Diskusi soal khilafah sudah sering digelar. Lagi-lagi HTI dinilai gagal paham. Tampak diskusi khilafah yang digelar Pustaka Compass. (FT/PUSTAKACOMPASS)

SURABAYA | duta.co –  ‘Pelarian’ paham khilafah HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) sudah mendekati finish. Setelah ‘warning’ pemerintah membubarkan organisasi yang ingin menegakkan khilafah di bumi Indonesia, kini penolakan terhadap ‘virus’ HTI kian masif. Tak ketinggalan tokoh-tokohnya ditolak tampil di sejumlah tempat. Terbaru tokoh HTI, Ustadz Felix Siauw gagal tampil di dua acara halal bi halal di Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Semarang.

Felix Siauw tampak kecewa. Melalui media sosial ia menyampaikan enek-uneknya. Penjelasan Felix ini diberi jusul ‘Lagi, Dakwah Takkan Pernah Terhenti’. Berikut isi lengkapnya:

Alhamdulillah, tak ada kenikmatan yang Allah berikan melebihi kenikmatan berdakwah di jalan-Nya. Yang Allah sampaikan sebagai perkataan yang terbaik.

Tak ada sia-sia dalam dakwah, jangankan manusia, bahkan hanya sekedar anjing yang berselonjor saja, asalkan dia di jalan dakwah, Allah abadikan dalam Al-Quran.

Atas dasar itulah saya memenuhi undangan dari Pak Hasan Toha mewakili Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Semarang, untuk berbagi di acara Halal Bi Halal.

Beliau adalah mujahid dakwah senior yang saya kagumi jauh sebelum saya mengenal beliau, kiprah percetakan Al-Quran Toha Putra, mendahului nama beliau.

Berkenaan dengan kajian saya di Semarang itu, beberapa hari lalu saya dikirimkan foto surat penolakan atas kedatangan saya di Semarang dari beberapa ormas.

Alasannya membuat saya tersenyum, disitu dituliskan beberapa alasan, “Ustadz Wahabi Takfiri”, “Corong HTI”, “Anti-Pancasila”, “Anti-NKRI” dan monsterisasi lainnya.

Tak lupa disitu ditulis alasan “akan menimbulkan keresahan dan konflik horizontal, bagi masyarakat Indonesia umumnya dan Muslim pada khususnya” Wow.

Singkat cerita, 2 kajian yang direncanakan di Semarang lalu dibatalkan, Pak Hasan memberi kabar tadi siang. Subhanallah, walhamdulillah. Allah tahu yang terbaik.

Yang menolak adalah orang-orang Muslim, bukan orang kafir. Ormas-ormas Muslim, bukan yang lain. Tapi dasar dan alasan yang diajukan sama sekali bukan Islam.

Banyak yang menanyakan kepada saya bagaimana tanggapan atas kejadian ini. Agar lebih sistematis dan tidak berulang, saya tuliskan bersama dengan ini

1. Saya sangat menyesalkan pihak-pihak yang membuat fitnah bagi saya, tanpa bukti dan argumen yang jelas, atau bahkan tak memahami yang dituduhkan sama sekali.

Kalau memang benar, boleh saja datangkan bukti satu saja, bahwa saya berpemahaman wahabi takfiri, anti-pancasila, anti-NKRI, dan segala tuduhan lainnya.

Yang ada, labelisasi dan monsterisasi diatas hanyalah tuduhan dan anggapan saja, yang dipaksakan agar pihak-pihak itu mempunyai legitimasi untuk tindakan tak bijak.

2. Mengenai alasan menolak saya sebab saya anggota HTI dan HTI sudah dilarang oleh negara. Maka saya tegaskan, saya bersama HTI sejak 2007, sebagai anggotanya.

Dan sampai saat ini HTI belum dilarang oleh negara, terlepas usaha kriminalisasi yang dibuat terhadapnya, masih dalam proses dan jalur hukum, yang harusnya dihormati

3. Saya didakwa menyebarkan ide Khilafah yang berbahaya, maka saya sampaikan dari 2002 ketika menjadi Muslim, saya sudah memahami Khilafah itu bagian ajaran Islam.

Dan bilapun dianggap ide Khilafah ini keliru atau salah, maka meja diskusi yang harusnya jadi tempt penyelesaian, bukan dengan cara yang tak apik semisal ini.

4. Berbicara tentang toleransi, kita menyayangkan ada kelompok dan ormas yang begitu hebat berbicara tentang toleransi, tapi di sisi lain paling intoleran terhadap saudara seiman.

Bila terhadap non-Muslim yang datang saja disambut, ide-ide syiah dan komunis dianggap wacana, bukankah harusnya terhadap yang beriman lebih lembut dan terbuka.

5. Yang paling lucu, “akan menimbulkan keresahan dan konflik horizontal”, padahal yang jelas-jelas sudah begitu seperti penistaan agama yang kemarin, masih ada yang mendukung.

Bagaimana mungkin kita bisa berbuat sebegitu jauh hanya berdasar asumsi saja? Persangkaan belaka? Padahal Allah meminta kita menjauhi prasangka buruk?

6. Bagi pihak berwenang, apakah negeri ini sudah bukan lagi negara hukum? Yang jika suatu kelompok merasa besar dan kuat, dia bisa melakukan apa saja?

Tanpa bukti, tanpa argumen, suatu kelompok bisa menuduh dan menuding yang lainnya, lalu memaksakan kehendaknya untuk menolak dan membatalkan acara dakwah?

7. Mari kita berpikir konstruktif, kita sama-sama mencintai Indonesia, dan kita tahu banyak masalah yang harus diurusi, ketimbang kontraproduktif dan membuat resah

Dan Hizbut Tahrir alhamdulillah selama ini mengajari saya, bagaimana caranya menyelesaikan permasalahan negeri sesuai syariat Allah, sesuai Kitabullah dan Sunnah.

Ala kulli haal, biarlah kejadian ini menjadi pelajaran bagi saya dan ummat, untuk melihat lebih cermat, belajar lebih bijak, dan berdakwah lebih sabar dan istiqamah.

Adapun ormas-ormas yang menolak, mereka tetap saudara saya, sengaja saya tak menyebut, sebab bagian penghormatan bagi mereka, sebab mereka tetaplah Muslim.

Bagi sahabat-sahabat di Semarang yang sudah mengharapkan saya hadir, saya mohon maaf sebesar-besarnya, semoga Allah memberi kebaikan yang banyak bagi kita.

Banyak hal menarik dari penjelasan Felix ini. Di antaranya, pertama, ia menyebut yang menolak adalah orang-orang Muslim, bukan orang kafir. Ormas-ormas Muslim, bukan yang lain. Tapi dasar dan alasan yang diajukan sama sekali bukan Islam.

“Felix dengan entengnya menyebut dasar yang diajukan sama sekali bukan Islam. Padahal, semua tahu, mulai kapan dia (Felix) tahu dan belajar tentang Islam?,” tegas Mohammad Erwin aktifis NU Surabaya kepada duta.co, Sabtu (8/7/2017)

Kedua, dalam item ketiga Felix menyebut: “Saya didakwa menyebarkan ide Khilafah yang berbahaya, maka saya sampaikan dari 2002 ketika menjadi Muslim, saya sudah memahami Khilafah itu bagian ajaran Islam. Dan bilapun dianggap ide Khilafah ini keliru atau salah, maka meja diskusi yang harusnya jadi tempt penyelesaian, bukan dengan cara yang tak apik semisal ini.”

Kutipan ini menarik. Karena Felix masih menggunakan kalimat ‘Saya didakwa menyebarkan ide Khilafah yang berbahaya’.  Dari sini  jelas dia belum paham, bahwa sistem khilafah itu berbahaya jika diterapkan di Indonesia. Dia juga belum tahu bahwa HTI selama ini tidak pernah berhasil dengan jargon khilafahnya. Dia juga belum paham bahwa HT (Hizbut Tahrir) sudah dilarang di sejumlah negara, termasuk di negeri asalnya.

Tawaran Felix rasanya tidak boleh dibiarkan. ‘Dan bilapun dianggap ide Khilafah ini keliru atau salah, maka meja diskusi yang harusnya jadi tempat penyelesaian, bukan dengan cara yang tak apik semisal ini.’

“Pertanyaannya siapkah Felix datang, jika dibukakan meja diskusi untuk membedah bahaya khilafah? Barangkali inilah tempat untuk membuka lebar-lebar pemahaman setiap orang (Indonesia), bahwa, penerapan sistem khilafah itu berbahaya, bukan saja tidak cocok untuk Indonesia, lebih dari itu proyek khilafah bukan agenda Kanjeng Nabi Muhammad saw. Kalau siap kita bukakan meja,” tegasnya. (*)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry