Peneliti Senior SSC, Ikhsan Rosidi saat menyampaikan hasil survei SSC di Surabaya, kamis (13/7/2023).

SURABAYA | duta.co – Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Surabaya Survey Center (SSC) mengenai kecenderungan perilaku pemilih warga kota Surabaya menjelang Pemilu 2024, PDIP muncul sebagai partai yang paling dipilih oleh pemilih di Surabaya dengan elektabiltas tertinggi dan unggul telak dibandingkan partai  besar lain.

Partai berlambang banteng moncong putih tersebut membubuhkan angka elektabilitas sebesar 49,2%, disusul oleh Gerindra dan PKB yang masing-masing membubuhkan angka 8,6% dan 8,2% di urutan kedua dan ketiga.

Jika merujuk urutan perolehan angka tersebut, terlihat bahwa angka elektabiltas PDIP di kota Surabaya leading dengan selisih terlampau jauh dibanding partai Gerinda maupun PKB, pesaing terdekatnya.

Besarnya selisih perolehan angka elektabilitas menurut versi survei SSC ini, meneguhkan juga dominasi elektoral yang kuat PDIP di kota Surabaya.

Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Adi Sutarwijono menyampaikan bahwa kesolidan dan kekompakan para kader merupakan salah satu kunci utama sehingga dalam kinerjanya semakin dirasakan warga masyarakat.

Adi mengatakan, meski hasil survei menempatkan PDIP di posisi jawara, pihaknya tak mau takabur dan kemudian lengah. Hasil survei justru disikapi dengan rendah hati, dan akan memacu semangat lebih besar lagi dalam membersamai masyarakat akar rumput.

“Kami tidak ingin terjebak di zona nyaman dengan hasil survei itu. Justru kami maknai dengan penuh semangat untuk melipatgandakan gerak ke akar rumput seperti  instruksi Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri,” papar Adi yang juga ketua DPRD Kota Surabaya.

Hasil survei yang secara konsisten terus menempatkan posisi PDIP di posisi teratas itu merupakan muara dari besarnya kepercayaan rakyat kepada partai berlambang banteng tersebut.

“Artinya ini adalah buah dari kerja para kader banteng dalam menjalankan arahan Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri untuk terus turun membersamai rakyat. Ketika semua kader selalu turun membantu warga, publik semakin memberikan kepercayaan pada PDI Perjuangan dan Mas Ganjar Pranowo. Kami akan terus menjaga kepercayaan masyarakat,” jelas Adi.

Adi mencontohkan bagaimana di Surabaya para kader terjun ke kampung-kampung untuk membantu masalah pendidikan, kesehatan, sosial, hingga infrastruktur. Kerja gotong royong yang menonjolkan kekompakan kepemimpinan PDIP di Surabaya telah mampu membantu masyarakat luas.

“Di Surabaya, secara konsisten kepemimpinan PDI Perjuangan terus memperkuat kebijakan-kebijakan yang pro wong cilik, seperti pendidikan dan kesehatan gratis, pembangunan pemukiman, infrastruktur lain, penanganan stunting, pengembangan olahraga dan komunitas anak muda, hingga penataan kampung,” ujar Adi.

Dikatakan, PDIP terus memperkuat kerja-kerja kerakyatan yang  dirasakan warga masyarakat. Kehadiran kader-kader banteng di tengah-tengah rakyat, terus dirasakan masyarakat.

“PDI Perjuangan konsisten di jalur politik kerakyatan,” ujar Adi.

Sementara itu, Peneliti Senior SSC, Ikhsan Rosidi mengatakan, kokohnya dominasi angka elektabilitas PDIP di kalangan warga Kota Surabaya ini dapat disebabkan oleh beberapa alasan.

Pertama, menurut persepsi masyarakat Surabaya yang terpotret melalui hasil survei, menunjukkan bahwa mayoritas warga Surabaya menganggap bahwa PDIP adalah partai yang paling identik dengan partai yang memperjuangkan ideologi Bung Karno, proklamator sekaligus Presiden RI pertama.

Sedangkan Bung Karno dianggap sebagai sosok yang melekat kuat dalam benak warga Surabaya, mengingat kehidupan dan perjuangan Bung Karno di masa mudanya di Kota Surabaya.

“Faktor ini menjadi salah satu hal yang membuat PDIP juga kuat merekat di benak masyarakat Surabaya,” terang Ikhsan, Selasa (18/7/2023).

Kedua, adalah faktor keberhasilan kepemimpinan pasangan wali kota dan wakil wali kota di mana dalam tiga periode terakhir selalu dipegang oleh kader-kader PDIP. Sejak era kepemimpinan Bambang DH, dilanjutkan oleh Tri Rismaharini dan sekarang bahkan wali kota dan wakilnya adalah kombinasi kader terbaik PDIP yakni Eri Cahyadi-Armuji.

“Faktor ini secara perlahan namun pasti menyebabkan terjadinya transformasi warna PDIP ke dalam corak manajemen Pemerintahan Kota Surabaya, sehingga lambat laun juga berpengaruh pada meningkatnnya perolehan suara PDI-P sebagai wujud apresiasi warga Surabaya atas keberhasilan tersebut,” jelas Ikhsan.

Ketiga, kepemimpinan PDIP Kota Surabaya yang mampu mengoptimalkan kinerja seluruh bagian mesin partai secara kompak dan sinergis.

Kerja politik PDIP Kota Surabaya ini dapat sepenuhnya diterima oleh masyarakat Surabaya sebagai kerja melalui program-program dan kegiatan yang langsung menyetuh pada jantung problematika kehidupan sehari-hari warga Surabaya dan secara riil buahnya dapat dinikmati oleh masyarakat.

Keempat, lanjut Ikhsan, PDIP Surabaya tampil konsisten sebagai partai yang berhasil mengelola potensi masalah internal di antara kader partai dengan damai sehingga tidak berujung pada lahirnya konflik yang sampai terekspose keluar oleh media dan mengganggu kinerja partai.

“Sebaliknya, beberapa partai lain di Surabaya gerak politiknya justru tertahan akibat disharmoni dan konlik internal,” tandasnya.

Kelima, PDIP berhasil berhasil pula mencetak kader-kader yang rajin turun ke bawah menyapa dan hadir di tengah-tengah masyarakat Surabaya maupun di basis massa konstituennya, baik dalam rangka membaur untuk menyerap berbagai aspirasi dari masyarakat sebagai wujud kepedulian partai kepada masyarakat maupun dalam rangka menjalankan suatu program tertentu.

Keenam, PDIP juga merupakan partai yang secara konsisten dapat menghadirkan simbol-simbol partai berupa alat peraga maupun atribut kampanye, di tengah-tengah masyarakat terus menerus dari waktu ke waktu, sehingga awareness masyarakat terhadap PDI-P juga tetap tinggi bahkan terus meningkat.

Sebagai contoh saat ini hampir tidak ada jengkal ruang publik di kota Surabaya yang tidak didapati baliho, spanduk, dan bendera PDIP.

“Ketujuh, sosok Ganjar Pranowo yang secara resmi diusung oleh PDIP sebagai calon presiden (Capres) untuk Pemilu 2024 nanti, tak dapat dipungkiri membawa dampak signifikan pula, yakni dampak coattail effect untuk elektabilitas PDIP di Kota Surabaya,” jelasnya.

Seperti yang telah terungkap dalam salah satu hasil riset SSC bahwa efek pencalonan Ganjar Pranowo terhadap tingkat keterpilihan PDI-P (coat-tail effect) adalah sebesar 46%, yang berarti bahwa sebanyak 46% pemilih mengaku pasti memilih akan partai yang mengusung capres-cawapres di Pemilu 2024 nanti.

Sebagai informasi, SSC adalah salah satu lembaga survei yang bernaung dibawah Asosiasi Survei Opini Publik Indonesia (ASOPI) dan aktif dalam berbagai kegiatan riset opini publik sejak 16 tahun lalu, tepatnya sejak 7 Juli 2007. Hasil penelitian yang dilakukan oleh SSC ini dilaksanakan dari tanggal 20-30 Juni 2023 di 31 Kecamatan Kota Surabaya.

Sebanyak 1.200 responden dipilih dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,83 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Penentuan responden dalam setiap Kartu Keluarga (KK) dilakukan dengan bantuan kish grid.(*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry