DIKUKUHKAN : Prof. Luchman Hakim, S.Si, M.Agr, Sc, PhD dan serta Prof. Dr. Drs. Warsito, MS. usai pengukuhan. (duta.co/dedik ahmad)

MALANG | duta.co  – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan dua guru besar dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Rabu (4/12). Keduanya adalah Prof. Luchman Hakim, S.Si, M.Agr, Sc, PhD dan serta Prof. Dr. Drs. Warsito, MS.

Saat ini, Prof. Luchman merupakan guru besar yang sedang mengangkat penelitian berbasis Ilmu Manajemen Lingkungan berjudul “Penguatan Aspek Lingkungan dalam Industri Wisata Alam di Indonesia yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan”.

Sedangkan Prof. Warsito melakukan penelitian yang berkaitan bidang Ilmu Kimia Organik dengan mengambil judul ” Potensi Minyak Atsiri sebagai Bahan Baku Obat dan Sintesis Obat untuk Mendukung Program Kemandirian Obat Nasional”.

Prof Luchman mengungkapkan jika penelitiannya dilatar belakangi meningkatnya minat wisatawan untuk mengunjungi daerah-daerah yang masih terkesan alami di wilayah Indonesia.  Sumber daya alam merupakan memiliki peran strategis dalam pembangunan pariwisata nasional.

“Pengembangan pariwisata dalam industri wisata alam tidak boleh mengabaikan aspek lingkungan. Perlunya pengelolaan destinasi wisata dengan dasar pengetahuan khususnya keilmuan ekologi serta biologi konservasi,” Jelasnya .

Ia menambahkan jika destinasi wisata merupakan entitas ekosistem, perlunya dukungan pendanaan, penguasaan IPTEK serta teknologi bidang hayati oleh pihak akademisi maupun pemerintah agar dapat bersaing secara berkelanjutan.

“Tentunya dengan hadirnya perubahan dan perbaikan ekonomi, sosial dan pendidikan akan memberikan peran besar bagi para pengunjung yang datang ke tempat-tempat wisata di Indonesia,” ungkapnya.

Sedangkan, Prof Warsito dalam paparannya mengenai bidang Ilmu Kimia Organik menyampaikan jika Indonesia saat ini sedang berada masa bonus demografi yang memberikan perubahan dan pengaruh pada pola makan. Seringnya mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi akan lemak dibandingkan konsumsi sayur dan buah-buahan membuat jumlah penderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung, stroke dan gagal ginjal semakin meningkat.

“Maka dari itu, perlu adanya penyediaan kebutuhan obat yang memadai secara kualitas dan kuantitas. Namun sayangnya kebutuhan tersebut belum bisa sepenuhnya diakomodir pemerintah mengingat ketidaksiapan industri kimia dalam menyediakan bahan baku obat, belum  adanya dukungan teknologi sintesis dan permunian obat, hingga pemanfaatan SDA yang masih terbatas.”

 Solusi penggunaan minyak atsiri sebagai zat alami yang diekstrak dari tanaman aromatik memiliki efek biologis, seperti ativitas anti-oksidan dan anti-inflamasi sehingga minyak ini telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional.

“Minyak atsiri juga mampu meningkatkan keseimbangan lipid, fungsi hati, fungsi endotel, meningkatan relaksasi vaskular dan menghambat perkembangan diabetes,” tambahnya.

Minyak atsiri juga memiliki kandungan senyawa mayor dengan struktur kimia unik, yaitu memiliki lebih dari satu pusat reaksi yang dapat direkayasa menjadi berbagai senyawa turunannya yang berkhasiat sebagai obat. Dengan keanekaragaman ekosistem di Indonesia dapat menghasilkan beragam jenis dan genetik sumber daya hayati. Biodiversitas minyak atsiri telah dikenal dunia, mulai dari rempah, mikroganggang, herbal, tanaman budidaya hingga tanaman kayu dan non kayu.

“Untuk meningkatkan value dari minyak atsiri yang berkualitas tinggi, diperlukan pengembangan benefit baik sebagai bahan baku maupun komponen tunggal dari bahan sintesis obat baru dengan proses yang efektif dan efisien,” pungkasnya. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry