PAPARAN :  (ki-ka) Direktur Group Riset LPS Herman Saheruddin dan Sekretaris Lembaga LPS, Dimas Yuliharto dalam Workshop Media Jawa Timur di Surabaya 6-8 Oktober 2022 (dok/duta)

SURABAYA | duta.co – Resesi global yang diprediksi bisa merembet ke Indonesia dampak perang Ukarina-Rusia mengancam semua Negara. Dan pemerintah sudah mewanti-wanti mengenai ancaman resesi global yang tahun depan. Namun, industri perbankan dinilai masih menyimpan optimisme pada 2023.  Dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan situasi seperti krisis 2008 tak akan terjadi kondisi makro dan mikro Indonesia yang lebih baik .

Seperti dikatakan Direktur Group Riset LPS, Herman Saheruddin risiko krisis global memang tetap harus diwaspadai. Namun, hal tersebut bukan berarti seluruh masyarakat Indonesia harus tetap waspadai dengan kondisi selama periode 2023.

“Kalau masyarakat malah menganggap bahwa resesi global adalah sinyal untuk berhenti ekspansi dan berhemat, efeknya bakal menjadi bumerang,’’ kata Herman Saheruddin dalam Media Workshop LPS 6-8 Oktober di Surabaya.

Herman Saheruddin menambahkan saat ini, penyokong ekonomi Indonesia diakui sudah sehat dan kokoh. Termasuk, industri perbankan yang menjadi perhatian dari LPS. Dia menunjukkan bahwa angka Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan per Agustus sudah mencapai 25,6 persen. Itu artinya, dana cadangan perbankan yang disiapkan untuk lebih dari standar minimal yakni 8 persen.

Dari segi likuiditas pun, perbankan nasional juga mempunyai kinerja yang baik. Per Juli 2022, pihaknya mencatat bahwa rasio loan to deposit ratio (LDR) berada di angka 81,43 persen. Artinya, sebagian besar dana yang didapat simpanan sudah disalurkan menjadi kredit.

’’Ini artinya, bank di Indonesia punya dana darurat yang cukup dan likuid. Dua hal yang menjadi syarat utama bank sehat,’’ jelasnya.

Dengan kondisi tersebut, dia yakin bahwa tidak ada perbankan yang bakal masuk ke zona ‘’otopsi’’ LPS selama setahun ke depan. Bahkan, pihaknya juga sama sekalli tidak menangani kasus selama 2022. Padahal, tahun lalu pihaknya memproses delapan kasus likuidasi bank perkreditan rakyat (BPR). Setengahnya merupakan BPR yang berasal dari Provinsi Jawa Timur.

Pertimbangan lain yang membuat pihaknya yakin bank tak bakal sakit hingga tahun depan, adalah penyebab krisis global saat ini. Saat 2008, perbankan memang banyak terpengaruh karena krisis ekonomi dipicu oleh runtuhnya industri keuangan di AS. Hal tersebut membuat arus keuangan di perbankan di indonesia pun ikut kering.

“Perlu diketahui, sebagian ekonomi Indonesia saat ini didorong dari konsumsi lokal. Jadi, selama masyarakat masih keluar dan belanja, seharusnya ekonomi Indonesia tak akan terseret resesi global,’’ jelasnya.

Fungsi dan Peran LPS

LPS menilai masih ada masyarakat yang belum mengetahui peran dan fungsi LPS. Berangkat dari hal tersebut, LPS secara intens terus mensosialisasikan peran dan fungsinya, sesuai amanat UU No 24 Tahun 2004, untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan dengan fungsinya sebagai otoritas penjamin simpanan.

“LPS hadir sebagai respon atas penguatan sistem perbankan pasca krisis tahun 1997/1998, pada krisis tahun 1997/1998, sebelum ada LPS pemerintah mengeluarkan ratusan triliun untuk menangani krisis keuangan dan perbankan, namun pada saat krisis tahun 2008, pemerintah mengeluarkan Rp 3,5 triliun. Disitulah peran dan fungsi LPS dipandang sangat penting,” ujar Sekretaris Lembaga LPS, Dimas Yuliharto kepada insan media se-Jawa Timur, di Surabaya, Kamis (06/10/2022).

Seiring waktu dan dinamika yang terjadi, karena peran dan fungsinya yang semakin strategis, dengan disahkannya UU PPKSK No 9 Tahun 2016 terkait mandat baru LPS sebagai risk minimizer dan UU No. 2/2020 dan PP No 33/2020, dalam rangka penanganan pandemi COVID-19; dan/atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau SSK. LPS mendapat mandat baru. Artinya tidak hanya memiliki mandat di belakang sebagai penjamin simpanan (pay box), namun juga mandat lebih luas termasuk early involvement atau early access dalam penanganan bank bermasalah.

Dalam paparannya, Dimas mengatakan semua Bank yang beroperasi di wilayah Indonesia adalah peserta penjaminan LPS. Dari data Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) total Bank sebanyak 1.725 dengan rincian  107 Bank Umum (95 Bank Konvensional  dan 12 Bank Syariah) dan BPR sebanyak 1618 (1453 BPR Konvensional dan 165 BPR Syariah). LPS menjamin simpanan  nasabah bank yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Dimas pun terus menghimbau kepada masyarakat untuk memahami persyaratan penjaminan, agar simpanan atau tabungan masyarakat memenuhi kriteria simpanan layak bayar. Syarat tersebut dikenal dengan istilah 3T , T pertama yaitu Tercatat pada pembukuan Bank, kedua Tingkat bunga simpanan tidak melebihi bunga penjaminan LPS, dan ketiga Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank.

LPS sejak tahun 2005 sampai Agustus 2022, telah membayarkan klaim simpanan senilai Rp1.413 triliun, atau sekitar 96,84% dari simpanan yang layak bayar. Artinya, LPS benar-benar melaksanakan amanatnya untuk menjaga simpanan nasabah serta menjadi bukti bahwa simpanan nasabah aman dijamin oleh LPS.

Tips Agar Tabungan Aman di Bank

 LPS secara intens terus berupaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Terkini, LPS kembali menggandeng insan media se-Jawa Timur di acara Workshop Media Jawa Timur di Surabaya 6-8 Oktober 2022 ini.  LPS mensosialisasikan peran dan fungsi LPS, sekaligus berbagi tips agar tabungan masyarakat aman di bank.

“Bagi kita sebagai nasabah, yang patut diwaspadai adalah adanya pihak yang tidak bertanggung jawab dengan modus social engineering. Pertahanan kita dari modus ini, beberapa tipsnya ialah apabila ada pihak siapapun itu yang meminta PIN kita dengan alasan apapun, jangan kita pernah diberikan. Jika kita memiliki kartu debit atau kartu kredit juga jangan pernah memberikan tiga nomor di belakangnya, yaitu CVV atau Card Verification Value,” ujar Direktur Group Riset LPS Herman Saheruddin kepada insan media yang hadir, Jumat (07/10/2022).

Ia menambahkan, jika terdapat permasalahan di bank, maka pihak bank tidak akan sampai meminta informasi seperti PIN. Akan lebih aman jika nasabah langsung mendatangi bank bersangkutan untuk mengonfirmasi.

“Intinya bank itu tidak akan menutup akun tanpa persetujuan kita. Untuk memastikannya, kita dapat datang ke bank atau menelepon call center bank yang resmi. Nasabah jangan percaya begitu saja jika ada yang menghubungi lewat telepon atau media komunikasi lainnya.

Selain dari sisi nasabah, tentu saja bank juga terus didorong oleh regulator untuk terus memperkuat sistem IT-nya secara berkala dengan memperkuat sistem cyber security-nya,” tambahnya.

Kemudian, lanjut Herman, untuk membantu masyarakat agar tidak lagi menjadi korban penipuan, yang perlu dilakukan antara regulator bersama dengan insan media adalah terus mengedukasi dan juga memberikan informasi seperti misalnya tips menabung aman dan lain sebagainya.

“Kami sebagai regulator juga tidak bisa berjalan sendiri untuk meningkatkan literasi keuangan di masyarakat, besar harapan kami kepada insan media untuk bersama-sama memberikan informasi mengenai hal ini kepada masyarakat. Acara semacam ini (workshop media) perlu untuk terus dilakukan, karena meningkatkan literasi keuangan masyarakat adalah tugas besar kita,” jelasnya.

Dalam kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh LPS tersebut, juga dipaparkan mengenai berbagai tantangan bagi perekonomian nasional ke depan, antara lain kenaikan inflasi global, kenaikan harga energi, perlambatan beberapa ekonomi utama dunia seperti Amerika Serikat dan Eropa, serta kenaikan bunga secara global. Namun demikian, ekonomi Indonesia masih akan terus melanjutkan pemulihan.

“Kita perlu tetap optimis, oleh karena konsumsi domestik masih stabil. Di sisi inflasi, kita juga jangan hanya melihat sebagai angka, tetapi seberapa besar daya beli masyarakat dapat dijaga. Selama Indonesia bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik, maka jangan terlalu khawatir bahwa ekonomi nasional akan terdampak parah,” pungkasnya. imm

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry