Wesiana Heris Santy, S.Kep,Ns.,M.Kep – Dosen Prodi Ners  Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

MENURUT kamus kedokteran Dorland (2006), kompres berasal dari bahasa latin compressus yang berarti bantalan dari limen atau materi lain yang dilipat-lipat, dikenakan dengan tekanan, kadang-kadang mengandung obat, dapat basah ataupun kering, panas ataupun dingin.

Kompres adalah sepotong balutan kasa yang dilembabkan dengan cairan hangat yang telah diprogramkan (Potter & Perry, 2005). Harold (dalam Ambrili, 2007) mendefinisikan kompres hangat sebagai penggunaan panas yang lembab dengan cara memasukkan kain wool ke dalam air mendidih kemudian diperas.

Jadi kompres hangat merupakan penggunaan panas untuk tujuan tertentu dengan cara menempelkan atau menekan suatu bahan/alat yang mengandung panas selama kurun waktu tertentu.

Menurut Hegner (2003), tujuan kompres hangat antara lain membantu menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa sakit atau nyeri, membantu mengurangi perdarahan dan membatasi peradangan.

Untuk teknik kompres ini bermacam-macam. Beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam  upaya menurunkan suhu tubuh antara lain (Anas Tamsuri dalam Reiga, 2010), di antaranya kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik dan lampu penyinaran, busur panas.

Penyebab demam bermacam-macam. Demam biasanya terjadi akibat perubahan set point hipotalamus. Pirogen seperti bakteri atau virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen, mempengaruhi sistem imun dan sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi.

Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan menghemat panas dan membutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point yang baru. Selama periode ini orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan meskipun suhu tubuh meningkat.

Fase menggigil berakhir ketika set point baru tercapai. Selama fase berikutnya suhu tubuh pasien akan stabil. Jika set point baru telah melampaui batas atau piroge telah dihilangkan maka akan terjadi fase ketiga yaitu episode febris.

Set point hipotalamus turun, menimbulkan respon pengeluaran panas, kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi. Diaphoresis membantu efaporasi pengeluaran panas. Ketika demam berhenti maka klien menjadi afebris (Potter & Perry, 2005)

Pemberian kompres hangat/panas pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hypotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hypotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hypotalamus bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/ panas melalui kulit meningkat (Potter & Perry, 2005)

Sebagian besar produksi panas di dalam tubuh dihasilkan pada orang dalam seperti hati, jantung, dan otot rangka selama bekerja. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, dimana panas hilang ke udara dan sekitarnya. Oleh karena itu, laju hilangnya panas ditentukan hampir seluruhnya oleh dua faktor yaitu seberapa cepat panas dapat di konduksi kemudian dapat dihantarkan dari kulit sekitarnya (Guyton, 1997).

Kompres Hangat Teknik Tepid Sponge

Tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah besar superficial dengan teknik seka. Telah diuji di berbagai negara dimana di setiap publikasi riset menghasilkan kesimpulan yang bervariasi.

Namun fakta menunjukkan bahwa pemberian acetaminophen yang diiringi dengan hydrotherapy tepid sponge memiliki keunggulan dalam mempercepat penurunan suhu anak dengan demam pada satu jam pertama dibandingkan dengan anak yang hanya diberi acetaminophen saja (Wilson, 1995).

Tepid sponge merupakan salah satu metode fisik untuk menurunkan demam yang bersifat non farmakoterapi. Tehnikini dilakukan dengan melakukan kompres air hangat di seluruh badan anak. Suhu air untuk mengompres antara 30-350C(Setiawati, 2009)

Temperatur suhu tubuh yang mencapai 39oC akan mengakibatkan kulit hangat kemerahan dan nyeri kepala. Pemilihan tepid sponge sebagai terapi dapat menurunkan suhu dan mengurangi ansietas yang diakibatkan oleh penyakitnya (Janis, 2010).

Tujuan utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu klien khususnya pada anak dengan demam yang suhunya rentang 37,5 – 40,5oC rata-rata 0,97oC selama  60 menit, hal ini didukung oleh penelitian Setiawati (2008) mengungkapkan bahwa rata-rata penurunan suhu tubuh saat mendaatkan kompres hangat dengan tepid sponge adalah 0,97 dalam waktu 60 menit.

Menurut Janis (2010) manfaat dari pemberian tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam, memberikan rasa nyaman, mengurangi nyeri dan ansietas yang diakibatkan oleh penyakit yang mendasari demam. Tepid sponge juga sangat bermanfaat pada anak yang memiliki riwayat kejang demam dan penyakit liver (Wilson, 1995). *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry