Oleh: Kukuh Santoso, SPdI MPdI*

WABAH corona virus disease 2019 (covid-19) sudah menyebar luas ke penjuru dunia. Ini membuat seluruh isi penjuru dunia, seolah-olah istirahat dari semua hiruk pikuknya “Earth is taking a break, a much needed break”.

Wabah virus yang sudah tidak mengenal kasta, tahta mau pun usia, ini menimpa berbagai negara sehingga kebijakan lockdown dari sebagian negara, merupakan alternatif dan jalan satu satunya.

Wabah yang hari ini sampai ke negara kita, Indonesia tercinta memberikan kepanikan luar biasa terhadap masyarakat Indonesia, sehingga satu persatu masyarakat kita dinyatakan suspect, positif covid-19 sampai meninggal dunia (innalilahi wa inna ilaihi ro’jiun).

Menghadapi wabah covid-19 ini membuat masyarakat harus terus melakukan upaya agar terhindar dari wabah yang muncul pertama kali di China ini. Masyarakat harus terus berikhtiar medis maupun batin untuk menjaga diri kita keluarga kita dari covid-19 ini.

Ikhtiar medis: kita benar-benar menjaga kesehatan diri atau fisik dengan berbagai cara atau tips kesehatan yang sudah dianjurkan dokter atau ahli medis, sehingga kita memiliki kekebalan dan ketahanan tubuh dari berbagai penyakit.

Selanjutnya kita juga harus berikhtiar batin, artinya bahwa kita sebagai hamba Allah swt yang beriman bahwasannya ujian adalah sarana untuk  mengingat dan mendekatkan diri hamba dengan Tuhan. Dengan memohon ampunan sehingga rahmat dan maghfirah Allah swt diturunkan kepada kita semuanya rakyat Indonesia.

Umat Islam bisa merenungi bahwasannya cobaan yang diberikan Allah  swt kepada seorang muslim adalah sunnatullah, tentu, kita akan mengetahui bahwa cobaan ini merupakan salah satu sunah (ketetapan) Allah yang bersifat kauniyyah qadariyyah (qadar Allah terhadap alam semesta).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 155).

Ujian, cobaan dan musibah terdapat hikmah dan mahabbah dari Allah swt untuk kita semua, sebagai ujian keimanan seorang hamba. Sungguh keliru ketika seorang hamba Allah yang beranggapan bahwa cobaan, ujian hanya diberikan oleh pelaku maksiat saja.

Ingat hamba Allah yang paling shaleh pun adalah orang yang paling banyak cobaan dari Allah swt, karena cobaan diberikan kepada seorang hamba adalah bagian dari cara Allah menguji keimanan seorang hambanya. Sehingga Allah swt mengetahui siapa di antara kita yang paling beriman kepada allah swt.

Di dalam hadis disebutkan: Dari Mush’ab bin Sa’ad, dari bapaknya, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah orang yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para nabi, kemudian yang setelahnya dan setelahnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar keimanannya. Siapa yang imannya tinggi, maka ujiannya pun berat, dan siapa yang imannya rendah maka ujiannya disesuaikan dengan kadar imannya. Ujian ini akan tetap menimpa seorang hamba sampai ia berjalan di bumi tanpa membawa dosa.

Tanda Cinta Allah

Di samping itu, cobaan adalah salah satu tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya cobaan, dan Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya dan barang siapa yang kesal terhadapnya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.”

Tanda Kebaikan Allah untuk HambaNya

Demikian juga cobaan merupakan salah satu tanda diberikan oleh Allah kebaikan kepada kita semua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah akan mempercepat hukuman di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan bagi hamba-Nya maka ditahan hukuman itu karena dosa-dosanya sehingga ia mendapatkan balasannya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)

Terhapusnya Dosa-dosa Hamba

Dan sebagai penebus dosanya, meskipun bentuknya kecil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya, meskipun hanya terkena duri.” (HR. Bukhari).

Melalui virus corona ini kita diingatkan akan kelemahan kita sebagai makhluk Allah  sebagai makhluk yang lemah yang memiliki banyak keterbatasan, tidak selayaknya kita menyombongkan diri, hanya oleh makhluk allah yang sangat kecil saja banyak manusia dibuat tak berdaya, jatuh sakit dan bahkan sampai meninggal dunia.

Melalui covid-19 kita diingatkan bahwa pengetahuan manusia tidaklah mampu menjangkau sesuatu, karena manusia ada batasnya dan tidak sempurna. Maka kita makhluk yang lemah ini selalu membutuhkan pertolongan Allah swt karena Allah maha kuasa dan perkasa, Allah lah yang maha mengetahui segala sesuatu.

Kita sebenarnya diingatkan oleh Allah swt. untuk selalu menjaga kebersihan dan kesucian. Beberapa riset membuktikan bahwa menjaga kebersihan adalah salah satu tindakan preventif yang efektif untuk menangkal berbagai virus, kuman dan bakteri yang membahayakan tubuh kita.

Islam menganjurkan kita untuk hidup bersih dan suci melalui wudhu yang wajib atau sunnah, mandi wajib maupun sunnah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: “Sesungguhnya Allah mahasuci dari segala kekurangan dan mencintai kebersihan (badan dan pakaian).” 

Sabar dan syukur senjata bagi kita semua kaum mukmin dalam mengarungi kehidupan  ini. Sebagaimana sabda nabi: “Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin sesusungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya dan hal itu tidak dimiliki siapapun kecuali oleh orang mukmin, jika diberi sesuatu yang menggembirakan, ia bersyukur maka hal itu merupakan dan apabila kebaikan baginya dan apabila ia ditimpa suatu musibah ia bersabar maka hal itu juga baik baginya.”

Terakhir covid-19 mengingatkan kita akan pentingnya belajar ilmu, terutama ilmu agama, karena orang yang tidak berilmu tidak bisa menyikapi musibah dengan benar sesuai tuntunan islam, kita beragama harus selalu berlandasan ilmu bukan berlandasan perasaan.

Maka tanpa ilmu kita tidak bisa menjaga kesucian dan kebersihan sebagaimana mestinya, tanpa ilmu kita tidak bisa bertawakal dengan benar, dan tanpa ilmu kita tidak bisa memetik hikmah, makna dan pelajaran dari setiap kejadian.

*Penulis adalah Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry