Ada Apa di Balik Sidak Golden Swalayan? Inilah Keganjilan Dirasakan Arif DKM

885

KEDIRI|duta.co – Keganjilan disampaikan Arif Witanto, Ketua Dewan Kesehatan Masyarakat (DKM) Jawa Timur menyikapi pasca dilakukan rapid test tim Satgas Covid-19 di Golden Swalayan Kota Kediri pada Senin malam. Bila sebelumnya Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyatakan terindikasi banyak Orang Tanpa Gejala (OTG). Kemudian, setelah dilakukan uji acak dari 9 orang berada di lokasi tersebut, didapat hasil 3 orang terkonfirmasi reaktif. Pun kemudian muncullah kabar HOAX ‘copas dari teman HUMAS PEMKOT KEDIRI’. Lalu dilanjutkan rapid test kedua hanya selang beberapa jam, kemudian didapat hasil semuanya dinyatakan non – reaktif.

“Wali Kota Kediri sendiri yang mengatakan ada dugaan OTG berkeliaran di Kota Kediri dan susah untuk dipantau.  Dirinya juga menyampaikan tidak mungkin melakukan rapid test secara massal karena keterbatasan alat. Saat dilakukan rapid test secara random di Golden, didapat pernyataan hasilnya remang – remang. Padahal juru bicara gugus tugas sebelumnya membenarkan adanya 3 orang reaktif,” jelasnya, saat dikonfirmasi Selasa (19/05).

Keganjilan berikutnya, munculnya kabar HOAX dan kemudian seluruh media menayangkan berita ini dengan isi sebagai berikut :

Sehubungan dengan adanya Klaster baru penyebaran virus Corona di Golden Swalayan…

Di himbau kpd seluruh warga  apabila ada yg ke Golden swalayan sblum tgl 18 Mei, rings waktu 1 minggu sebelumnya, agar supaya lapor ke  Ketua RT masing2 dan sebaiknya melakukan isolasi mandiri di rumah dan jangan lupa pakai masker. Kalau ada gejala panas dan batuk segera di periksakan ke puskesmas.

Mudah2an kita semua terhindar dari covid 19 dan pandemi cepat berakhir. Aamiin…?

# copas dari teman HUMAS PEMKOT KEDIRI

Sebarkan

“Andaikan ini merupakan kabar HOAX kemudian kasus ini dilaporkan ke aparat Kepolisian, tentunya bukan hal sulit untuk melacak siapakah biang keroknya yang membuat dan menyebar pesan berantai ini. Wajar bila kemudian kami punya anggapan semoga bukan rekayasa. Apalagi sekarang tekhnologi telah canggih dan ada undang – undang pidana yang bisa menjeratnya. Yang terakhir ini menjawab keyakinan saya atas keganjilan ini. Hanya selang beberapa jam kemudian dilakukan rapid tes ulang dan hasilnya berbeda. Lalu kenapa tidak langsung swab test di RSUD Gambiran yang konon katanya hanya butuh waktu 45 menit,” terang Arif Witanto.

Bagi Ketua DKM apapun istilahnya baik itu reaktif ataupun positif, namun fakta yang terjadi jika membaca data perkembangan penyebaran wabah Covid-19 ini, selalu diawali dengan rapid test menghasilkan data non reaktif. “Bisa dilihat pada pernyataan Juru Bicara Pemerintah Pusat Covid-19, Bapak Achmad Yurianto. Bahwa rapid test sebaiknya dilakukan dua kali agar mendapatkan hasil akurat. Namun dalam senggang waktu enam atau tujuh hari agar terbentuk antibodi,” ucapnya.

Kesimpulan dari keganjilan ini, dirinya berharap pemerintah kota bekerja mengacu protokol kesehatan dengan lebih ketat melakukan pengawasan dan pembatasan bila tidak ingin terjadi lonjakan jumlah kasus. “Apakah ada kekuatiran tidak bisa merayakan Idul Fitri? Bila kemudian ada lonjakan kasus menjadikan Kota Kediri terpaksa menjalankan PSBB? Lebih baik mencegah daripada menambah kepanikan warga. Tempat ibadah dilarang dirikan jamaah lalu bagaimana dengan pasar modern atau swalayan? Beranikah pemkot memberikan pernyataan menutup atau melarang warganya keluar rumah dengan diberi sanksi lebih berat. Pilih duit apa amal ibadah apalagi di Bulan Suci Ramadan, mari kita awasi bersama dan menjadikan hikmah,” ucap Arif Witanto. (nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry