Rahayu Anggraini -Dosen Fakultas Kesehatan (FKes)

Autoimun termasuk salah satu penyakit kronis yang cukup mematikan. Setiap individu di berbagai usia dapat mengalami autoimun. Autoimun terjadi ketika imunitas tubuh menyerang sel-sel baik dalam tubuh. Dalam hal ini, sistem kekebalan tidak dapat membedakan sel tubuh dengan sel asing (virus/bakteri).

Karena itu, imunitas tubuh kehilangan fungsinya (melindungi) dan justru menyerang sel tubuh sendiri. Hal ini menyebabkan kerusakan organ tubuh akibat kekebalan yang terbentuk. Secara umum, efek yang ditimbulkan dari penyakit autoimun dimulai dari efek sistemik, hingga efek pada kulit, jantung, hati, dan organ lain.

Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit autoimun. Beberapa jenis autoimun yang paling sering ditemui di antaranya Systemic Lupus Erythematosus (SLE), Psoriasis, Multiple Sclerosis (MS), Diabetes Tipe 1 (IDDM), Inflamatory Bowel Disease (radang usus), Myasthenia Gravis (MS), Rheumatoid Arthritis (RA), dan lain-lain.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Pemeriksaan ANA ELISA merupakan pemeriksaan yang memiliki sensitivitas tinggi dalam diagnosis SLE, RA, dan skleroderma, namun memiliki spesifisitas yang rendah. Penyakit rheumatoid arthritis (RA) merupakan salah satu penyakit autoimun berupa inflamasi arthritis pada pasien dewasa (Singh et al., 2015). Rasa nyeri pada penderita RA pada bagian synovial sendi, sarung tendo, dan bursa akan mengalami penebalan akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi dapat menyebabkan kecacatan.

Namun, kebanyakan penyakit rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. C- Reactive Protein (hs-CRP) merupakan protein penanda bahwa ada masalah pada imunitas bawaan (kekebalan tubuh) yang diproduksi oleh liver. Hal itu juga dapat digunakan sebagai penanda yang kuat adanya inflamasi dan stress. Saat hormon kortisol (hormon pemicu stress) meningkat, maka CRP menurun dalam tubuh baik pada dewasa, remaja, maupun anak-anak. Dalam darah, konsentrasi normal CRP kurang dari 10 mg/L.

Namun konsentrasinya meningkat dengan cepat dalam 6 sampai 8 jam dan mencapai puncak tertinggi dalam 48 jam sejak timbulnya penyakit. Penelitian pada 36 responden autoimun dengan uji Antinuclear Antibody (ANA) reaktif, didapatkan distribusi umur responden terbanyak 20-25 tahun sebanyak 28,8%.

Sedangkan jenis kelamin, kejadian pada perempuan terbanyak sebesar 88,9%. Distribusi kadar hsCRP meningkat pada responden autoimun sebanyak 80,6%, namun kejadian penyakit Rheumatoid Arthritis hanya 5,6%, dimungkinkan responden autoimun menderita penyakit selain RA.

Hasil uji statistik Spearman correlation, didapatkan tidak terdapat hubungan dengan p=0,940, yang berarti tidak terdapat hubungan secara bermakna antara kadar hsCRP dengan kejadian penyakit Rheumatoid Arthritis pada responden autoimun. Jadi walaupun kadar hsCRP banyak peningkatan pada Penderita Autoimun, namun kejadian Rheumatoid Arthritis rendah. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry