SURABAYA | duta.co – Para arsitek masjid harus menyamakan konsep tipologi untuk mendesain masjid. Hal tersebut penting dilakukan walau arsitek memiliki kewenangan untuk mendesain.
Ketua I Yayasan Manarul Ilmi Institut Teknologi 10 Nopember (YMI ITS), Adi Dharma mengatakan konsep dasar desain sebuah massjid itu seperti tata letak sebuah masjid, tipologi kubah, menara, kiblatnya dan lainnya.
Penyamaan konsep ini khususnya diperluk i an bagi arsitek yang akan memberikan hibah desain masjidnya.
“Penataan tempat wudhu yang harus terpisah antara perempuan dan laki-laki, bentuk kubah yang harus lancip ada juga yang tidak harus berbentuk lancip. Penyamaan seperti itu yang perlu didiskusikan,” ujarnya dalam sebuah webinar Mendefinisikan Arsitektur Masjid Yang Nirdefinisi yang digelar Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Timur, Jumat (17/7/2020) lalu.
Arsitek sekaligus Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Eng Bambang Setia Budi dalam kesempatan yang sama mengatakan konsep masjid pada zaman dahulu sanbgat komplek.
Zaman dulu masjid digunakan sebagai tempat banak aktivitas Mulai dari ibadah, pendidikan hingga pertemuan serta menampung orang yang tidak punya rumah.
“Seperti Masjid Al Akbar di Surabaya yang dijadikan tempat berkumpulnya manusia yang kompleks, dipakai ibadah, pendidikan, pernikahan hingga diskusi kajian islam,” ujarnya.
Menurutnya aktivitas kompleks ini yang membedakan aktivitas masjid dengan mushala. Karena mushala hanya digunakan untuk ibadah.
Ketua YMI ITS, Tryanto mengatakan ajang ini digelar terkait dasar bangunan masjid sebagai tindak lanjut nota kesepahaman (MoU) sejumlah arsitek untuk memberikan hibah desain masjid.
Selain itu tema desain masjid diambil karena banyaknya masjid di Indonesia hingga 80.000 lebih. Hal ini menunjukkan keinginan masyarakat dalam membangun masjid cukup besar.
“Untuk itu, menyikapi hal ini YMI berinisiatif dan berkolaborasi dalam mendesain masjid dan segala hal terkait desain masjid,” ujarnya. end
