Fariska Zata Amani, Sp.OG, M.Ked.Klin – Dosen Fakultas Kedokteran/Dokter RSI Nyai Ageng Pinatih Gresik

KANKER serviks, atau kanker leher rahim, merupakan salah satu tantangan serius dalam bidang kesehatan perempuan. Data Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat kanker serviks menempati urutan kedua dari total kasus kanker di Indonesia dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker.

Pentingnya Skrining untuk Deteksi Dini

Program skrining kanker serviks yang berlaku di Indonesia masih menggunakan tes IVA (inspeksi visual asam asetat) dan Pap smear sebagai metode diagnostik awal, khususnya di fasilitas layanan kesehatan primer

Pap smear, atau Pap test, adalah metode deteksi dini yang telah terbukti efektif dalam menemukan perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Pemeriksaan ini dinamai dari dokter yang pertama kali mengembangkan tekniknya, yaitu Dr. George Papanicolaou. Di Indonesia, metode pap smear dengan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk deteksi dini diterapkan khususnya pada usia wanita 30-50 tahun yang sudah pernah melakukan hubungan seksual, dengan interval pemeriksaan setiap 3 tahun sekali untuk melihat adanya tanda kanker pada Leher Rahim.

Prosedur Pap smear melibatkan pengambilan sampel sel-sel dari leher rahim atau serviks, yang kemudian diwarnai dan diperiksa di bawah mikroskop oleh seorang ahli patologi. Tujuan utama dari Pap smear adalah mendeteksi perubahan sel-sel serviks yang mungkin menunjukkan infeksi HPV (Human Papillomavirus), lesi pra-kanker, atau kanker serviks.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Pap smear dapat membantu dalam deteksi dini dan pencegahan kanker serviks karena dapat mengidentifikasi perubahan sel-sel sebelum mereka berkembang menjadi kanker. Untuk perempuan yang telah divaksinasi HPV, Pap smear tetap dianjurkan karena vaksinasi tidak melindungi dari semua jenis HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks. Deteksi dini melalui Pap smear memberikan peluang untuk intervensi sejak dini, sehingga mengurangi risiko perkembangan kanker serviks.

Tes HPV untuk Deteksi yang Lebih Akurat

Selain Pap smear, tes HPV menjadi semakin penting dalam deteksi dini kanker serviks. Tes HPV (Human Papillomavirus) adalah metode pemeriksaan yang mengidentifikasi keberadaan virus HPV pada leher rahim atau serviks.

Virus ini terkait erat dengan perkembangan kanker serviks, dan tes HPV dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang risiko seseorang terkena kanker serviks. Tes HPV memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi infeksi HPV, memungkinkan identifikasi dini dari jenis – jenis virus tertentu yang berpotensi menyebabkan kanker.

Untuk mempercepat Deteksi dini kanker rahim, mulai tahun 2023 Kementerian Kesehatan juga akan menggunakan Metode HPV DNA, memanfaatkan PCR Test yang sudah dimiliki. Langkah ini merupakan upaya untuk deteksi stadium kanker lebih cepat.

Pemeriksaan tes HPV DNA dapat mendeteksi jenis virus HPV risiko tinggi (tipe 16 dan 18) yang pada umumnya ditemukan pada kanker serviks. Tes HPV DNA dinilai sebagai pemeriksaan baku emas untuk deteksi infeksi HPV. [1,2,18] Bila ditemukan hasil positif, maka terdapat sekitar 70% risiko terjadi kanker serviks. Sedangkan, bila ditemukan hasil negatif, tidak diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Di Indonesia, metode Pap smear atau inspeksi visual asam asetat (IVA) masih lebih umum digunakan karena tes HPV DNA belum tersedia secara luas. Namun, paradigma skrining kanker serviks sudah mulai berkembang, dan tes HPV DNA dijadikan metode skrining pilihan di luar negeri seperti Amerika dan Australia.

Kesadaran Masyarakat sebagai Kunci Utama dalam Pencegahan

Pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kanker serviks dan langkah-langkah pencegahan tidak dapat dipandang sepele. Edukasi publik, kampanye sosial, dan pelibatan komunitas menjadi faktor kunci dalam memastikan bahwa perempuan memahami betapa pentingnya melibatkan diri dalam upaya pencegahan.

Beberapa orang mungkin tidak sepenuhnya memahami pentingnya vaksinasi HPV atau skrining Pap smear dalam pencegahan kanker serviks. Kurangnya kesadaran mengenai risiko kanker serviks dan manfaat langkah-langkah pencegahan dapat membuat seseorang enggan untuk menjalani prosedur tersebut.

Adanya stigma atau ketakutan terkait dengan prosedur medis tertentu, seperti vaksinasi atau skrining Pap smear, dapat membuat sebagian orang enggan untuk mencari layanan kesehatan. Ketakutan terhadap rasa sakit atau ketidaknyamanan selama prosedur juga dapat menjadi factor.

Beberapa individu mungkin menghadapi kendala dalam aksesibilitas ke layanan kesehatan. Faktor-faktor seperti jarak, biaya, dan ketersediaan layanan dapat menjadi hambatan bagi mereka yang ingin menjalani vaksinasi HPV atau skrining Pap smear. Beberapa memiliki prioritas kesehatan yang lain, dan mereka mungkin merasa bahwa risiko terkait kanker serviks tidak cukup besar untuk memotivasi mereka menjalani vaksinasi atau skrining.

Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Investasi dalam langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini bukan hanya merupakan investasi kesehatan perempuan, tetapi juga investasi dalam masa depan generasi yang lebih sehat.

Dengan pemahaman yang lebih baik, aksesibilitas yang meningkat, dan kesadaran masyarakat yang terus berkembang, kita dapat bersama-sama mengatasi tantangan kanker serviks dan meningkatkan kualitas hidup perempuan secara menyeluruh. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry