MADU : Studi banding dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama sejumlah kelompok usaha dari Kalimantan (istimewa/duta.co)

KEDIRI|duta.co – Desa Joho Kecamatan Semen merupakan kawasan sentra madu di Kabupaten Kediri. Bagaimana tidak, sebagian besar warga khususnya di sekitar Wisata Sumber Podang berprofesi sebagai pembudidaya lebah madu yang sekaligus memproduksinya. Pada Jumat kemarin, berkesempatan mendapat kunjungan studi banding dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Kalimantan. Dalam study banding kali ini mengajak Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS).

Lukas Tangalobok selaku ketua tim menjelaskan, tujuan kegiatan ini adalah untuk belajar tentang budidaya lebah madu. Dalam rombongan ini terdiri KUPS Madu, KUPS Pariwisata, KUPS Porang dan sebagainya. “Belajar bagaimana usaha disini untuk kami terapkan di Kalimantan. Di sana sudah ada lokasi yang menjadi pengembangan hasil hutan bukan kayu, maka kami belajar disini untuk lebih meningkatkan usaha di Kalimantan. Harapan saya dengan study banding ini, tim bisa mengambil ilmu dengan sebaik-baiknya. Agar sampai di Kalimantan kami dapat menularkan ilmu yang didapat kepada KUPS lainnya,” jelasnya.

“Tidak berhenti sampai disini saja, tetapi mari kita bangun kerjasama, kemitraan, kolaborasi sehingga dapat saling membangun mulai dari produksi hingga pemasaran. Bahkan masyarakat dilibatkan dalam hal pengelolaan hutan, sehingga masyarakat menjadi subyek untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar hutan,” imbuhnya.

Saat berada di lokasi, Kepala Adm KPH Kediri, Anton Fajar Panjaitan mengatakan, studi banding ini adalah berbagi ilmu antara Kalimantan dan Kabupaten Kediri. Kegiatan ini bisa menjadi motivasi bagi warga di Lereng Gunung Wilis untuk mengembangkan usaha budidaya lebah madu. Apalagi sekarang ini permintaan madu meningkat pesat akibat adanya pandemi Covid 19. Masyarakat mencari madu untuk meningkatkan imunitas dari serangan virus tersebut.

“Kami sangat mendukung kegiatan warga, diantaranya dengan membebaskan warga untuk ‘angon’ atau menggembalakan lebah di hutan – hutan milik Perhutani, tapi harus tetap menjaga kelestarian hutan,” ucapnya. “Dengan hutan tetap lestari dan warga ikut menjaganya, maka makanan lebah berupa nektar akan tercukupi dan produksi madu jauh lebih baik lagi,” tambah Anton.

Sementara itu, Sunarwan selaku pemilik usaha madu Sumberpodang menjelaskan bahwa warga lereng Gunung Wilis sangat kompak dalam berbudidaya madu, maka wilayah ini dikenal dengan Kampung Madu. “Warga disini berbudidaya madu dengan sistem menggembala. Tidak hanya di wilayah hutan Lereng Wilis, namun juga banyak yang keluar daerah dimana terdapat banyak nektar bunga. Selain produksi, dalam hal pemasaran kami banyak dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Kediri. Setiap ada gelaran pameran Hari Jadi, Pekan Budaya atau Festival Kelud selalu dilibatkan,” urai Sunarwan.

Ia mengaku upaya tersebut berhasil mengenalkan produk madu kepada masyarakat luas, bahkan pemesanan sampai luar pulau Jawa. “Memang promosi itu sangat penting. Bupati Kediri dr. Hj. Haryanti Sutrisno pun sangat getol mengajak promosi lewat media sosial Instagram, dan kami pun merasakan manfaatnya,” pungkasnya. (nng/adv)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry