PEMBINAAN : Mahasiswa dan anak-anak yang mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris di Desa Banaresep Timur, Kecamatan Lenteng, Kota Sumenep. DUTA/ist

Tidak semua siswa di Indonesia mendapatkan akses pembelajaran bahasa asing. Terutama siswa yang tempat tinggalnya jauh di pelosok daerah. Padahal, bahasa asing terutama bahasa Inggris menjadi poin penting untuk masa depan anak-anak di manapun mereka berasal. Karena itu, mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memberikan akses pembelajaan bahasa Inggris bagi siswa yang ada di Desa Banaresep Timur, Kecamatan Lenteng, Kota Sumenep.

—-

Di bawah bimbingan dosen Tiyas Saputri, Nafilatul Muzayyanah dan sembilan mahasiswa lainnya yakni Shafira Artanita Dewayanti, Muthia Sahara, Wasilatil Maghfirah, Nanda Oktaviani, Nur Esa Zahrotul F,  Yasmin Nadhifah Ramadhani, Lailatul Qodariah, Siswinda Rahma Fitriyani dan Silvi Nur Hidayati berinisiatif membuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Karena basic pendidikan mereka adalah Pendidikan Bahasa Inggris, maka yang bisa diberikan adalah pembelajaran bahasa dari negeri Ratu Elizabeth tersebut kepada masyarakat khususnya anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Kesepuluh mahasiswa itu merupakan anggota dari English Department Student Association (EDSA) Unusa. Mereka membuat kegiatan yang diberinama Be Smart. Yang merupakan Pembelajaran Bahasa Inggris dan Teknologi Sedini Mungkin. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas masyarakat terutama anak-anak yang ada di desa.

“Kebetulan yang kami pilih Desa Banaresep Timur di Sumenap, karena desa itu dekat dengan tempat tinggal saya dan beberapa teman.  Kami melakukan survei ke desa itu,” ujar Nafilatul Muzayyanah selaku ketua tim.

Survei yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan bahasa Inggris dan teknologi anak-anak SD yang ada di desa itu.

Tiga dari 10 mahasiswa itu memang bertugas secara langsung di lapangan. Mereka menghubungi Kelurahan  dan kepala sekolah dasar yang ada termasuk beberapa siswa untuk mengetahui kemampuan bahasa Inggris dan teknologinya.

Dari survei itu diketahui masih rendahnya pengetahuan bahasa Inggris siswa  salah satu  karena mereka tidak memperoleh pelajaran itu di sekolahnya karena pelajaran bahasa Inggris hanya termasuk ke dalam muatan lokal sehingga digantikan kepada pelajaran bahasa daerah.

“Termasuk kemampuan pengetahuan tentang teknologi. Banyak yang masih memanfaatkan gawai untuk main games semata,” tandas Nafilatul.

Proses pembelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan tim EDSA Unusa. DUTA/ist

Dari survei itu, akhirnya 10 mahasiswa itu sepakat untuk menjalankan program Be Smart. Dengan berbagai hal yang akan dilakukan, program ini lolos masuk dalam Progra Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) 2020 yang didanai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud0.

“Di program ini kami melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa agar terbangun desa binaan yang aktif, mandiri, berwirausaha dan sejahtera,” tukasnya.

Dalam menjalankan tugasnya, tim PHP2D EDSA dibagi menjadi dua, yakni 3 dari 10 tim bertugas menjalankan program serta memberikan pendampingan secara langsung. Sedangkan tujuh anggota tim lainnya bertugas membantu berjalannya program yang dilakukan secara daring.

Pada proses pembelajaran, kami menggunakan dua metode pembelajaran yakni via daring dan luring.  Pada pembelajaran via daring,  tim memperkenalkan aplikasi pembelajaran yakni Zoom Clouds Meeting yang dapat digunakan selama proses pembelajaran.

Aplikasi ini termasuk aplikasi baru yang diketahui siswa SD selaku peserta Be Smart karena belum pernah menggunakan aplikasi tersebut dalam proses pembelajaran daring sebelumnya melainkan menggunakan aplikasi whatsapp.

“Kami menggunakan aplikasi Zoom Clouds Meeting dalam pembelajaran yang pertemuannya dilakukan setiap satu minggu sekali yakni pada hari minggu. Kemudian pembelajaran tatap muka (luring) yang dilakukan pada hari selasa dan jumat untuk menunjang pemahaman peserta BE SMART saat pertemuan daring,” tuturnya.

Dalam pertemuan tatap muka, tim juga mendirikan posko belajar yang kemudian diberi nama Roma Inggris Unusa yang mana pemberian kata “roma” tersebut di adopsi dari bahasa Madura sendiri, roma yang artinya rumah. Yang berarti secara keselurahan yakni “Rumah Inggris Unusa”. Posko belajar ini dapat menjadi titik kumpul dalam pembelajaran bahasa Inggris dan teknologi yang dilakukan secara tatap muka.

Dengan adanya program ini, peserta merasa senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, selain karena pembelajaran ini gratis, peserta juga mendapatkan kuota internet untuk dapat digunakan dalam proses pembelajaran daring. Proses pembelajaran juga kami rancang dengan semenarik mungkin agar peserta tetap termotivasi untuk terus belajar. ril/unu

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry