Ir Hj Unung Lesmanah MT, saat uji coba turbin angin di atas ketinggian gedung lantai 7 Unisma. (DUTA.CO/IST)

MALANG | duta.co – Dosen Universitas Islam Malang (Unisma) meneliti kecepatan angin di gedung lantai 7 kampus Unisma. Dengan alat modifikasinya, kuatnya terpaan angin di gedung yang tinggi, ia sulap menjadi energi listrik. Hal tersebut merupakan inovasi penemuan energi terbarukan yang dapat menjadi alternatif sumber daya listrik di perkotaan.

“Sebelumnya saya merancang terlebih dahulu Turbin Angin yang dikerjakan di Laboratorium Teknik Mesin Unisma, dibantu 2 orang mahasiswa. Kemudian kami merakit dan dilakukan uji coba di lantai 7 yang kecepatan anginnya mencapai 3 m/s sampai 6 m/s,” ungkap sang peneliti, Ir Hj Unung Lesmanah MT.

Lebih lanjut, wanita yang juga Wakil Dekan III Fakultas Teknik Unisma ini memaparkan, Vertical Axis Wind Turbine atau turbin angin inilah yang mengkonversi energi angin menjadi energi listrik. Yakni ketika angin berhembus ke turbin angin yang dipasang pada arah angin  sehingga angin menabrak sudut-sudut turbin  tersebut.

“Sehingga turbin angin berputar, kemudian putaran dari turbin angin diteruskan ke generator untuk diubah menjadi energi listrik,” ujarnya.

Savonius Wind Turbine sendiri, kata dia, merupakan Vertical Axis Wind Turbine yang pertama kali diperkenalkan oleh insinyur Finlandia bernama S J Savonius pada tahun 1922. Pada bentuknya yang paling sederhana, alat ini berupa 2 buah bilah separuh potongan drum yang dihubungkan oleh sebuah poros ditengahnya pada posisi yang berlawanan.

“Pada saat beroperasi tiap sisi bilah drum tersebut akan menangkap angin dan memutar porosnya, yang pada gilirannya akan menghadapkan bilah pasangannya pada arah aliran angin, dan begitu seterusnya,” ungkapnya.

Kemudian, imbuh Unung, putaran poros yang dihasilkan akan digunakan untuk menggerakkan generator listrik dibawahnya. Bentuk bilah Savonius Wind Turbine pada saat ini sudah tidak hanya berbentuk potongan separuh drum saja, namun telah banyak berkembang, diantaranya adalah berbentuk pelat  terpilih yang mempunyai getaran yang lebih halus dan efisiensi yang lebih baik.

Dosen Teknik Unisma ini menyampaikan pula, bahwa pemanfaatan angin sebagai sumber tenaga energi alternatif telah banyak digunakan. Namun di Indonesia belum dimanfaatkan sepenuhnya, padahal dengan contour geologis di Indonesia yang bergunung dan bukit diyakini akan banyak menimbulkan angin.

“Bahkan beberapa daerah di Jawa Timur  angin  bertiup kencang hampir sepanjang tahun. Ini sebetulnya potensi sumber energi listrik yang perlu dioptimalkan,” terang wanita yang pernah menjadi Dekan ini.

Unung mengaku dalam eksperimen penelitiannya belum tuntas sepenuhnya. Hanya kurang kurang sedikit, yakni tinggal mengolah data yang sudah didapat dari hasil pengamatan selama ini.

Menurut Ketua LPPM Unisma, Dr Nour Athiroh Abdoes Sjakoer SSi MKes, penelitian turbin angin ini mendapat dana dari Hibah Institusi Unisma (Hima) yang merupakan dana khusus intensif untuk penelitian dan pengabdian para dosen. Ini merupakan upaya dari kampus ini untuk lebih menstimulan para dosen getol memproduksi jurnal penelitian.

“Penelitian Bu Unung ini masuk seleksi dari 127 peneliti lainnya di Unisma, dan tembus seleksi juga di Kemenristekdikti. Bahkan memang penelitian yang berbasis teknologi seperti ini telah ditunggu-tunggu institusi. Saya harapkan, Bu Unung segera mengambil proses hak komersialisasi dan hak Cipta serta hak Patennya.” tutup Nour Athiroh. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry