GALAKKAN RISET : Dadi Sugiana selaku Senior VP Research and Technology Center (RTC) PT Pertamina (Persero) saat berbicara di acara Forum Ideasi Riset bersama Pertamina di ITS, Selasa (17/12). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Menggalakkan riset terus dilakukan berbagai pihak. Tujuan agar hasil riset dan ide-ide yang muncul bisa dikembangkan, direalisasikan menjadi ide bisnis.

Itu menjadi sebuah tantangan tersendiri. Karena sampai saat ini masih sedikit hasil riset yang bisa dijadikan sebuah bisnis komersial.

Bahkan dikatakan Dadi Sugiana selaku Senior VP Research and Technology Center (RTC)  PT Pertamina (Persero) itu sama halnya anak SMA membuat business plan sebelum lulus atau mahasiswa membuat sebuah makalah.

“Memang banyak hambatan. Itulah kelemahan di Indonesia ini riset belum sepenuhnya link dengan dunia bisnis. Itu terjadi bisa juga karena belum adanya fasilitator bagaimana mempercepat hadil-hasil.riset menjadi bisnis komersil,” ungkapnya di acara Forum Ideasi Riset bersama Pertamina 2019 di ITS, Selasa (17/12).

Diakui Dadi, untuk merealisasikan riset menjadi bisnis memang tidak mudah. Dibutuhkan dana yang tidak sedikit. “Kalau biaya risetnya murah. Tapi kalau sudah masuk ke prototype, model, uji komersial, biayanya menjadi besar. Padahal aspek ekonominya belum terlihat jelas. Jadinya orang enggan untuk masuk ke sana,” tukas Dadi.

Dadi menyontohkan, untuk membuat riset tentang katalis misalnya, dibutuhkan dana Rp 10 miliar. Tapi kalau disuruh bikin pabriknya bisa mencapai USD 100 juta.

Dalam hal ini, kata Dadi, Pertamina berusaha membantu menjawab tantangan riset menjadi sesuatu yang nyata. Apalagi Pertamina di era transisi energi ini menghadapi tantangan besar. Dibutuhkan riset-riset baru agar kemandirian energi bisa terwujud.

“Dulu Indonesia itu menjadi eksportir minyak di tahun 80an. 2018 lalu malah desifit gas and oil hingga USD 12 miliar. Kita butuh riset,” tukasnya.

Karena itu, Pertamina berupaya menggalakkan riset-riset yang terkait dengan bisnis-bisnis yang digeluti Pertamina. Melalui Forum Ideasi Riset Bersama Pertamina panitia menerima proposal sebanyak 255. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya yang jumlahnya 234 proposal.

Proposal yang masuk itu idenya beragam. Ada energi baru terbarukan dan sebagainya. Tapi kebanyakan kata Dadi belum mengarah ke komersialisasi. Kebanyakan proposal masih konseptual.

“Minimal ada prototype 7. Itupun hanya ada 6 proposal. Yang 8 ada satu proposal dan 9 ada satu proposal,” katanya.

Karenanya dari 255 proposal yang masuk, panitia sudah menyeleksinya hingga menjadi 60. Ke-60 proposal itu yang akan maju ke babak selanjutnya untuk mempresentasikan proposal risetnya,” ungkapnya.

Bagi Pertamina,  menggairahkan riset di kalangan akademisi, perguruan tinggi sangat bermanfaat. Terutama dalam menekan anggaran.

Dengan kompetisi seperti ini Pertamina hanya mengeluarkan anggaran USD 4 juta. Tapi kalau dilakukan sendiri bisa berkali-kali lipat. “2019 anggaran riset Pertamina mencapai USD 40 juta,” tandasnya.

Dibandingkan dengan Ideasi Riset Pertamina 2018, tingkat keikutsertaan lembaga pendidikan, lembaga penelitian, dan perorangan pada Ideasi Riset Pertamina 2019 meningkat.  end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry