Ratna Ayu RatriWardhani, S.ST., M.T – Dosen D-IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan

LETAK Indonesia yang letak geografis dan geodinamiknya serta merupakan lintasan tiga lempeng aktif yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik menjadikan Indonesia sebagai negara rawan bencana. Bencana di Indonesia bisa mencapai lebih dari 1.000 kali dalam setahun atau sampai 3 kali dalam sehari.

Pada 019, jumlah kejadian bencana di Indonesia mencapai 3.721 kejadian dengan 477 korban jiwa, 109 orang hilang, dan 3.415 orang luka-luka. Dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut beragam, seperti kerusakan rumah, fasilitas kesehatan, fasilitas swasta, dan fasilitas pendidikan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2020).

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan bahwa bencana adalah suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, dan faktor manusia sehingga menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan hidup, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Korban bencana yang selamat akan mengalami dampak psikologis jangka panjang dan mempengaruhi kesejahteraan psikologis saat melakukan aktivitas sehari-hari. Korban bencana alam akan menghadapi permasalahan fisik seperti terganggunya pemenuhan kebutuhan makan dan minum, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

Sedangkan permasalahan psikososial yang dihadapi seperti kehilangan yang mendalam atas meninggalnya anggota keluarga, hilangnya harta benda dan sumber penghidupan yang menimbulkan kesedihan berkepanjangan yang dirasakan oleh korban. Kesiapsiagaan merupakan elemen penting dalam penanganan bencana.

Kesiapsiagaan bencana dapat mengurangi dampak negatif bencana dan dapat memberikan kemudahan dalam mengurangi risiko bencana. Kesiapsiagaan lebih ditekankan pada kemampuan melakukan kegiatan persiapan tanggap darurat secara cepat dan akurat terkait upaya penanggulangan bencana.

Kesiapsiagaan juga berperan penting dalam mengurangi potensi mengganggu kondisi psikologis masyarakat. Hal ini muncul dari keterkejutan mental dan kepanikan ketika tiba-tiba terjadi bencana. Korban bencana beresiko mengalami trauma yang mengakibatkan gangguan stres sebanyak 3,8% dibandingkan peristiwa traumatis lainnya, Mendatudalam.

Namun sikap kesiapsiagaan bencana yang belum sempurna menjadi permasalahan bagi seluruh masyarakat. Kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana di Indonesia belum dapat diantisipasi dengan baik karena kurangnya sosialisasi dari Instansi Pemerintah atau Lembaga Non Pemerintah sehingga memperburuk kondisi masyarakat yang terkena bencana.

Kondisi ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi bencana disebabkan oleh kurangnya upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau pihak lain karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Banyaknya korban jiwa akibat bencana disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kesiapan dalam mengantisipasi bencana yang terjadi.

Potensi sumber daya alam laut yang melimpah dan menarik bagi wisatawan juga menjadi potensi ancaman, karena rawan terhadap bencana. Kawasan bahari dan pesisir merupakan kawasan wisata bahari yang menjadi destinasi atau destinasi wisata utama dalam beberapa tahun terakhir.

Masyarakat lokal yang menjadi pelaku pariwisata mempunyai dampak sosial dan ekonomi yang cukup besar dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang. Namun beberapa kejadian bencana di tempat wisata yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, contohnya kejadian tsunami Gunung Anak Krakatau pada Desember 2018 lalu, menyebabkan jumlah wisatawan menurun drastis.

Penyebab utama menurunnya jumlah wisatawan adalah tidak adanya jaminan keselamatan jika berkunjung ke kawasan ini, hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai sistem peringatan dini, kurangnya pengetahuan masyarakat dalam penanggulangan bencana dan tidak adanya infrastruktur yang menjadi tempat perlindungan ketika terjadi bencana, seperti jalur evakuasi, shelter, dan lain-lain.

Oleh karena itu beberapa hal yang penting untuk dilakukan untuk saat ini yang pertama yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman serta menciptakan budaya wisata yang waspada dan adaptif terhadap ancaman bencana; selanjutnya adalah mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas wisatawan baik secara individu, rumah tangga dan komunitas dalam menghadapi dan menghadapi bencana; dan yang terakhir adalah menyusun rancangan rencana aksi pengurangan risiko bencana di kawasan pariwisata. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry