LUNCURKAN 3 BUKU: Merayakan Ultahnya yang ke-60, Minggu (23/6) besok, Mendikbud Kabinet Indonesia Bersatu II Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA meluncurkan tiga buku karyanya. DUTA/endang

Luncurkan Tiga Buku di Ultah ke-60 

SURABAYA | duta.co – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Kabinet Indonesia Bersatu II Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA meluncurkan tiga buku sekaligus.

Buku yang ditulisnya sendiri itu akan diluncurkan ke publik bersamaan dengan perayaan ulang tahun ke-60 yang digelar Minggu (23/6) besok.

Tiga buku yang ditulis di sela-sela kesibukannya itu berisi tentang biografi yang berjudul “Menguatkan Mata Rantai Terlemah”. Kedua, tentang pengalamannya sebagai Mendikbud yang ditulisnya dalam buku “Menjangkau yang Tak Terjangkau”.

Ketiga, buku “Ushfuriyah Zaman Kita” yang berisi kumpulan hadis dengan kisah-kisah di dalamnya dan dikomplasi dengan kisah-kisah zaman sekarang.

Dari ketiga buku itu, Nuh yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pers ini lebih tertarik membahas buku yang mengupas kebijakan pemerintah, khususnya dalam bidang pendidikan selama dia menjabat sebagai Mendikbud.

Di buku yang seharusnya selesai ditulis lima tahun lalu itu, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) ini mengungkap banyak kebijakan yang diambilnya yang menguntungkan masyarakat bawah.

Mulai sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB), hingga program Bidikmisi yang memberikan peluang bagi para siswa miskin untuk bisa menempuh pendidikan tinggi.

Penjualan dua dari tiga buku akan diwakafkan sepenuhnya dan satu buku hanya royaltinya yang diwakafkan. DUTA/endang

“Inilah maksud dari menjangkau yang tidak terjangkau. Selama memegang jabatan penting jangkaulah yang tak terjangkau ini dengan kebijakan-kebijakan yang memihak, sapalah mereka dengan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan, bukan keuntungan pribadi tapi masyarakat banyak,” jelas Prof Nuh di ruang kerjanya di RSI Jemursari, Jumat (21/6).

Diakui Nuh, sebelum ada kebijakan program bidikmisi, hampir mustahil masyarakat miskin bisa memberikan pendidikan bagi anaknya hingga perguruan tinggi. Sudah banyak sekali anak tak mampu yang berhasil kuliah dengan program ini.

Reini misalnya. Anak tukang becak yang berhasil lulus terbaik Universitas Negeri Semarang dan kini menempuh program S3 di Birmingham Inggris.

Juga ada Si Ujang yang meraih Ganesha Award ITB dan sekarang diterima S3 di Oxford University tanpa jalur S2. Kedua anak ini nantinya akan memberikan kesaksian pada saat perayaan ulang tahun Prof Nuh.

“Saya senang program ini dilanjutkan. Apapun namanya nanti yang penting jangan dihentikan. Ini sangat membantu anak-anak kita semua,” jelasnya.

Buku ini sangat spesial karena pengantar buku ditulis orang-orang top salah satunya Chairul Tanjung.

Buku berisi pemikiran dan sepak terjang karir Prof Nuh ini dicetak hingga 1.000 eksemplar dan semuanya sudah dipesan para kolega dan masyarakat luas.

“Jangan berpikir saya mengeluarkan buku ini ingin cari kursi. Tidak. Zaman saya sudah selesai. Saya sudah hidup senang. Saya dulu jadi menteri tidak pakai melamar. Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang meminta saya,” tuturnya.

Nuh mengaku, buku-buku itu ditulis dan dikeluarkan tidak lain karena ingin berbagi dengan masyarakat luas. Karena hingga usia 60 tahun, dirinya merasa masih defisit kebaikan.

“Selama hidup, modal yang diberikan Gusti Alloh kepada saya sangat banyak, tapi hasil yang saya perbuat tidak sebanyak modal yang diberikanNya. Ini mengapa saya perlu melakukan banyak kebaikan lagi,” tuturnya.

Dengan tiga buku ini Nuh pun ingin berbagi. Dua buku yakni biografi seharga Rp 100 ribu dan buku Menjangkau yang Tak Terjangkau dengan harga Rp 150 ribu tidak untuk mencari untung pribadi. Semua hasil penjualan dua buku itu akan diwakafkan.

“Karena saya Ketua Badan Wakaf Indonesia maka saya harus memberi contoh bagaimana berwakaf. Sementara satu buku Ushfuriyah Zaman Kita hanya royaltinya yang saya wakafkan karena ada pihak lain yang terlibat di buku itu,” tandasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry