Nur Ainiyah, SKep.Ns, MKeS – Dosen S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

Digitalisasi saat ini memberikan kemudahan untuk mendapatkan sesuatu. Misalnya dulu ketika butuh makanan kita harus memasak, namun sekarang ini dengan “klik” makanan akan siap dimakan. Dulu ketika tidak bisa menjawab soal, maka harus ke perpustakaan, maka sekarang tinggal googling semuanya sudah ada jawaban.

Kemudahan-kemudahan seperti itu membuat kurangnya daya juang seseorang untuk mendapatkan sesuatu, sehingga mengakibatkan seseorang ketika mendapatkan stressor, akan mudah menjadi strees. Stress ini dapat diminimalkan jika seseorang mmepunyai ketahanan diri yang tangguh.

Ketahanan diri dapat kita mulai, ajarkan serta tanamkan kepada anak kita sejak dini. Pembelajaran tentang ketahanan diri ini dimulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga.

Ketahanan diri merupkan ketahanan diri adalah kemampuan untuk mengatasi segala tantangan, cobaan, masalah, trauma, ataupun beragam kendala-kendala lain dalam kehidupan.ada beberapa dimenasi yang perlu kita perhatikan untuk mencapai ketahanan diri yang tangguh.

Self-Regulation, merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola pikiran, impuls serta emosi agar dapat menampilkan respons perilaku yang berkesesuaian dengan pencapaian tujuan dimasa mendatang (Bandura).

Self-regulation ini dapat diaplikasikan dengan cara mengajarkan anak kita untuk mengontrol emosi dengan baik, misalkan ketika belajar (saat menghafal atau saat menjawab pertanyaan yang sulit), bermain sendiri atau dengan temannya, menyadarkan pada anak kita bahwa mereka mempunyai kewajiban atau tugas dalam hidupnya, baik tugas di sekolah maupun tugas saat di rumah.

Anak -anak juga perlu diajak berpikir positif (misalkan ketika mereka gagal mendapatkan sesuatu, perlu kita tanamkan bahwa segala sesuatu kadang tidak selalu sesuai dengan yang kita inginkan dan sangat penting juga disampaikan bahwa di balik kegagalan ada hikmah dari Allah yang kita tidak tahu), serta memastikan bahwa anak kita mendapatkan sumber-sumber informasi yang tepat, oleh karena itu saat menggunakan handphone anak anak kita harus kita dampinginya.

Assertiveness atau dimensi sadar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan dan gagasan serta pikirannya secara tegas, apa adanya, jujur, terbuka serta bertanggung jawab tanpa menyakiti orang lain (Alberti&Emmons).

Pada assertiveness ini, kita perlu mengajarkan anak kita untuk selalu menyampaikan secara langsung apa yang diinginkan, dan yang tidak diinginkanya, diajarkan tentang keterbukaan dan kejujuran, sehingga ketika melihat atau mendapatkan penawaran yang salah mereka dapat menolaknya atau meyampaikan bahwa itu adalah salah.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Ketiga adalah Reaching Out atau dimensi produktif yaitu kemampuan untuk meningkatkan aspek positif kehidupan dengan cara menerima tantangan atau menggunakan kesempatan serta meningkatkan hubungan dengan orang lain (Reivich&Shatte).

Pada dimensi ini orang tua dapat memberikan stimulasi yang bersifat menciptakan diri anak menjadi diri yang produktif, baik ketika sendiri maupun dengan kerja sama orang lain. Misalkan mengajak berwirausaha dimulai dengan menjual kepada keluarga terdekat, atau memberi kesempatan untuk menggambar kemudian dipasang di rumah, atau membuat puisi kemudian diikutkan di lomba atau dipublikasikan di majalah.

Menggunakan kesempatan yang dimiliki untuk hal hal yang positif, menghargai hak dan perasaan orang lain, belajar mengamati masalah untuk mencari solusinya, serta mengajarkan anak kita untuk bangkit ketika mempunyai masalah.

Jika ketiga dimensi ini ditanamkan diri pada anak kita, maka anak kita akan menjadi pribadi yang sehat, produktif, dan bahagia, sehingga jika ada stressor maka mereka dapat menghadapinya dengan tepat dan baik. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry