Yati Isnaini Safitri – Dosen Kebidanan, Fakultass Keperawatan dan Kebidanan

KESEHATAN Reproduksi perempuan memiliki cakupan yang luas dari masa menarche (haid pertama) sampai masa menopause. Pada perempuan usia pertengahan yaitu mulai umur 40 tahun hingga 60 tahun, terdapat tanda yang paling penting yaitu menopause.

Menopause merupakan masa berakhirnya menstruasi atau haid ini sering dianggap sebagai masa yang menakutkan dalam kehidupan seorang perempuan. Karena masa ini akan mengingatkan dirinya yang akan menjadi tua dan organ reproduksinya tidak berfungsi kembali.

Pangkal dari kekhawatiran atau keresahan yang sering muncul mungkin bukan karena perempuan tidak dapat haid lagi dimana hal tersebut berarti ia tidak dapat memiliki anak lagi (umumnya perempuan yang memasuki usia 50 tahun sudah tidak menginginkan punya anak lagi). Namun lebih pada kekhawatiran terhadap hal-hal yang mungkin muncul menyertai berakhirnya masa reproduksi.

Menopause berasal dari bahasa Yunani kata men berarti bulan dan panseis berarti tanda berhenti. Menopause berarti berhentinya haid. Menopause adalah keadaan perempuan yang mengalami penurunan fungsi indung telur, sehingga produksi hormon estrogen berkurang yang berakibat terhentinya haid untuk selamanya.

Saat berhentinya haid, atau awal menopause terjadi pada usia yang bervariasi, umumnya sebagian besar perempuan berhenti haid pada usia 49 – 52 tahun. Menopause yang terjadi pada perempuan mempunyai beberapa tahap sebagai berikut :

  1. Fase Pra Menopause. Pada fase ini seorang perempuan akan mengalami kekacauan menstruasi, terjadi perubahan psikologis kejiwaan, terjadi perubahan fisik. Berlangsung selama antara 4-5 tahun terjadi pada usia 45-50 tahun.
  2. Fase Menopause. Perubahan dan keluhan psikologis semakin menonjol. Berlangsung sekitar 3-5 tahun pada usia antara 51-55 tahun.
  3. Fase Pasca Menopause atau Senium. Terjadi pada usia diatas 56-60 tahun

Kaum perempuan sendiri memiliki persepsi yang beragam mengenai menopause. Ada yang berpendapat bahwa menopause sebagai bencana di usia senja, karena perubahan-perubahan sistem hormonal itu mempengaruhi segenap kesehatan rohani dan jasmani sehingga berlangsung proses kemunduran yang progresif, menyeluruh pada individu yang bersangkutan. Banyak perempuan merasa stres saat menopause.

Perubahan hormonal pada proses menopause kerap memberi dampak fisik dan psikologis bagi perempuan. Dampak fisiknya mencakup gangguan yang mungkin terjadi seperti: jadwal haid tidak teratur, hot flashes (panas yang bisa datang tiba-tiba pada wajah, leher dan dada), kulit kering dan menipis, rambut rontok, mata kering, kuku lapuk, gusi berdarah, vagina menjadi kering dan infeksi saluran kencing. Dampak psikologis yang mungkin terjadi mencakup; gangguan tidur, kemampuan kognitif menurun, penurunan gairah seksual, suasana hati mudah berubah dan sensitive.

Dampak psikologi sebagai gejala jangka panjang pada masa menopause dapat berupa depresi, post power syndrome, emptiness syndrome, dan loneliness. Selain menimbulkan gejala psikologis juga menimbulkan perubahan fisik pada pada fase pasca menopause seperti osteoporosis, penyakit jantung koroner, peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah tinggi, peningkatan kadar kolesterol dalam darah tinggi, perkapuran dinding pembuluh darah (aterosklerosis), sistitis dan uretritis atrofik, kanker, serta mengalami dementia tipe Alzheimer.

Hal-hal yang juga mempengaruhi stress pada masa menopause diantaranya adalah masalah keluarga dan pribadi seperti, tuntutan anak remaja, anak meninggalkan rumah, orang tua yang menua, pasangan paruh baya, dan perubahan karier, termasuk masalah yang berkaitan dengan kondisi masa pendemi Covid 19 yang sudah terjadi di Indonesia sejak sejak bulan Maret 2020.

Stres kronis tidak baik untuk kesehatan siapa pun. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan detak jantung, sakit kepala, refluks lambung, depresi / kecemasan , dan, dalam jangka panjang, peningkatan risiko penyakit jantung. Beberapa percaya bahwa stres kronis dapat memengaruhi sistem kekebalan kita, membuat kita lebih rentan terhadap penyakit, infeksi, dan bahkan kanker. Stres tidak hanya memengaruhi kesehatan kita, tetapi juga hubungan, kinerja, perasaan sejahtera, dan kualitas hidup kita.

Ada banyak cara yang terbukti mengurangi stres dan menjaga ketenangan saat menghadapi masa menopause diantaranya dengan; olahraga, yoga, bersepeda atau apa pun aktivitas fisik yang menyenangkan yang dapat dilakukan secara mandiri di masa pandemi Covid 19 ini.

Olahraga adalah cara yang bagus untuk mengurangi stres dan menjaga kesehatan. Menceritakan kekhawatiran dengan anggota keluarga, teman baik, ahli kesehatan, atau konselor dengan memnafaatkan telekomunikasi. Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, termasuk buah dan sayuran segar, kacang-kacangan, dan yogurt.

Menghindari kafein dan alkohol. Tidur dan istirahat yang cukup, diperlukan untuk fungsi kewaspadaan selama jam-jam bangun. Selalu berpikiran positif dan melakukan latihan pernapasan dalam. Metode latihan pernapasan dalam untuk mengurangi stress dapat dilakukan dengan latihan sederhana dibawah ini:

  1. Duduklah di kursi bersandaran tegak dengan kedua kaki di lantai.
  2. Istirahatkan tangan di perut.
  3. Hitung perlahan sampai empat sambil menghirup melalui hidung dan rasakan perut naik.
  4. Tahan nafas itu sebentar.
  5. Kemudian, perlahan hitung sampai empat sambil mengembuskan napas melalui mulut biarkan perut perlahan turun.
  6. Ulangi latihan ini 5 hingga 10 kali.

Boleh saja merasa sensitif karena menopause, namun hal terpenting adalah memandang segenap proses perubahan ini sebagai sesuatu yang positif, sehingga perlu memotivasi diri sendiri salah satunya dengan banyak berdo’a dan terus melakukan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan, serta meningkatkan kesadaran, bahwa menopause adalah proses alamiah yang tak bisa dihindari sehingga mau tak mau perempuan harus beradaptasi. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry