Hingga pukul 19.30, para simpatisan tidak mau meninggalkan Mako Brimob. Mereka meminta Ahok dibebaskan dari ruang tahanan. Polisi terpaksa menggiring pengunjuk rasa menjauh dari Mako Brimob. Apalagi Jalan M. Jasin menjadi macet akibat keberadaan pengunjuk rasa. “Tidak benar melakukan aksi di hari libur Perayaan Waisak,” ujar Agus.
Hingga pukul 19.40, polisi berseragam lengkap terus mendesak massa pendukung Ahok menjauh. Bahkan, puluhan polisi yang membawa senjata gas air mata juga diterjunkan untuk membubarkan massa.
Ia berharap pendukung Ahok mengerti dan tidak kembali mendatangi Mako Brimob. Petugas, kata dia, tidak bisa memberi izin pendukung menemui Ahok karena belum ada surat dari Kepala Rutan Salemba maupun pengacaranya. “Rutan di Mako bagian dari Rutan Salemba, jadi harus izin dulu dari Kepala Rutan Salemba.”
Polisi mengerahkan 100 personil atau satu kompi pasukan untuk membubarkan massa pendukung Ahok. Polisi membuat barikade agar massa di depan Mako Brimob, tidak kembali lagi. “Kami akan berjaga agar mereka tidak kembali,” ucapnya.
Ia menuturkan telah mengeluarkan diskresi kepolisian untuk memberikan kesempatan Ahok berbicara langsung dengan massa pendukungnya melalui handy talky (HT) yang diperkeras. “Massa yang bertahan harus mengerti Ahok. Begitu juga sebaliknya,” ujarnya. “Sebab, kami juga harus menjaga pelayanan masyarakat yang lainnya.”