Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni

PONOROGO | duta.co – Kabupaten Ponorogo sudah dinyatakan masuk zona hijau pada 28 Juni lalu. Tapi ternyata status tersebut tidak serta merta membuat penyebaran Covid-19 terhenti. Malahan makin meningkat. Bahkan dalam tempo 4 hari sebanyak 15 orang dinyatakn positif. Untuk masyarakat diminta waspada jangan lengah  sebab tidak ingin Ponorogo kembali jatuh ke zona kuning atau bahkan oranye.

Pasca ditetapkan masuk zona hijau Ponorogo justru panen kasus positif Covid-19. Bahkan dalam tempo 4 hari sebanyak 15 orang dinyatakan terkonfirmasi positif. Pasien-pasien ini belum diketahui tertiular dari klaster mana, tapi bisa jadi dari tranmisi lokal. Hal ini disampaikan oleh Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni dalam rilisnya Sabtu (4/7).

“Bertambahnya kasus Covid-19 di Kabupaten Ponorogo beberapa hari ini semakin signifikan. Terdapat kenaikan sebanyak 15 kasus dalam 4 hari ini. Tidak hanya import case, kemungkinan juga terdapat beberapa kasus yang diduga merupakan transmisi lokal, pandemi ini penularannya sangat cepat. Sebagai contoh pada kasus pasien nompr  41, 1 orang yang terkena bisa langsung menulari 4 anggota rumah lainnya, satu diantaranya baru dinyatakan positif hari ini,” jelas Bupati Ipong Muchlissoni.

Sehingga total penderita positif Covid-19 di Ponorogo kini mencapai 54 orang, yang sembuh sebanyak 32 orang, menjalani isolasi di RS sebanyak 19 orang dan yang meninggal 3 orang. Pada kasus terakhir yang menimpa seorang perempuan asal Desa Panjeng, Jenangan terjadi karena diduga tertular dari suaminya yang sudah meninggal. Selain itu ketidakjujuran pasien membawa bencana bagi diri, keluarga dan orang-orang sekitarnya. Bahkan Desa Panjeng kini ditutup total (lockdown) untuk mencegah penyebarab Covid-19 makin meluas.

“Tanggal 3 Juli seorang  perempuan, 42 tahun, beralamat di Desa Panjeng, Jenangan  positif covid19. Berawal dari tanggal 21 Juni 2020,RN (suami dari pasien itu) datang ke Puskesmas Jenangan dengan keluhan panas 39 derajat celcius,dan nyeri perut. Ditanya berulang kali, apakah ada riwayat dari luar kota jawabnya tidak. Pasien diberikan injeksi pereda nyeri dan diberikan motivasi jika keluhan belum berkurang segera ke RS,” jelas Bupati Ipong.

Dua hari berikutnya RN opname selama kurang lebih 5 hari di RS dan saat itu dilakukan RDT covid19, hasil non reaktif. Hasil rontgent dari radiologist normal. Sehingga tidak dilakukan pengambilan swab terhadap almarhum. Setelah dinyatakan sembuh pasien kemudian pulang. Namun setelah 2 hari di rumah, pagi tanggal 30 Juni pasien mengeluh lemes, sempat dilakukan rukyah. Malamnya tiba-tiba tidak sadar dibawa lagi ke RS. Tidak sampai 1 jam di UGD RS, pasien meninggal. Saat itu Dokter menyimpulkan meninggal karena penyakit jantungnya. Sehingga pemakaman dengan cara biasa.

Tapi keesokan harinya  ada warga yg mencurigai almarhum meninggal karena covid19 , sebab riwayat yang bersangkutan  sering bepergian keluar kota. Kemudian Dinkes melakukan tindakan antisipasi dengan melakukan swab kepada kontak eratnya sebanyak 3 orang. Hasil yang pertama keluar pada tanggal 3 Juli kemarin adalah istrinya, yang dinyatakan postitif. Sehingga total kontak erat yang sudah dilakukan pengambilan swab sebanyak 10 orang, dan baru 1 yang dinyatakan positif.

Sementara itu penambahan kasus baru sebanyak 4 orang pada Sabtu (4/7) adalah seorang perempuan,( 29) dari Desa Dayakan,Badegan. Pasien ini adalah saudara dari pasien konfirm nomor 42, yang sehari-hari sering beraktivitas bersama karena kebetulan rumahnya bersebelahan.  Kemudian laki-laki, (35) asal Ngrogung , Ngebel, yang merupakan sopir travel yang mengantar pasien konfirm nomor 42 ke Surabaya.

“Pasien yang ketiga adalah laki – laki, (25)asal  Sukorejo. Dia sebelumnya bekerja sebagai teknisi di Bandara Makassar. Pada 20 Juni menjalanu RDT di Makassar untuk keperluan pulang ke Ponorogo untuk menikah, hasilnya non reaktif. Lalu pada 22 Juni melakukan akad nikah di rumah istrinya di wilayah Kertosari (Babadan) dengan dihadiri keluarga dekat. Tanggal 29 Juni berencana kembali ke Makassar dan melakukan tes RDT di RSUA hasil reaktif, setelah dilakukan pengambilan swab hasil PCR hari ini keluar positif,” jelasnya.

Dan yang paling ironis adalah pasien ke empat yaitu perempuan manula 84 tahun asal Ronowijayan. nenek ini merupakan ibu dari pasien nomor 41, yang sehari-hari tinggal serumah dan kontak erat dengan pasien nomor 41 ( pasien yang dikenal sebagai sosialita).Karena pasien nomor 41 ini juga menulari anaknya, 30 tahun yang merupakan ibu bayi 11 bulan, dan 6 tahun. Sehingga dalam 1 rumah ada 3 yang terkonfirmasi positif yaitu, nenek, ibu dan anak.

“Saat ini terus dilakukan tracing dan testing terhadap seluruh kontak erat pasien konfirm. Cepatnya penularan penyakit ini harus diimbangi dengan cepatnya upaya tracing, testing dan treating untuk memutus rantai penularan,” pungkas Ipong.

Untuk itu pihaknya mengimbau agar seluruh warga Ponorogo, utamanya satgas Covid-19 yang ada di desa/kelurahan, untuk lebih ketat dalam memantau setiap orang di wilayahnya yang terindikasi melakukan isolasi mandiri. (sna)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry