marketing & Supply Chain SMGR, Adi Munandir  mengatakan SMGR akan terus menggenjot penjualan ekspor sebagai langkah untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap USD. Serta untuk memacu utilisasi pabrik dalam negeri.

“Karena saat ini kondisi industri semen dalam negeri sendiri sedang berlebih pasokan hingga 40 persen yang membuat kompetisi menjadi sangat ketat,” katanya.

Adi Munandir membeberkan data itu di ajang Investor Summit yang digelar di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya, Rabu (19/9).

Dijelaskan Adi yang didampingi  Sekretaris perusahaan SMGR, Agung Wiharto dan Direktur Utama Semen Gresik, Mukhamad Saifudin, sepanjang Januari sampai Agustus 2018, melalui pabriknya dalam negeri, SMGR telah mencatatkan penjualan ekspor sebesar 1,99 juta ton.

Jumlah ini mengalami pertumbuhan 42,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 1,39 juta ton.

Keberhasilan pencapaian penjualan ekspor Januari sampai Agustus 2018 diatas  membuktikan bahwa kualitas produk yang dihasilkan pabrik SMGR telah diakui oleh Internasional serta memiliki daya saing tinggi.

Adapun negara tujuan ekspor semen dan klinker SMGR diantaranya adalah Srilanka, Tahiti, Timor Leste, Tonga, Uni Emirat Arab, Yaman, Filipina, China.

Selain negara tersebut SMGR juga mengekspor ke Australia, Austria, Maldives, India dan Bangladesh.

“Untuk lebih meningkatkan penjualan di pasar ekspor, SMGR akan memperkuat jaringan ekspor di negara-negara tujuan serta menjajaki berbagai negara lainnya dan ikut aktif dalam kegiatan misi dagang,” jelas Adi Munandir.

Kondisi Pasar Dalam Negei

Di tengah ketatnya persaingan industri semen di dalam negeri, hingga bulan Agustus 2018, SMGR  mampu mencatatkan kinerja penjualan yang positif.

Volume penjualan mencapai 20,67 juta ton, atau  tumbuh 4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 19,88 juta ton.

Capaian penjualan tersebut terdiri dari penjualan dalam negeri sebesar 16,93 juta ton, ekspor sebesar 1,99 juta ton, serta penjualan dari Thang Long Cement Company  Vietnam (TLCC) sebesar 1,75 juta ton.

Saat ini dinamika industri semen di Indonesia telah mengalami pergeseran dengan masuknya 8 pemain baru sejak 2015, yang mana sebelumnya hanya terdapat 7 produsen semen.

Adanya pemain baru tersebut menyebabkan terjadinya over capacity di Indonesia sebesar 30 juta ton, dimana tingkat utilisasi industri tahun 2017 hanya sebesar 65 persen.

Adi Munandir mengatakan bahwa SMGR terus melakukan berbagai strategi untuk memenangkan persaingan.

Perusahaan melihat adanya potensi perbaikan melalui penguatan fungsi Semen Indonesia sebagai Holding Company.

“Kami tidak lagi memandang bahwa Semen Indonesia terdiri dari 3 perusahaan semen di Indonesia yang terpisah-pisah dan fokus untuk mengoptimalkan kinerja Semen Indonesia secara terkonsolidasi,” tukasnya.

Adi Munandir menambahkan, sejak Januari 2018, seluruh kegiatan pemasaran dan supply chain dipusatkan di Holding Company. Perusahaan memastikan tidak lagi terdapat double brand milik SMGR yang saling bersaing di pasar yang sama.

“Hal ini terjadi sebelumnya di mana kita dapat menemukan brand Semen Gresik dan Semen Padang bersaing di Jakarta, atau Semen Gresik dan Semen Tonasa yang sama-sama dijual di Bali,” jelasnya.

“Kondisi ini akan menambah tekanan persaingan di pasar dan berakibat pada persaingan harga jual,” tukasnya.

SMGR melakukan rerouting atas jalur distribusi yang mampu memberikan biaya transportasi yang paling efisien.

“Kami juga melakukan renegosiasi dengan mitra penyedia jasa transportasi untuk menyesuaikan jenis kontrak seperti apa yang lebih efisien bagi perusahaan,” tuturnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry