PENGARAHAN. Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari bersama kepala OPD saat memberikan pengarahan pada Musrenbang Kelurahan Kauman. (DUTA.CO/YUSUF W)

MOJOKERTO | duta.co – Alun-Alun Kota Mojokerto sudah menjadi tempat rekreasi atau sekedar tempat refreshing yang murah bagi warga kota Mojokerto dan sekitarnya. Cukup dengan membayar uang parkir untuk kendaraan, maka bebas untuk bermain di area alun-alun yang cukup luas.

Setelah beberapa kali bersolek, alun-alun Kota Mojokerto kini semakin cantik. Ditambah lagi taman bermain dan tugu sebagai ikon Kota Mojokerto, maka akan lebih banyak lagi yang berkunjung ke alun-alun Kota Mojokerto.

Sementara itu, warga kelurahan Kauman berada persis di sekitar alun-alun Kota Mojokerto. Untuk itu, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari meminta agar warga kelurahan Kauman turut serta menjaga kebersihan alun-alun sebagai destinasi wisata.

Permintaan tersebut disampaikan wali kota saat membuka Musrenbang Kelurahan Kauman, kecamatan Prajuritkulon. Juga hadir dalam acara tersebut, antara lain Kepala Bapedalitbang Agung Moeljono, Kepala DPUPRPRKP Mashudi, Camat Prajuritkulon M Hekamarta Fanani S.TTP MSi, dan Lurah Kauman Bagio Utomo SPd.

“Kalau berbicara tentang pariwisata, jangan sampai kotor atau kumuh, biar orang tidak kapok datang ke sini lagi. Ketika kotor, kumuh, orang akan malas datang ke sini,” ujar wali kota yang akrab disapa Ning Ita ini.

Nibg Ita menegaskan jika Kota Mojokerto mendatang akan tumbuh menjadi kota pariwisata. Sehingga, diharapkan tidak hanya infrastruktur fisik objek wisata, oleh-oleh khas UMKM, serta akomodasi memadai yang menjadi daya tarik wisatawan, melainkan juga kondisi Kota Mojokerto yang bersih dan nyaman.

Terkait pengelolaan sampah, Ning Ita mengajak masyarakat untuk kembali aktif dalam program Bayar Pajak Pakai Sampah di Kota Mojokerto (Bapak Samerto). Melalui program tersebut, warga dapat menyetorkan sampah non organik yang telah dipilah ke bank sampah di masing-masing lingkungan. Hasil penjualan sampah tersebut nantinya digunakan untuk membayar PBB-P2.

“Sementara untuk sampah organiknya, bisa dimanfaatkan seperti yang dilakukan Kelurahan Prajurit Kulon, yang kemarin baru mendapat apresiasi tingkat nasional dari kementrian, IGA Awards 2022,” ungkap Ning Ita.

Inovasi oleh Kelurahan Pajurit Kulon tersebut adalah Gempa Genting (Segenggam Sampah Gawe Stunting). Melalui inovasi ini, sampah organik yang dihasilkan rumah tangga tidak berakhir percuma di TPA, melainkan pakan ulat maggot. Lalu ulat maggot digunakan untuk pakan ikan yang dibudidayakan. Hasil panen budidaya ikan nantinya dibagikan ke warga stunting. (ywd)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry