Bu Winarni , pedagang Kopiyah, Blangkon, dan Udeng di Sidoarjo ceritakan pasang surut usahanya di masa pandemi. (FT/LOETFI)

SIDOARJO | duta.co – Diterpa pandemi Covid-19 yang cukup lama, membuat pelaku usaha maupun pedagang kaki lima (PK5) mengalami penurunan omset yang sangat drastis. Bahkan, tidak sedikit yang kolap (gulung tikar). Namun, kini terpaan virus Covid-19 sudah mulai melandai dan pelaku usaha maupun pedagang harus memulai bangkit lagi.

Salah satunya pedagang Kopiyah Blangkon (sejenis tutup kepala gaya Yogyakarta) dan Udeng ditemui duta, Senin, (13/12/21) di lokasi dagangannya di Perumtas 3 Jimbaran. Bu Winarni (49), warga Perumtas 3, B1, 21 Desa Popoh, Kecamatan Wonoayu, menceritakan pasang surut usahanya.

Diceritakan Winarni, ia sudah 25 tahun berjualan Kopiyah, Blangkon dan Udeng. Mulai di Ampel Masjid Surabaya, hingga di tempat jualannya saat ini.

“Saat pandemi tetap bertahan namun ya sepi pemasukan tidak ada pendapatan, mas. Sepi, sebelum pandemi ramai sehari mencapai 900-1juta. Kini merosot drastis sehari maksimal 200 ribu, itupun tidak tiap hari,” ujar Winarni.

Dengan berjualan Kopiah, Blangkon, Udeng, dirinya turut melestarikan budaya Jawa agar ciri khas Jawa tidak hilang. “Biar tidak punah tergerus jaman, budaya itu harus hidup,” terang ibu tiga orang anak ini.

“Ya kami semua pedagang kecil butuh bantuan modal, mas. Dibantu ya Alhamdulillah, gak dibantu yowes (ya sudah) gimana lagi,” katanya.

Ia pun menceritakan susahnya berjualan saat musim hujan tiba. “Hujan-hujan angina, payung saya sering kali lepas ke sungai semua. Dagangan saya tutup, terpal saya tinggal pulang mas,” ceritanya.

Dirinya berharap, agar pemerintah memperhatikan pedagang kaki lima karena tak banyak yang berdagang sebagai satu-satunya mata pencaharian. “Saya dan suami saya ya mata pencaharian kita berjualan berdua, jualan Kopiah dan Blangkon serta Udeng ini, mas,” tutupnya. (loe)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry