Keterangan foto muslimmoderat.net

SURABAYA | duta.co – Dzurriyah almaghfurlah KH Abdul Wahab Chasbullah, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), prihatin dengan semakin karut marutnya tatanan berbangsa dan bernegara, termasuk rapuhnya ukhuwah islamiyah di republik ini. Jamiyah NU yang mewarisi nilai-nilai perjuangan muassis, juga dinilai lemah dalam merekatkan persaudaraan antarbangsa termasuk antarumat Islam.

“Keluarga besar Mbah Wahab segera meluncurkan ‘Kiai Wahab Hasbullah Foundation’. Ini yang bakal mengeksplore gagasan-gagasan besar beliau. Pemikiran beliau ‘harus hadir’, diwujudkan  demi memperkuat perjalanan NU dan NKRI,” demikian disampaikan KH Hasib Wahab, dalam diskusi terbatas melalui media zoom, Selasa (14/7/2020).

Selain Gus Hasib, panggilan akrabnya, hadir dalam diskusi zoom tersebut, Ibu Nyai Hj Mahfudloh, Ibu Nyai Hj Chizbiyah Rahim MA, Ibu Nya Hj Mundjidah Wahab, juga Drs Choirul Anam (Cak Anam), penulis buku KH Abdul Wahab Chasbullah – Hidup dan Perjuangannya’.

Diskusi yang dimoderatori Dr Jaenal Effendi ini, sepakat menggunakan nama ‘Kiai Wahab Hasbullah Foundation’. Apalagi nama tersebut telah melalui proses istikharah yang dilakukan Ibu Nyai Hj Mahfudloh atas ijazah almaghfurlah Mbah Maimun Zubair.

Dengan nama itu, in-sya Allah ‘Kiai Wahab Hasbullah Foundation’ akan memberikan banyak manfaat untuk umat Islam khususnya, bangsa Indonesia serta masyarakat internasional umumnya.

Tanda itu terdapat pada Surat AN-Nuur ayat 35 yang artinya: Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Cak Anam sendiri mengapresiasi kecepatan istikharah yang dilakukan Ibu Nyai Mahfudloh. Menurut Cak Anam, istikharah sangat penting dalam perjalanan ‘Kiai Wahab Hasbullah Foundation’ ke depan. Apalagi, jelas Cak Anam, banyak sekali gagasan besar Mbah Wahab yang tidak dipahami oleh kader-kader NU sekarang.

Menurut Cak Anam, ada empat hal yang menjadi agenda besar Mbah Wahab dalam perjuangannya. Pertama, dunia pendidikan. Masalah ini sudah dikerjakan dengan baik oleh PP Bahrul Ulum Tambakberas, sehingga berdiri Universitas KH.A.Wahab Hasbullah dengan belasan Program Studi.

Kedua, membangun nasionalisme. Ketiga, memperkuat hubungan lintas batas komunitas. Keempat, memperkuat ukhuwah Islamiyah. Di sini Mbah Wahab berhasil membuat NU sebagai pusat persatuan umat Islam.

“Menurut saya gagasan besar Mbah Wahab yang terakhir ini, perlu dieksplore lebih serius. Dengan hadirnya ‘Kiai Wahab Hasbullah Foundation’, apa yang dulu diperjuangkan Mbah Wahab harus diwujudkan,” jelas Cak Anam.

Dewan Kurator Museum NU ini, menjelaskan, betapa nama Mbah Wahab begitu dikenal oleh kader-kader di luar NU, seperti Muhammadiyah, misalnya. Selain berdirinya Majelis Islam a’la Indonesia atau MIAI — sebuah badan federasi bagi ormas Islam — nama Mbah Wahab juga terpatri kuat dalam sejarah Taswir al-Afkar (Cakrawala Pemikiran) yang dibesut di Kota Pahlawan, Surabaya.

Taswir al-Afkar ini ide Mbah Wahab bersama KH Mas Mansyur (Muhammadiyah). Di depan tokoh-tokoh Islam non-NU, beliau sangat dikagumi dan ini membuat NU disegani oleh seluruh kekuatan Islam.

“Hari ini, saya rasa, NU jauh sekali dengan cita-cita Mbah Wahab. Sekarang nahdliyin diajak untuk mencurigai Islam lain dengan stigma radikal. Ini harus kita luruskan. Dan, ‘Kiai Wahab Hasbullah Foundation’ yang bisa melakukan itu,” jelas Cak Anam sambil mengisahkan betapa Mbah Wahab, pada tahun 1954 sudah  berhasil menjelaskan dengan baik kepada kelompok Islam yang ingin menerapkan sistem khilafah di Indonesia.

Hebatnya, kata Cak Anam, Mbah Wahab tidak anti-khilafah. Tidak mau melempar stigma radikal kepada sesama muslim. Karena ajaran khilafah di Islam, itu memang ada. Tetapi, menurut Mbah Wahab, 700 tahun yang lalu, sistem itu sudah tidak bisa diterapkan, termasuk di Indonesia. Mengapa? “Karena sudah tidak ada yang mampu memenuhi syarat-syaratnya,” pungkasnya.

Nah, dengan adanya ‘Kiai Wahab Hasbullah Foundation’, maka, gagasan besar Mbah Wahab itu bisa diunggah kembali. Selain bisa meluruskan perjalanan NU, lembaga ini bakal memperkokoh bangunan NKRI untuk mewarnai peradaban dunia. “Insya Allah 17 Agustus nanti, kita deklarasikan,” tambah Gus Hasib. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry