Ukuran kehebatan keislaman kita bukan pada surban, kopyah, sarung, jubah ataupun pada jenggot kita.

 

Oleh: Dr KH RPA Mujahid Ansori MSi (*)

Saat ini   hampir dua  miliar  penduduk bumi ini memeluk agama Islam; yang meyakini Allah swt sebagai Tuhannya dan Muhammad saw sebagai Rasul-Nya. Dari dua miliar  Muslim tersebut, beragam cara mereka dalam mengekspresikan keislamannya.

Ada juga yang mengekspresikan keislamannya dengan memakai baju koko dipadu sarung dan kopiah hitam atau  kopiah putih dengan penampilan santai.  Kalau tidak memakai sarung dan kopyah, mereka merasa kurang Islamnya. Ada yang mengekspresikan keislamannya dengan cara memakai jubah, berjenggot, bercelana cingkrang dan bersikap serius.  Mereka merasa menjadi Muslim sejati dengan cara seperti itu. Ada juga yang mengekspresikan keislamannya dengan cara berlangganan sms atau WA doa-doa harian.

Ada pula yang mengekspresikan keislamannya dengan ikut jam’iyyah sholawatan.  Di manapun ada Habib Syech manggung, dia akan mengejar. Karena itu akan memuaskan rasa keislaman mereka. Ada juga yang mengekspresikan keislamannya dengan menabung di bank syariah dan lain lain.

Lalu, bagaimana  sesungguhnya petunjuk Rasulullah terkait ekspresi keislaman ini?  Suatu ketika, di tengah Rasulullah berpidato, tiba-tiba seseorang mengajukan pertanyaan kepada beliau : “Wahai Rasūlullāh, Islam bagaimana yang paling utama?” Nabi saw  menjawab:    “Yaitu jika kaum muslim yang lain bisa selamat dari (gangguan) lidah dan kedua tanganmu.”

Dengan kata lain, Rasulullah menyampaikan, bahwa ukuran kehebatan keislaman kita bukan pada surban, kopyah, sarung, jubah ataupun pada jenggot kita. Bukan berarti tidak boleh bersurban, bersarung dan berjubah. Tapi ukuran yang utama adalah pada seberapa nyaman dan aman orang lain dari gangguan dan kejahatan kita. Ketika orang lain merasa senang dengan kehadiran kita, merasa aman berkawan dengan kita. Merasa tentram bertetangga dengan kita. Maka sesungguhnya Anda benar-benar Muslim sejati. Begitupun jika orang lain merasa nyaman kita pimpin, tidak merasa terintimidasi, maka Insya Allah itu artinya keislaman kita mendekati sempurna. Tapi sebaliknya, ketika ternyata orang lain merasa jengah bertemu Anda, merasa terintimidasi dan tidak aman  dengan kehadiran Anda, sehingga ingin lari dari Anda padahal tidak punya hutang, maka hati-hati. Karena itu bisa menjadi indikator bahwa keislaman dan keimanan Anda perlu dipertanyakan, meski tampilan Anda mungkin amat islami menurut kaca mata umum. Dalam peristiwa haji Wada’, Rasulullah saw bersabda:

“Maukah kalian aku beritahu tentang ciri seorang mukmin? Orang Mukmin adalah orang yang membuat orang lain merasa aman jiwa dan hartanya dari gangguannya.  Dan muslim adalah orang yang membuat orang lain merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang mujahid atau jihadis sejati adalah orang yang berjihad terhadap nafsunya untuk ketaatan kepada Allah. Sementara seorang muhajir  atau orang yang hijrah adalah orang yang hijrah atau meninggalkan kesalahan-kesalahan dan dosa”.

Sungguh luar biasa apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Semoga kita, lebih-lebih saya sendiri…. mampu menjadi seorang mukmin dan muslim sejati dengan menebarkan kedamaian dan kebahagiaan untuk orang lain.  Semoga kita mampu menjadi seorang jihadis yang sesungguhnya dengan memerangi hawa nafsu untuk taat kepada Allah. Semoga kita mampu menjadi muhajir yang hijrah dari kesalahan dan dosa-dosa.

(*)Dosen Pasca Sarjana IKHACH Pacet,Mojokerto.

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry