Devi (tengah) bersama orang tuanya. (reinno pareno/duta).

BOJONEGORO | duta.co – Keadaan kemiskinan dan keluarga penerima manfaat (KPM) bukan menjadi penghalang untuk tidak bersekolah di perguruan tinggi. Hal itu dibuktikan oleh Jesvia Tresna Devi pelajar Kelas XII Tehnik Komputer Jaringan SMKN 2 Bojonegoro. Meski hanya ibunya yang bekerja sebagai bakul rengkek sayur dan ayahnya sebagai buruh tani, dengan tekad kuat dan kegigihan, Devi nama panggilan Jesvia Tresna Devi berhasil diterima di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, pada Studi S1 Program Seni Pertunjukan Jurusan Seni Tari.

Bungsu dari dua bersaudara ini masuk ISI melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2020 atau dikenal dengan jalur undangan. Devi ditemui di rumahnya yang berlantai tanah di Dusun Pagak RT 06 RW 03 Desa Semenpinggir Kecamatan Kapas Bojonegoro, Kamis (23/04/2020). Devi mengatakan tak mau membebani kedua orangtuanya, Devi pun mendaftar SNMPTN di awal Januari 2020 lalu melalui online dan lolos melalui pengumuman 8 April 2020.

“Waktu itu saya buka pengumuman di portal SNMPTN di rumah dengan menggunakan handphone murah. Terus setelah mendaftar di Januari, kemudian membuat portolio yang ada vidio saya menari dan saya juga melampirkan data saya dan data sekolah saya. Alhamdulillah, di tanggal delapan April lalu di portal SNMPTN ada tulisan yang ditujukan ke saya, bahwa saya diterima dijalur SNMPTN. Saya benar benar tidak menyangka bisa diterima,” kata Devi yang semasa di SD hingga SMK sebagai pemain teater dan penari wayang thengul.

Diwawancarai orang tua Devi, Sutrisno (52) dan Tutik Purweni (49) mengatakan keterbatasan ekonomi membuat keduanya berharap apabila selepas lolos SMK anaknya tidak usah melanjutkan kuliah dan langsung bekerja saja. Dikarenakan keduanya sangat tidak mampu membiayai Devi di perguruan tinggi.

“Sebelumnya sudah saya suruh berhenti, sampai SMK saja. Bapak sudah tidak kuat menyekolahkan kalau mau lanjut lagi. Ternyata bisa diterima di SNMPTN, kalau memang tidak berbiaya syukur Alhamdulillah. saya sangat berterima kasih kepada semua guru guru yang memintarkan anak saya dan pemerintah yang membuka jalur undangan,” kata Sutrisno dan Tutik Purweni yang keduanya senang bercampur bersedih, dikarenakan harus menyiapkan biaya semester Rp 500 ribu.

Namun keduanya dengan hati yang kuat mengatakan kagum dengan semangat dan kegigihan putrinya dalam menuntut ilmu. Menurut Tutik Purweni, semasa sekolah SD hingga SMK, prestasi Devi sangat membanggakan.”Nilainya selalu baik dan dia juga mewakili sekolahnya di berbagai kompetisi seni. Tirakatnya juga baik, tidak seperti anak anak seusianya yang harus memiliki sepeda motor, handphone dan pakaian yang selalu mengikuti trendi,” katanya bangga.

Setelah diwisuda sebagai mahasiswa ISI Yogyakarta, Devi diharapkan dapat memanfaatkan ilmunya dengan baik untuk membantu orangtuanya. Tidak hanya itu, Devi juga disarankan memiliki tekad untuk dapat memajukan pertunjukan seni di Indonesia, termasuk mengembangkan potensi yang ada di Bojonegoro.”Devi memang anak yang cerdas dan hobbinya bermain seni, terutama menari dan drama,” kata Agus Budiono, guru seni Devi yang dikonfirmasi terpisah. rno

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry