Dra. Wiwiek Srikandi Shabrie. M.M, Dosen Tetap STIESIA Surabaya (duta.co/dok)

Oleh : Dra. Wiwiek Srikandi Shabrie. M.M, Dosen Tetap STIESIA Surabaya

Pilpres lalu membuahkan pertikaian terbuka yang sarat dengan sentimen kesukuan, ras dan agama yang telah memporak-porandakan kedamaian kehidupan berbangsa. Pemicunya kesenjangan ekonomi dan sosial yang membuka kesenjangan akidah pula.

Ary Ginanjar Agustian, pendiri ESQ Learning Centre ( LC) dalam berbagai kesempatan maupun di media sosial yang dimilikinya kerap mengingatkan bahwa mewujudkan visi Indonesia Emas dimulai dengan membangun jiwa dan raga bangsa seperti yang diamanatkan dalam lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya.

ESQ mengajak bangsa ini kembali fokus membangun jiwa dan raga, apalagi seperti diketahui harga minyak dan gas tidak menentu. Harga sawit jatuh, harga batu bara tidak menentu dan sektor pertanian bermasalah. Sementara sektor-sektor lain juga menghadapi tekanan yang berat.Tapi ada satu kekuatan terakhir Indonesia, yaitu manusia atau masyarakat Indonesia.

Forum Komunikasi Alumni ( FKA) ESQ memiliki sedikitnya 1,7 juta orang yang tersebar di berbagai negara. Ada satu hal yang menjadi satu tujuan dari para alumninya yaitu mewujudkan Indonesia Emas 2020, Visi Indonesia Emas 2030 dan Visi Indonesia Adi Daya 2045. Sangat menarik mencermati tekad ESQ dan para alumninya yang tersebar di seluruh Indonesia maupun mancanegara bahwa Indonesia Emas 2020 dimulai dengan tekad mewujudkan Indonesia berkarakter 2020.

Baik Ary maupun alumninya sepakat semua visi-misi hingga tahun 2045 itu fondasinya adalah apabila pada 2020 yang sudah di depan mata terbangun masyarakat Indonesia yang berkarakter.

Mencermati upaya mewujudkan visi misi yang sudah dicanangkan sejak 9 tahun terakhir seperti dikutip dari bisniswisata.co.id, salah satu media onlines milik alumninya, cara membangkitkan umat adalah dengan membangun jiwa dan raganya untuk berkomitmen pada Allah.  Membuang ego dan belenggu yang merusak persaudaraan dan membuat luka umat dengan berkomitmen dan menyerahkan hasil pada Allah. Oleh sebab itu ESQ bersama para alumninya ingin membantu pemerintah untuk membangun karakter masyarakat bangsa Indonesia.

Sumber daya manusia (SDM) kekuatan dan senjata terakhir Bangsa Indonesia.Pada tahun 2030 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 300 juta jiwa.Sebanyak 80 persennya generasi muda. Jika negara  berhasil menata dan mengoptimalkan generasi muda maka bangsa ini akan bangkit pasca 2030.

Sebaliknya jika generasi muda yang jumlahnya banyak dibiarkan begitu saja, maka bangsa ini akan terpuruk akibat  tidak terkelola dan tertata. Oleh karena itu visi misi Indonesia Emas adalah mengatasi masalah moral dan karakter masyarakatnya.

Ary juga menjelaskan untuk meningkatkan pendapatan per kapita Korea, mereka membangun karakter masyarakatnya.Fokus mereka sebesar 50 persen untuk membangun karakter masyarakat, 25 persen membangun ekonomi dan 25 persen membangun lingkungan. Hasilnya pendapatan per kapita negara itu  naik empat kali lipat dengan cara membangun karakter.

ESQ LC yang menghasilkan alumni hingga angka jutaan memang konsisten mendidik masyarakat secara formal dan informal.Secara non formal, setiap satu bulan mendidik sekitar 10 ribu orang di 100 titik di berbagai daerah.Lewat beragam training yang tujuannya adalah memberikan kepercayaan diri dan memberikan skill kecerdasan emosi dan spiritual, memberi tahu cara menghadapi kehidupan.

Sebab untuk sukses, kecerdasan intelektual ( IQ) hanya berperan 10 sampai 20 persen, sisanya kecerdasan lain yaitu EQ ( emotional quotient) dan SQ ( Spiritual quotient).

Upaya menjaga silaturahim dan membangun jiwa dan raga para alumninya dilakukan lewat berbagai kegiatan termasuk forum-forum seperti bagaimana melakukan transformasi budaya organisasi menuju Indonesia Emas.

Dalam sebuah forum yang menampilkan para alumni yang sukses dibidangnya masing-masing seperti Nurhayati Subakat, CEO/founder Wardah Cosmetic, Lina Liputri, CEO/ founder L’ Essential serta sosok ekonom Anggito Abimanyu, misalnya, selain sudah mengikuti training ESQ dan menjadi alumni, ketiganya adalah sosok  yang paham bagaimana harus membangkitkan jiwa dan raga perusahaan, karyawan maupun umat..

Nurhayati Subakat, CEO, pendiri Wardah Cosmetic pada 1985 kini menjadi perusahaan kosmetik rangking 6 di dunia. Bendera Indonesia berkibar di industri kosmetika dunia berkat Wardah.Saat pabriknya terbakar, keinginan pemilik Wardah untuk bangkit justru karena ingin mempertahankan 100 karyawannya tetap bekerja dan tidak terkena PHK.

Sebagai CEO PT Paragon Technologi & Innovation yang memproduksi Wardah dan brand cosmetic lainnya, Nurhayati mengatakan kunci dalam mewujudkan visi usaha antara lain menerapkan bahwa karyawan adalah bagian dari keluarga.

Strategi lainnya berpegang pada 5 P, yaitu Product, Place, Promotion, Price dan People.Selain 5 P tadi, jangan lupa yang utama justru P lainnya yaitu PERTOLONGAN ALLAH. Nurhayati mengaku mengandalkan DUIT singkatan dari Doa, Usaha, Ikhtiar dan Tawakal, ungkapnya dalam berbagai kesempatan

Sementara Lina Liputri, CEO dan pendiri L’Essential, produk kecantikan perawatan kulit juga membagikan pengalamannya membuat usaha di tahun 2004 karena ingin membantu teman-temannya yang  terkena PHK akibat anak perusahaan kosmetik tempatnya bekerja di merger ke perusahaan induk dan harus ada pengurangan pegawai.

Sebagai orang Riset & Development ( R&D) posisi Lina Liputri aman bahkan banyak perusahaan lain yang meminangnya. Namun seorang dokter yang menjadi rekannya justru mendorongnya buka usaha sendiri dan sekaligus menampung teman-temannya yang  kenaPHK.Pengusaha keturunan China yang menjadi mualaf tahun 2005 ini mengatakan pengalamannya membuktikan bahwa tanpa sempat bermimpi jadi pengusahapun dengan berserah diri dan niat baik maka Allah akan menolong hambanya yang bersungguh-sungguh.

Alumni ESQ dari kalangan yang beragam juga mampu menyoroti kondisi perekonomian saat ini sementara tantangan mewujudkan Indonesia Emas 2020 sudah di depan mata.

Ekonom  Anggito Abimanyu, mengatakan,  salah satu alumni ESQ lainnya mengungkapkan bahwa kesenjangan sosial, ekonomi telah membuat bangsa Indonesia tidak menjadi tuan rumah di negrinya sendiri karena hampir disemua sektor sudah dikuasai pihak asing.

Padahal lanjutnya, piramida ekonomi yang didominasi korporasi besar itu terbukti rentan terhadap krisis. Sementara ekonomi menengah dan kecil itu terbukti tahan gelombang krisis..Kalau menyebut angka kemiskinan maka sejatinya kita menyebut kemiskinan mayoritas umat Islam. Jumlahnya banyak tapi mengalami kesenjangan ekonomi, sosial hingga akidah sehingga pada situasi sekarang ini mudah sekali dibenturkan dalam sentimen kesukuan, ras dan agama..

Anggito yang juga pendiri Koperasi Syariah 212 menambahkan, memutar piramida ekonomi seperti ini bukan pekerjaan kecil, sehingga memerlukan waktu dan kegigihan, bahkan seharusnya ada keberpihakan negara. Karena  kemajuan bangsa juga harus dinikmati umat. Kalau mau menjadi tuan rumah dinegri sendiri perkuat ekonomi rakyat, jadi pengusaha mandiri bukan beli franchaise yang membuat margin keuntungan kecil.

Gerakan beli hasil bangsa sendiri dan pro pada usaha milik bangsa sendiri bila mampu dilakukan secara berjamaah barulah kaum mayoritas ini bisa memiliki perekonomian yang kuat dan Indonesia Sejahtera 2030 bisa terwujud..

Forum Komunikasi Alumni (FKA) ESQ yang terbentuk sejak 16 Mei 2000 silam memang memiliki alumni-alumni dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari usia Taman Kanak-kanak, pelajar, mahasiswa hingga para profesor. Mulai dari PNS, pengusaha, pemimpin daerah, petinggi negara hingga alim ulama yang memiliki visi Indonesia Emas.

Ary Ginanjar dan Forum Komunikasi Alumni ( FKA) ESQ tetap yakin dan percaya bahwa kebangkitan bangsa dan umat akan terjadi, dengan catatan pembangunan karakter bangsa harus terus diperjuangkan tak boleh surut.Karena bagaimana pun, semua permasalahan di keluarga, lembaga, organisasi, perusahaan, berakar pada problema karakter. Apapun posisi, jabatan, dan kedudukan seseorang akan tiada arti tanpa karakter yang baik. Tanpa karakter mulia seorang dengan posisi yang tinggi sekalipun, bisa terpuruk di lubang kehinaan.

Demikian halnya dengan nasib bangsa, baik kemajuan dan kehancuran ditentukan oleh karakter. Untuk itu ESQ sudah menetapkan Visi Misi bersama yaitu pada tahun 2020 mencanangkan Indonesia Emas dengan kebangkitan moral 7 Budi Utama.

Sebagai lembaga pembangunan Sumberdaya Manusia dengan menggabungkan tiga potensi manusia yaitu IQ (Intelligence), EQ (Emotional Quotient) dan SQ (spiritual Quotient) maka dia optimistis ketika masyarakat sudah mengaplikasikan 7 Budi Utama yaitu: Jujur, Tanggung Jawab, Visioner, Kerjasama, Adil, dan Peduli, maka bangsa ini siap memasuki era Indonesia Emas.

ESQ bukan lembaga agama dan politik, akan tetapi bagaikan oksigen yang netral dan tidak berwarna. ESQ merupakan lembaga training independent untuk membangun karakter dan budaya bangsa. Ary optimistis Tahun 2030  akan menjadi Indonesia yang makmur dan sejahtera. Sedangkan 2045 yaitu Indonesia menjadi  sebuah bangsa yang besar, adidaya,  jaya, dan bermartabat. Mampu mewujudkan impian bersama, dan tujuan bangsa serta menciptakan Indonesia emas.

Rasa percaya dan keimanan yang tulus merupakan sebuah jalan keluar bagi setiap permasalahan yang ada, dan keinginan yang belum tercapai.Mewujudkan visi dan misi Indonesia emas adalah salah satunya. Tetap percaya dan yakin kebesaran Allah untuk perubahan karena bukan orang lain yang melakukan, namun keyakinan kita dan kuasa Allah yang akan mewujudkannya. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry