Duet AMIN belum menjamin ketertarikan warga nahdliyin. Terbukti, hasil survey masih menunjukkan Prabowo sangat kuat di kalangan warga NU. Bahkan di pemilih PKB sekalipun.
Oleh Idham Cholid

ADA prediksi menarik Pilpres 2024. Melihat gelagatnya, ada yang berani menebak hanya ada dua poros. Siapa lawan siapa? Waallhu’alam. Yang jelas, sampai pendaftaran Capres-Cawapres yang telah ditetapkan KPU, 19-25 Oktober, sejumlah skenario mulai terkuak. Selain kalkulasi dua poros, ada juga yang menebak, satu pros. Kok bisa?

Pertama, skenario dua poros (I). Yaitu, poros gabungan Prabowo-Ganjar versus poros Anies-Muhaimin (Amin). Berbagai alasan menempatkan Prabowo sebagai Capres dan Ganjar sebagai Cawapres, ini karena Prabowo pernah menjadi Cawapresnya Ketum PDIP pada 2009.

Dua kali Prabowo sebagai Capres (2014 dan 2019). Artinya Prabowo berpengalaman. Di sisi lain, menarik, perlunya “politik belas kasihan”. Bahwa Prabowo perlu diberi kesempatan.

Presiden Jokowi juga pernah menyampaikan, 2024 jatahnya Prabowo! Konon, juga ada perjanjian Batutulis bahwa setelah Prabowo menjadi Cawapres pada 2009, Ketum PDIP selanjutnya akan mendukung dia sebagai Capres.

Wacana menduetkan Prabowo-Ganjar, di internal PDIP sendiri, sebenarnya bisa saja terjadi. Tidak saja di kalangan elite seperti Puan Maharani, misalnya. Sejumlah teman PDIP yang berpengaruh di bawah, hanya menjawab dengan kata kunci: “untuk kepentingan bangsa dan negara, kami selalu menerima.”

Lalu, bagaimana jika dibalik Ganjar-Prabowo? Tentu koalisi pendukung Prabowo sangat berkeberatan. Di sini ada banyak partai. Kita tahu, Koalisi Indonesia Maju (KIM) juga telah menerima Demokrat.

Namun, bagaimanapun komposisinya, dengan dua poros itu? Tentu, jika ini yang terjadi sangat menguntungkan bagi pasangan Amin. Mereka bisa mengkapitalisasi ‘kekuatan’ NU, merasa satu-satunya yang paling NU, dlsb.

Meskipun itu juga belum menjamin ketertarikan warga nahdliyin. Terbukti, hasil survey masih menunjukkan Prabowo sangat kuat di kalangan warga NU. Bahkan di pemilih PKB sekalipun.

Kedua, skenario dua poros (2). Seperti disampaikan Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno. Ia menilai koalisi Anies dan Muhaimin atau AMIN akan bubar jalan sehingga hanya koalisi Ganjar Pranowo versus Prabowo Subianto dalam kontestasi 2024.

Sementara, politisi PDIP Deddy Sitorus menilai yang paling menginginkan terjadinya dua poros di Pilpres 2024 ialah PKB. Memang isu dua poros itu muncul dari elit PKB, Waketum PKB Jazilul Fawaid.

Menurut Deddy karena isu muncul dari PKB, maka yang paling mungkin untuk membuat jadi dua poros, ya PKB. Apalagi partai ini punya pengalaman lompat sana, lompat sini. “Bisa jadi itu (wacana PKB) itu lampu sein, mau belok ke kiri tapi kanan. Jadi yang paling mungkin bikin dua poros kalau menurut saya PKB,” ungkapnya.

Lebih lanjut, kata dia, NasDem tidak mungkin meninggalkan bakal capres Anies Baswedan untuk membuat dua poros. Menurutnya, kemungkinan besar itu terjadi di PKB.

Ketiga, skenario satu poros saja. Bahwa duet Prabowo-Ganjar akan melenggang sendiri sebagai paslon tunggal. Karena satu dan lain hal, koalisi Amin gulung tikar. PKB balik kanan mendukung Prabowo, misalnya. Dengan begitu praktis, tinggal NasDem dan PKS yang tak mungkin memenuhi Presidential Threshold (PT). Atau, NasDem berubah haluan. Tentu, hanya PKB dan PKS juga tak cukup syarat.

Mungkinkah paslon tunggal? Dalam Pilkada sudah beberapa kali dan di beberapa tempat terjadi. Kita belum paham, bagaimana aturannya jika Pilpres dengan paslon tunggal. Yang jelas, pelbagai kemungkinan masih bisa terjadi dalam satu bulan ke depan. Kita lihat saja. (*)

Idham Cholid adalah Ketua Umum Jamaah Yasinan Nusantara (Jayanusa)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry