Nur Ainiyah, S.Kep.Ns., M.Kep – Dosen Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

PREVALENSI diabetes melitus (DM) di seluruh dunia dalam empat tahun terakhir dekade telah meningkat. Pada 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 422 juta penduduk dunia akan hidup dengan menderita DM, dan menyumbang sekitar 1,6 juta kematian.

Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada 2030 dan 783 juta pada 2045 (IDF, 2022), dengan diabetes tipe 2 (T2DM) mencakup lebih dari 95% dari seluruh penderita diabetes (WHO, 2022).

Sistem Informasi Rumah Sakit di Jawa Timur 2022 menyatakan bahwa kasus penyakit tidak menular yang menduduki posisi kedua yaitu Diabetes Melitus, yaitu sebanyak 172.917 kasus (penyakit diabetes melitus tidak tergantung insulin/ DM tipe 2). Pembinaan kesehatan berbasis dukungan keluarga memainkan peran penting dalam meningkatkan aplikasi Self-Management pada pasien diabetes mellitus.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Mengapa keluarga mempunyai peran penting? Karena keluarga merupakan unit sosial terkecil yang mempunyai ikatan erat dan saling bergantung satu sama lain, keluarga dapat berperan secara optimal dalam penatalaksanaan penyakit kronis, karena keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku pasien.

Keluarga juga sebagai the agent of chage dalam meningkatkan perubahan perilaku penderita DM. Keluarga juga menjadi kunci untuk mempengaruhi anggota keluarganya agar selalu hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan berbasis dukungan keluarga, maka keluarga dijadikan coaching sehingga dukungan serta pembinaan yang dilakukan di antara penderita dan keluarga dapat optimal. Dukungan ini dapat berupa dukungan informatif, dukungan psikologis, serta dukungan obstruktif. Dukungan partisipatif (informasional) dapat membuat penderita merasa dihargai.

Rasa dihargai ini muncul ketika keluarga mengenali kondisi penderita, memberikan respon positif, dan menerima kekurangan yang dialami penderita, sedangkan dukungan psikogis dapat melalui penghargaan yang diberikan kepada penderita diabetes melitus, sehingga semangat dan motivasinya meningkat, meskipun dalam kondisi sakit, mereka akan berusaha meningkatkan status kesehatan mereka.

Dukungan yang tidak kalah penting adalah dukungan obstruktif yaitu bentuk dukungan pada penderita diabetes melitus seperti memarahi pasien jika kadar gula darahnya naik, makan bersama saat pasien sedang tidak menjalani diet khusus, dan selalu kritis terhadap pasien yang tidak melakukan atau lupa berolahraga atau tidak mencatat kadar gula darahnya.

Dukungan keluarga bagi penderita sebagai Family coaching diabetes memerlukan waktu yang panjang, dukungan ini juga sangat penting karena akan dapat mempengaruhi perawatan diri pasien, efikasi diri, pemahaman dan manajemen pemeliharaan kesehatan. Family coaching ini dapat dimulai dengan membuat kesepakatan dengan penderita diabetes melitus dengan goal glukosa darah yang terkontrol.

Pengontrolan kadar glukosa darah ini dapat dilakukan dengan melaksankan manajemen perawatan diri diabetes, yang meliputi pengaturan pola makan (mulai dari menyiapkan menu, mengetahui porsi yang tepat, serta dapat menghitung asupan kalori), melaksanakan olahraga, pemeriksaan kadar gula darah secara teratur, perawatan kaki, serta penggunaan obat-obatan diabetes.

Daya tanggap afektif dan komunikasi positif antara pasien dan anggota keluarga mereka menghasilkan keluarga yang menyenangkan suasana untuk memfasilitasi perubahan perilaku dalam pasien dan mempertahankan keterlibatan keluarga dalam kontrol perilaku pada pasien.

Hal-hal sederhana yang dapat dilakukan keluarga sebagai family coaching menghindari makan sambil menonton televisi, membatasi penggunaan gawai, meningkatkan perbanyak aktivitas di luar ruangan, membiasakan makan bersama keluarga dengan menu yang sehat, bergizi dan memasaknya sendiri.

Juga mengurangi kebiasan makanan siap saji dan olahan, serta camilan manis, asin, dan berlemak, meningkatkan asupan sayur dan buah, serta tidak minum beralkohol atau merokok, berolahraga bersama.

Juga mengingatkan minum obat secara teratur, menemani kontrol ke dokter, melaksanakan pengontrolan kadar glukosa darah serta mengetahui secara dini jika terjadi perubahan kondisi. Oleh karena membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu yang sangat panjang, maka keluarga diharapkan dapat membersamai anggota keluarganya yang menderita diabetes melitus. Jangan biarkan mereka berjuang sendiri. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry