PRODUK KEKINIAN : Gubernur Jawa Timur Khofifah tertawa membaca merek DUDA, makanan ringan yang dibuat salah satu pondok pesantren yang dipajang di OPOP Mart di Unusa, Kamis 927/2/2020) sore. Khofifah datang ke OPOP Mart didampingi Direktur OPOP Training Center, Mohammad Ghofirin (kanan) dan Wakil Rektort 1 Unusa, Prof Kacung Marijan. DUTA/endang

Gubernur Khofifah Resmikan OPOP Mart

Program prestisius Pemerintah Provinsi Jawa Timur yakni One Pesantren One Product (OPOP) terus bergerilya membangun jaringan dan mengembangkan diri. Banyak hal yang akan terus dikembangkan sehingga pondok pesantren, santri dan para alumni pesantren yang ada di Jawa Timur ini bisa terus menghasilkan produk berkualitas, terutama makanan dan minuman (mamin).

—-

OPOP Training Center yang ada di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), semakin menunjukkan eksistensinya. Tidak hanya menjadi pusat pelatihan, di Unusa kini memiliki showroom mini yang diberinama OPOP Mart.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah meresmikan OPOP Mart itu, Kamis (27/2/2020). Didampingi Wakil Rektor 1 Prof Kacung Marijan, Wakil Rektor 2 drg Umi Hanik dan Direktur OPOP Training Center Mohammad Ghofirin,  Khofifah melihat-lihat produk-produk yang sudah dihasilkan pesantren.

Gubernur Khofifah menggunting pita untuk pembukaan OPOP Mart di Unusa didampingi Wakil Rektor 2 drg Umi Hanik (kiri) dan Mohammad Ghofirin (kanan) dan Wakil Rektort 1 Unusa, Prof Kacung Marijan. DUTA/endang

Ada berbagai macam produk yang sudah dihasilkan. Mulai dari makanan, minuman, garmen dan sebagainya. Semua ditata dengan rapi di rak-rak OPOP Mart, layaknya di sebuah mini market. Khofifah pun berkeliling melihat produk sambil membaca merek-merek yang tertera di kemasan.

Dia merasa bangga karena kemasan produk OPOP sudah marketable, sudah kekinian dan disesuaikan dengan kemajuan zaman. Begitu pun dengan merek yang tertera, sangat mengundang konsumen untuk memegang,  membaca dan membalinya karena ada rasa penasaran dengan isi di dalamnya.

“Seperti sebuah merek makanan kecil ini, mereknya DUDA, keren. Karena orang penasaran apa isinya kok dikasih nama DUDA,” kata Khofifah tertawa.

Diakui Khofifah, produk makanan dan minuman (mamin) saat ini sangat happening atau diminati. “Baik itu di industri 4.0 maupun di ekspor, mamin masih tertinggi dibandingkan lainnya. Jadi kalau OPOP itu fokusnya ke mamin, itu sudah di track yang benar,” jelasnya.

Karena itu, Pemprov sendiri sudah berupaya untuk memberikan pendampingan dengan menggandeng Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Pusat.  Tujuannya untuk memberikan garansi atau jaminan atas produk mamin yang dihasilkan OPOP baik itu pesantrenpreneur (produk hasil pesantren), santripreneur (produk hasil santri) dan sociopreneur (produk dari alumni pesantren dan sekitarnya).

Selain itu juga bekerjasama dengan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama Republik Indonesia yang menunjuk Unusa menjadi Lembaga Pemeriksa Halal (LPH). Sehingga semakin memudahkan produk OPOP untuk disertifikasi halal.

“Karena jaminan-jaminan produk seperti itu yang saat ini dicari. Masyarakat sudah pintar, mereka mencari dan mengonsumsi yang ada jaminannya, jaminan kebersihan, halal dan tidak membayakan,” tukasnya.

Direktur OPOP Training Center Unusa, Mohammad Ghofirin mengungkapkan adanya OPOP Mart itu memiliki harapan untuk memantik pondok pesantren untuk ikut serta membuka toko serupa. Dengan begitu, distribusi dari produk yang dibuat santri bisa banyak. “Agar masyarakat mengetahui produk-produk hasil Pondok Pesantren yang berafiliasi OPOP,” ungkapnya.

Ghofirin menambahkan, yang menjadi kendala saat ini adalah modal untuk membuka OPOP Mart. Terkait hal itu, Pesantren disarankan membuka semacam koperasi, sehingga mereka bisa mendapatkan modal secara mandiri. “Kalau bisa jangan mengandalkan dana hibah atau bantuan semata,” tambahnya.  end/bbs/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry