SOSIALISASI: Ning Ita didampingi dr. Farida Mariana M.Kes menyapa peserta Sosialisasi Pengasuhan Remaja. (DUTA.CO/YUSUF W)

MOJOKERTO | duta.co – Perkembangan globalisasi dan digitalisasi dapat berdampak pada kenakalan remaja. Untuk mengeliminirnya, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari yang akrab disapa Ning Ita punya tips cara mengasuh remaja.

Tips cara mengasuh remaja tersebut disampaikan Ning Ita saat memberikan pengarahan pada Sosialisasi Pengasuhan Remaja Berdasarkan Perspektif Psikologi yang digelar Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kota Mojokerto di Sabha Mandala Madya kantor Pemkot Mojokerto, Kamis (20/7/2023).

“Sumber permasalahan pengasuhan remaja karena komunikasi antara orang tua dan remaja tidak satu frekuensi. Kalau komunikasi antara orang tua dan remaja satu frekuensi, maka kenakalan remaja tidak akan terjadi,” ujar Ning Ita di hadapan ibu-ibu peserta sosialisasi.

Menurutnya, generasi para orang tua berbeda dengan generasi remaja. Orang tua masuk dalam generasi baby boomers dan remaja merupakan generasi zinc Sehingga, pola asuh yang diterima orang tua sudah jauh berbeda dengan yang dituntut dan diinginkan oleh remaja.

“Kita tidak bisa mengadopsi bagaimana orang tua kita dulu mendidik kita untuk kita terapkan menjadi skema pendidikan kepada remaja,” tandasnya.

“Disinilah tantangan kita sebagai orang tua. Kita harus belajar dan mengetahui apa yang menjadi keinginan, kemauan, dan tuntutan para generasi zinc kepada orang tuanya. Kalau tidak paham, maka komunikasi tidak akan pernah satu frekuensi,” jelasnya.

Sedangkan terkait bagaimana agar komunikasi bisa menjadi satu frekuensi, Ning Ita minta agar peserta betul-betul menyimak apa yang disampaikan narasumber. “Maka tolong dimanfaatkan kesempatan baik ini untuk menyimak ilmu dari narasumber yang sudah ahlinya,” pintanya.

“Kalau tips dari saya, selaku orang tua, saya sering mendengarkan video pola asuh yang banyak disampaikan melalui youtube oleh ibu dokter Aisyah Dahlan,” katanya.

Menurutnya, Aisyah Dahlan merupakan seorang dokter yang mendalami keilmuannya pada bidang yang berhubungan otak manusia.

“Maka sejatinya, sunnatullah, otak laki-laki dan perempuan dibuat berbeda oleh Allah. Maka kalau memahami itu, cara berkomunikasi kita dengan remaja pria dan perempuan harus menggunakan bahasa yang berbeda supaya frekuensinya sama, supaya nyambung,” pungkasnya.

Sedangkan Kepala Dinkes P2KB Kota Mojokerto dr Farida Mariana M.Kes mengatakan, sosialisasi ini dilaksanakan untuk mengantisipasi dampak perkembangan globalisasi dan digitalisasi terhadap remaja. “Perkembangan ini diharapkan tidak berdampak sesuatu yang negatif dengan cara mendampingi remaja, terutama dari sisi psikologis,” harapnya.

Sosial diikuti 90 peserta yang terdiri dari berbagai organisasi perempuan seperti PKK, Dharma Wanita, Bhayangkari, Persit, dan lainnya, serta Duta Genre, dan lainnya. “Narasumber adalah pakar-pakar dari Ubaya,” ujarnya. (ywd)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry