KRITIS. Lahan sampah di Kota Mojokerto sudah sangat kritis, sehingga perlu dilakukan perluasan secepatnya.

MOJOKERTO | duta.co – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan Kota Mojokerto sudah kehabisan lahan, bahkan boleh dibilang kritis. Sedangkan untuk penambahan lahan masih membutuhkan proses yang cukup panjang.

“Sudah ada persetujuan dari pemilik lahan untuk melakukan ruislag atau tukar guling lahan yang ada di sebelah barat TPA dengan lahan milik Pemkot Mojokerto yang ada di Gunung Gedangan sebagai upaya penambahan lahan TPA,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mojokerto Bambang Mujiono ditemui di kantornya jalan Raden Wijaya, Kamis (1/12/2022).

Hanya saja, lanjutnya, setelah dilakukan appraisal dan penilaian oleh Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP), tanah milik Pemkot yang luasnya 0,9 hektare nilainya Rp 5 miliar. Sedangkan tanah yang dituju dengan luas 3,4 hektare dinilai Rp 15 miliar. “Jadi, kita kekurangan Rp 10 miliar,” imbuhnya.

Malangnya, untuk menambah kekurangan uang sebesar Rp 10 miliar, Pemkot tidak punya uang. Akhirnya, disepakati untuk menambah kekurangan dengan aset Pemkot yang ada di Kedundung.

“Sudah dilakukan permohonan appraisal kepada KJPP untuk aset yang di Kedundung. Selain itu ada permintaan dari Kejaksaan sebagai pendamping agar penilaian yang digelar KJPP lebih detail. Saat ini masih dalam proses appraisal,” tuturnya.

Menurutnya, lahan TPA Randegan yang tersisa sudah sangat sempit. Sehingga dibutuhkan segera penambahan lahan. “Lahan yang ada hanya cukup untuk beberapa bulan ke depan,” katanya.

Sampah yang dihasilkan masyarakat kota Mojokerto sekitar 60 ton lebih per hari. Beberapa upaya mengurangi sampah sudah dilakukan DLH bersama masyarakat.

Di antaranya program adiwiyata di sekolah-sekolah dan bank sampah di masyarakat. “Di sekolah-sekolah ada kegiatan membuat kompos dan daur ulang sampah kering seperti membuat pot dari sampah plastik,” katanya.

Kegiatan lainnya di masyarakat, dengan berternak maggot. “Di kelurahan Prajuritkulon, masyarakat berternak manggot berkerjasama dengan Dinas Pertanian, dan hasilnya untuk bayi dan anak stunting,” katanya, seraya menjelaskan, manggot diberi pakan sampah, manggot untuk pakan ternak, dan hasil ternak diberikan secara gratis kepada penderita stunting.

Bukan itu saja, dalam rangka mengurangi sampah, pengelolaan sampah di TPA dilakukan pembuatan kompos yang hasilnya dibagikan ke masyarakat. Selain itu, juga ada kegiatan pemulung. “Dari semua upaya tersebut, telah mampu mengurangi sampah sebesar 20 persen,” tandasnya.

Selain itu, sampah di TPA dimanfaatkan untuk pembuatan air lindungi dan gas. “Pengelolaan sama di kota Mojokerto sudah sangat tinggi, yakni mencapai 98 persen. Sisan yang 2 persen adalah sampah yang dibuang sembarangan,” pungkasnya. (ywd)