JAKARTA | duta.co — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengukuhkan Aswaja NU Center PBNU di Gedung PBNU lantai 8, Rabu (1/3/2017). Acara tersebut sekaligus membedah buku Khazanah Aswaja karya Tim Aswaja NU Center Jawa Timur.

Dua anggota tim penulis buku,  KH Abdurrahman Navis dan Faris Khoirul Anam, hadir dalam acara tersebut. Sementara, pembanding dan pembahasnya yaitu Ketua PBNU KH Hanief Saha Ghofur dan Ketua LDNU KH Maman Imanul Haq.

KH Abdurrahman Navis mengupas latar belakang terbitnya buku Khazanah Aswaja ini. Penerbitannya tidak lepas dari pelaksanaan program-program Aswaja NU Center Jatim sejak diresmikan 2011.

Selain itu, Kiai Navis menyatakan, bedah Khazanah Aswaja di PBNU sekaligus pengukuhan Aswaja NU Center LD PBNU merupakan upaya nyata PBNU dalam menguatkan paham keaswajaan di kalangan warga Nahdliyyin. Lebih lanjut, bedah Khazanah Aswaja juga menjadi informasi tentang rujukan komprehensif untuk memahami, mengamalkan dan mendakwahkan aswaja di Nusantara.

“Harapannya, berdirinya Aswaja NU Center LD PBNU dapat menjadi tonggak awal berdirinya Aswaja NU Center di tingkat PWNU dan PCNU se Indonesia, sehingga gerakan penguatan Aswaja dapat dilakukan secara serentak, sistematis dan optimal. Terlebih untuk membentengi Nahdliyin dari pengaruh aliran-aliran di luar aswaja,” pungkas Direktur Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur ini.

Sementara, Faris Khoirul Anam memaparkan tentang muatan Khazanah Aswaja, bahwa  setelah membaca Khazanah Aswaja ini, pembaca akan memiliki kesimpulan bahwa keyakinan dan amaliahnya adalah representasi mayoritas ulama.

Pada sesi berikutnya, KH Hanief Saha Ghofur menjelaskan bahwa keberadaan buku Khazanah Aswaja sudah lengkap dalam memotret prinsip dan kerangka dasar ke-Aswaja-an. “Sebagai itu sudah sempurna dan kami apresiasi Aswaja NU Center Jatim yang telah menerbitkan buku ini,” jelas dia.

Lebih lanjut, salah satu Ketua PBNU itu mengharap ada implementasi untuk setiap prinsip dan kerangka dasar itu. “Namun implementasinya masih belum terlihat, misal untuk dunia Perguruan Tinggi,” usul dia.

KH Hanif menamsilkan tentang ilmu Kalam. Secara konsep ilmu tersebut sudah sempurna. “Namun untuk dibawa ke Perguruan Tinggi, bagaimana implementasi ilmu kalam itu?” ujar dia.

Menurut Kiai Hanif, dalam bidang akidah, umat saat ini membutuhkan teologi tematik. Misalnya, bagaimana manusia menurut Ahlussunnah Wal Jamaah, konsep keyakinan pada Allah dalam aplikasi keseharian, dan seterusnya.

Masukan KH Hanief ini diamini oleh Ketua LDNU KH Maman Imanul Haq. Dia mengharap ada implikasi dan breakdown untuk kajian yang ada dalam buku. Misalnya tentang prinsip sifat wahdaniyyah. “Orang yang korupsi kan berarti tidak mengakui Wahdaniyatulllah,” tegas dia mencontohkan.

Untuk kalangan tertentu, dia mengharap buku ini dikemas lebih popular dan tidak berat. Namun secara umum dia memberikan penghargaan terhadap kehadiran buku ini. “Di sini banyak dalil Quran dan Haditsnya. Ini penting karena kelemahan kita terkadang nggak tahu dalil Quran dari apa yang kita amalkan.”

Setelah memaparkan berbagai fakta di lapangan dan pengalamannya mengunjungi berbagai negara, KH Maman menyimpulkan bahwa umat NU butuh buku Aswaja ini. “Terima kasih untuk Aswaja NU Center Jatim yang telah menyusun buku ini,” jelas pria anggota Komisi VIII DPRI RI ini.

Dalam waktu bersamaan, LD PBNU akan melakukan bedah buku di enam titik Indonesia dan mendapatkan slot kajian di beberapa stasiun televisi. “Buku ini tentu menjadi rekomendasi dan bekal bagi kami,” pungkas dia. (asm)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry