Antara Muslim dan Budhis sudah pernah hidup rukun. Tetapi teroris-teroris atas nama agama itu tidak rela. (FT/IST)

Pembantaian itu Bermula dari Masalah Sepele

Kata Biksu Wirathu: “Saya tidak ingin Myanmar seperti Indonesia. Dulu Budha mayoritas, setelah Islam masuk, muslim mayoritas.”

BIKSU Wirathu salah. Islam masuk Myanmar 9 abad lebih dulu dari Budha. Lalu bagaimana Wirathu membantai umat Islam? Berikut tulisan Min Zayer, diedit Andrew Marshall RC, Michael Williams dan Bill Tarrant dari Reuters, diunggah eramuslim.

Kekerasan massa Budha terhadap Muslim Myanmar didiskripsikan dengan baik. Tidak semua Budha setuju kekerasan, tetapi kelompok Wirathu benar-benar kejam. Fakta memilukan. Ada Biksu Budha menarik seorang gadis muslimah muda dan menempelkan pisau ke lehernya.

“Jika Anda (polisi red.) mengikuti kami, aku akan membunuhnya,” ejek biksu kepada polisi, menurut saksi, massa Buddha bersenjatakan parang dan pedang mengejar hampir 100 Muslim yang berada di kota ini di pusat Myanmar.

Pada hari Kamis yang lalu, 21 Maret. Hanya dalam beberapa jam, 25 Muslim tewas. Massa Budha menyeret tubuh mereka yang berlumuran darah di sebuah bukit di lingkungan yang disebut Mingalarzay Yone dan mereka bakar jenazah muslim tersebut. Beberapa muslim lainnya ditemukan telah dibantai dalam rawa . Seorang juru kamera Reuters melihat sisa tubuh dua anak, berusia 10 tahun atau bahkan lebih muda.

Kebencian etnis di Myanmar tak terkendali sejak kondisi aman 49 tahun kekuasaan militer yang berakhir pada Maret 2011. Dan itu menyebar ke seluruh negeri, dan mengancam transisi sejarah demokrasi negara itu. Tanda-tanda pembersihan etnis telah jelas, dan jelas pula siapa mereka yang menghasutnya.

Selama empat hari, setidaknya 43 orang tewas di kota berdebu dan hampir 100.000 penduduknya , hanya 80 km sebelah utara dari ibukota Naypyitaw. Hampir 13.000 orang, sebagian besar umat Islam, diusir dari rumah mereka dan bisnis mereka. Pertumpahan darah yang dilakukan dan dipimpin oleh biksu Budha yang dengan kekerasan massa, termasuk setidaknya 14 desa lainnya terancam di pusat Myanmar dan terdapat minoritas Muslim di tepi di salah satu negara Asia yang paling beragam etnis.

Berdasarkan wawancara dengan lebih dari 30 saksi, mengungkapkan pembantaian di waktu fajar menewaskan 25 Muslim di Meikhtila dipimpin oleh biksu Budha – dimana tokoh biksu itu sering dijadikan ikon demokrasi di Myanmar. Pembunuhan terjadi terlihat jelas bahwa polisi tidak melarang dan tiadanya intervensi oleh pemerintah daerah maupun pusat. Kalimat berupa grafiti tertulis di salah satu dinding menyerukan “Pemusnahan Muslim.”

Kerusuhan yang terjadi di kota-kota lain, hanya berjarak beberapa jam dari ibukota komersial Yangon, pembantaian yang terorganisir dengan baik, bersekongkol dengan polisi yang hanya menutup mata. Bahkan setelah pembunuhan pada tanggal 21 Maret, menteri utama untuk wilayah tersebut tidak menghentikan kerusuhan yang berkecamuk. Menteri itu hanya menyerahkan kendali kota untuk biksu Budha radikal. Truk pemadam kebakaran di tahan, dan petugas penyelamat diintimidasi.

Pembantaian yang Terorganisir

Namun, pembantaian Meikhtila oleh Budha sangat terorganisir dan juga  kelambanan pemerintah dipantau oleh Reuters pada kejadian di barat Myanmar tahun lalu. Kali ini, pertumpahan darah melanda sebuah kota strategis di jantung negara itu, menimbulkan pertanyaan mengenai apakah reformis Presiden Thein Sein memiliki kontrol penuh atas pasukan keamanan Myanmar mengalami perubahan yang paling dramatis sejak kudeta tahun 1962.

Di negara mayoritas-Budha dikenal sebagai “Tanah Emas” untuk pagoda yang berkilauan, kerusuhan tersebut menelanjangi kebenaran yang sering tersembunyi: Biksu Budha telah memainkan peran sentral dalam kerusuhan anti-Muslim selama dekade terakhir. Meskipun 42 orang telah ditangkap sehubungan dengan kekerasan, biarawan terus memberitakan gerakan cepat menyambut Budhis nasionalis yang dikenal sebagai “969” yang memicu banyak masalah.

Pemeriksaan juga menunjukkan motif  ekonomi dan agama. Di salah satu negara termiskin di Asia, kaum Muslim Meikhtila dan bagian lain dari pusat Myanmar umumnya lebih makmur daripada kaum Budha mereka. Di Myanmar secara keseluruhan, Muslim mencapai 5 persen dari rakyat Myanmar. Dalam Meikhtila, mereka terdiri dari sepertiga. Mereka memiliki real estate utama, toko elektronik, toko-toko pakaian, restoran dan dealer sepeda motor, penghasilan muslim sangat baik dibandingkan  mayoritas Budha, yang hanya bekerja keras sebagian besar sebagai buruh dan pedagang kaki lima.

Aung San Suu Kyi, Pemenang Nobel Tampak Goblok

Kegagalan pemenang Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, pemimpin oposisi saat ini di parlemen, untuk meredakan ketegangan lebih lanjut merusak citranya sebagai kekuatan moral pemersatu. Suu Kyi, seorang Buddhis yang taat, mengatakan sangat sedikit dan kurang berperan terhadap kerusuhan ini. Dan Suu Kyi menolak untuk diwawancarai perihal tragedi ini. (bersambung)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry