MAKKAH | duta.co — Belum hilang dalam ingatan kita tentang tragedi First Travel yang merugikan ribuan jamaah umroh dengan total kerugian miliaran rupiah, kini muncul lagi travel yang tidak bertanggung jawab.

Sebanyak 42 jamaah umroh asal Situbondo dan Madura yang diberangkatkan Travel Panglima Ekspres Surabaya, saat ini terkatung-katung nasibnya di Makkah, karena belum mengantongi tiket pulang kembali ke tanah air.

Sementara pemerintah Saudi memberi deadline hingga tanggal 15 Maret, semua jamaah umroh harus meninggalkan Makkah dan Madinah.

Atas kejadian yang tidak mengenakkan itu, mereka melapor ke Duta Besar RI untuk Saudi, Agus Maftuh Abegebriel. “Kami harus membayar biaya hotel sendiri melalui uang yang dikembalikan pihak travel,” jelas Nur Ainiyah kepada duta.co, Kamis (12/3/2020).

Harus ada jalan keluar. Karenanya, Nur Ainiyah mengambil inisiatif melaporkan travel yang beralamat di Surabaya itu, karena sudah tidak ada jalan lain untuk kembali ke tanah air.

“Kami memilih melaporkan Travel Panglima Ekspres karena sudah tidak ada jalan lain. Permohonan kami agar disediakan tiket sesuai jadwal kepulangan, tidak digubris,” jelas Nur Ainiyah.

Sementara itu, koordinator jamaah Fahmi dalam keterangannya pada media mengatakan, sebanyak 42 jamaah yang diberangkatkan Travel Panglima Ekspres itu, semula tidak ada masalah.

Dengan menggunakan Masakapai Air Asia mereka berangkat menuju Madinah. Akan tetapi dua hari kemudian Travel Panglima Ekspres melalui Muhibbin Billah menyampaikan bahwa kepulangan jamaah akan dipercepat.

Kesepakatan awal, pihak travel akan memulangkan para jamaah pada tanggal 14 Maret, namun secara sepihak pemulangan dipercepat tanggal 7 Maret, dengan alasan penerbangan terakhir masakapai Air Asia Jeddah-Jakarta terakhir tanggal 7 Maret.

Bekal Semakin Menipis

Menurut pria yang biasa dipanggil Gus Fahmi ini, seharusnya Panglima Ekspres mencarikan maskapai pengganti agar kepulangan jamaah tetap sesuai jadwal dan kesepakatan. Sehingga tidak menelantarkan begitu saja jamaah asal Situbondo dan Madura tersebut.

“Mestinya Pak Muhibbin bukan meminta kami pulang tanggal 7 Maret, akan tetapi dia mencarikan maskapai pengganti agar kami tetap pulang tanggal 14 Maret. Karena kejadian seperti itu juga terjadi pada jamaah travel lain dan travel lain tersebut langsung mencarikan penerbangan pengganti,” tambahnya.

Fahmi berharap Travel Panglima Ekspres bertanggung jawab memulangkan 42 jamaah tersebut. Jika tidak para jamaah terancam terkatung-katung di Makkah. Sementara bekal, menurut Fahmi sudah semakin menipis.

“Kami tidak punya cara lain kecuali bergantung pada travel untuk memulangkan kami. Jika tidak kami akan mendatangi kantor konsul Jenderal RI di Makkah untuk mendapatkan perlindungan karena mulai hari ini, kami sudah harus meninggalkan Makkah,” pungkas Fahmi. (mky/rls)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry