JUARA  PORKOT : Ravi Aditya Putra Setyawan kaos biru saat menerima penghargaan Juara Bulu Tangkis Porkot Kediri (duta.co/Nanang Priyo)

KEDIRI| duta.co -Komitmen Pemerintah Kota Kediri untuk mencetak atlet berprestasi di bidang olahraga melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), digelar Pekan Olahraga Kota (Porkot) Kediri, digelar Tanggal 20 hingga 22 Oktober bertempat di GOR Jayabaya Kota Kediri. Namun pasca acara, menuai protes dari pelatih klub HQ Wijaya, Iwan Teguh Siswanto.

Seharusnya pihak panitia penyelenggara, jelas Iwan, tidak mengikutkan para Juara Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Tingkat Kota Kediri dalam Porkot.

“Jadinya seperti ini rancu, harusnya para juara tidak ikutkan dalam Porkot bila kemudian dilakukan tanding ulang untuk menentukan juara sejati akan disertakan dalam POR SD,” jelasnya saat dikonfirmasi Selasa (23/10), menyikapi permasalahan atas nasib anak asuhnya.

Diketahui bersama, KONI Kota Kediri usai menggelar Porkot diikuti ratusan atlit dengan harapan bisa memunculkan talenta muda yang berpotensi. Penjelasan diterima pihak orang tua atlit, bahwa para juara ini akan diikutkan dalam POR SD Tingkat Jawa Timur digelar di Kabupaten Lumajang. Namun disela – sela acara, terdapat perubahan bahwa akan dipilih juara sejati dengan mempertandingkan Juara Porkot melawan Juara O2SN.

“Seperti cabang olah raga Pencak Silat, meski Juara Porkot kemudian kami tanding ulang melawan Juara O2SN. Ini merupakan kesepakatan, bahwa atlet peserta POR SD se – Jatim ini diambilkan dari Juara O2SN. Kemudian muncul kegiatan Porkot digelar KONI tanpa koordinasi atau pemberitahuan dari kami. Namun akhirnya, ada konsesus dengan para guru olahraga SD, bahwa juara sejati yang diberangkatkan ke POR SD, adalah Juara Porkot melawan Juara O2SN,” jelas Herlin, staf Disbudparpora Pemerintah Kota Kediri, ditunjuk sebagai Penanggung Jawab Atlit POR SD Jatim Tim Kota Kediri.

Tidak terima atas putusan ini, Fitriani (45) orang tua Ravi Aditya Putra Setyawan (9) Siswa SDN Sukorame II Kota Kediri, meraih Juara III Porkot Kediri Cabang Bulu Tangkis, melayangkan protes kepada pihak penyelenggara.

“Saat TM dijelaskan, bila PBSI akan mengambil Juara 1 hingga 3, untuk dikirim ke Lumajang dalam kegiatan POR SD. Namun setelah anak saya menerima hadiah, tiba – tiba aturannya diubah,” jelas Fitri saat dikonfirmasi.

Atas ketidakfairnya pasca kejuaraan ini, mengakibatkan anak keduanya tidak mau sekolah selama 2 hari, bahkan badannya menjadi demam. Ravi pun mengaku tidak mau lagi berlatih bulu tangkis dan memilih menangis di dalam kamar tidurnya.

“Siapa yang susah? Tetap orang tua. Kita berharap anak berprestasi tapi kenyataannya anak saya keadaan sakit nekat ikut seleksi untuk penentuan lolos POR SD usai bertanding di Porkot,” terangnya. (nng)

 

 

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry