Pembina YPTA - Bambang DH saat diskusi penghijauan kaldera dan kawasan Gunung Bromo beberapa waktu lalu. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya sebagai pemenang Eco Campus menaruh perhatian khusus terhadap isu-isu lingkungan hidup.

Bersama Laksono Wibowo selaku pegiat dan pemerhati lingkungan hidup, Yayasan 17 Agustus 1945 (YPTA) menyelenggarakan diskusi penghijauan kaldera dan kawasan Gunung Bromo pada pekan lalu.

Acara yang dipimpin langsung Pembina YPTA, Bambang DH dan didampingi Pengurus YPTA, J Subekti mengajak seluruh sektor baik pemerintahan, swasta, maupun perguruan tinggi untuk bersinergi dalam rangka mendukung pemulihan yang berkelanjutan (supporting a more sustainable recovery) khususnya di kaldera dan kawasan Gunung Bromo.

Diskusi lingkungan yang digelar secara langsung di Ruang Rapat YPTA lt.2 Gedung Pusat Perkantoran Untag Surabaya yang turut menghadirkan langsung pihak terkait diantaranya Stafsus Gubernur Jawa TimurTrisnadi, Manager Perencanaan PDAM Surabaya Palupi Wikandari, Kasi Unit Umbulan PDAB Jatim Ibrahim Sahara, dan Agus S selaku Kasi LH PDAB Jatim serta perwakilan Taruna Merah Putih.

Menilik dari sejarah, kaldera serta lautan pasir Bromo yang memiliki luas 5,920 hektar ini terjadi karena adanya letusan dari dua gunung yang saling berhimpitan. Letusan ini menjadikan materi vulkanik yang terlempar dan menumpuk memiliki sumber mineral alami yang baik bagi tubuh maupun ekosistem.

Hal ini terbukti dari kualitas sumber air umbulan yang berasal dari Kawasan bromo-Tengger-Semeru dikenal sebagai mata air dari surga.

“Air yang berasal dari mata air umbulan ini memiliki kualitas nomor satu, karena tingkat kekeruhannya tidak ada atau sangat jernih dan dikenal sebagai mata air dari surga. Konon katanya air umbulan ini tidak berasal dari sekitar umbulan melainkan berasal dari lautan pasir bromo,” jelas Palupi.

Bambang dalam kesempatan itu mengatakan beberapa tahun terakhir timbul permasalahan di mana terjadi penurunan debit air umbulan karena rusaknya lingkungan dan hutan yang menjadi catchman area (daerah tangkapan). “Pada 2017 Debit air umbulan mengalami penurunan dari 6.000 liter per detik menjadi 3.500 liter per detik karena rusaknya daerah tangkapan,” pungkas Bambang DH.

Sejalan dengan hal tersebut, ahli mangrove asal Jawa Timur Laksono Wibowo membawa misi untuk menghijaukan kembali kaldera dan kawasan Bromo tersebut disambut baik oleh Kasi Unit Umbulan PDAB Jatim dan Manager Perencanaan PDAM Surabaya.

Selaku stakeholder yang terkait, mereka setuju guna menyelesaikan isu lingkungan khususnya penurunan debit air umbulan melalui reboisasi. Pada pertemuan diskusi selanjutnya, akan direncanakan menggelar diskusi mengenai teknis penghijauan area Bromo. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry