Ketua Yarsis Prof Mohammad Nuh (kanan) bersama dr Dodo Anondo usai penandatanganan surat penunjukan sebagai Direktur RSI Surabaya Ahmad Yani, Selasa (29/12/2020). DUTA/endang

 Harus Jadi Pusat Pelatihan dan Pengembangan

SURABAYA | duta.co – Rumah Sakit Islam Surabaya Ahmad Yani harus bisa menjadi pusat pengembangan dan pelatihan bagi rumah sakit Nahdlatul Ulama yang ada di Indonesia khususnya di Jawa Timur.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis), Prof Mohammad Nuh, DEA saat pelantikan Direktur RSI A Yani, dr Dodo Anando di ruang serbaguna RSI A Yani, Selasa (29/12/2020).

“Kita ingin RSI A Yani bisa memiliki standar khusus yang nantinya bisa diadaptasi rumah sakit NU lainnya. Silahkan diadopsi tanpa memberikan apapun, karena kalau mengembangkan sendiri akan membutuhkan waktu dan materi,” ujar Prof Nuh.

Tugas tersebut, kata Prof Nuh, diserahkan sepenuhnya kepada pimpinan RSI A Yani yang baru yakni dr Dodo Anondo. “Kita ingin ada standarisasi Yarsis, agar ketika kita mau melakukan pengembangan bisa dengan mudah menerapkan standar itu. Sehingga seluruh rumah sakit di bawah Yarsis, standarisasinya sama,” jelasnya.

Standarisasi Yarsis itu kata Prof Nuh dalam berbagai bidang. Bisa dalam bidang layanan, sumber daya manusia (SDM), standar operasional prodesur (SOP) dan sebagainya. “Dengan pengalaman dr Dodo, kami yakin itu bisa dilakukan,” tukasnya.

Standarisasi Yarsis itu, kata Prof Nuh, harus segera dilakukan. Maksimal akhir 2021 sudah ada draft-nya yang bisa diterapkan. Apalagi, mulai 2021 ini, Yarsis akan melakukan pengembangan-pengembangan dan membuka jaringan baru.

Setelah mengambilalih pengelolaan rumah sakit di Gresik, di tahun depan, Yarsis akan membangun rumah sakit di Bangkalan dan Bondowoso.

“Ada yang mengambilalih rumah sakit yang ada dan ada yang kita bangun sendiri. Makanya perlu standarisasi itu agar pengembangan dan ekspansi bisa lebih mudah dilakukan, selain itu bisa diadaptasi rumah sakit lainnya. karena RSI tidak boleh berdiri sendiri tapi harus memikirkan orang lain,” tukas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Selain itu, Yarsis yang memiliki berbagai unit usaha itu, harus diperkuat dengan adanya sinergi. Sinergi terutama antar unit-unit yang ada yakni RSI A Yani, RSI Jemursari, RS Nyi Ageng Pinatih dan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

“RSI A Yani ini juga harus bisa menjadi tempat belajar bagi mahasiswa Unusa. Dosen Unusa juga bisa melakukan penelitian di RSI A Yani. Bahkan, para tenaga kesehatan di RSI A Yani bisa memberikan dan berbagi pengalaman kepada para mahasiswa Unusa. Itulah sinergi yang sesungguhnya,” jelasnya.

Harus Me-review Layanan Covid-19

Penandatanganan SK tentang pengangkatan dr Dodo Anondo sebagai Direktur RSI A Yani. DUTA/ endang

Dikatakan Prof Nuh, kehadiran dr Dodo yang sangat berpengalaman di manajemen rumah sakit itu diharapkan bisa melakukan review pada semua layanan di rumah sakit tersebut terkait Covid-19.
“Review itu bukan berarti salah salam penerapannya, namun hanya ingin meningkatkan layanan atas pasien Covid-19 karena kita sama-sama tahu, Covid-19 sangat-sangat rumit,” tutur Prof Nuh.

Nantinya, dr Dodo harus bisa melakukan perbaikan layanan mulai dari pintu masuk pasien Covid-19 hingga pasien benar-benar dinyatakan sehat. “Ini harus direview, karena kalau tidak, kita tidak tahu apa kekurangannya. Yang pasti, semua harus aman, pasien juga bisa sembuh dan tenaga kesehatan bisa selamat,” jelasnya.

Selain itu, dr Dodo diharapkan bisa memiliki rumus-rumus yang jitu agar kualitas SDM bisa meningkat. Ketika SDM bisa bagus, infrastruktur bagus, maka akan berperangaruh kepada penghasilan rumah sakit itu sendiri.

“Selain itu, akan berdampak pada kepuasan pasien. Kalau pasien puas, kinerja financial akan semakin baik,” tukasnya.

Petakan Program Jangka Pendek dan Panjang

Direktur RSI A Yani dr Dodo Anondo yang menggantikan posisi alm dr Samsul Arifin, MARS. DUTA/ endang

Dr Dodo Anondo, sebelum menjabat sebagai Direktur RSI A Yani, pernah menjabat sebagai Direktur di RSUD Soedono Madiun, RS Syaiful Anwar Malang, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur hingga Direktur RSU dr Soetomo.

Dengan segudang pengalaman itu, dr Dodo bertekat untuk membesarkan RSI A Yani sesuai dengan target yang ditetapkan Yarsis. Karena itu, sejak dilantik, dr Dodo harus langsung bekerja tanpa ada libur. Karena sejak ditinggal mendiang dr Samsul Arifin, MARS 40 hari lalu, banyak pekerjaan yang berlum terselesaikan. Salah satunya adalah penetapan anggaran untuk 2021 dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).

“Sesuai arahan Ketua Yarsis, kami akan membagi program jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek bagaimana rumah sakit ini bisa membantu penanganan pasien Covid-19, di mana masyarakat bisa selamat dan tenaga kesehatan juga bisa selamat. Ini tidak lain agar pelayanan bisa lebih meningkat lagi,” jelasnya.

Untuk jangka panjang kata dr Dodo, RSI A Yani harus bisa meningkatkan layanan secara menyeluruh. Nantinya akan ada standarisasi yang harus dilakukan. “Standar itu sudah ada, tapi kata Prof Nuh harus lebih ditingkatkan,” tukas dr Dodo yang akan menjabat hingga 29 Desember 2025 itu.
Selain itu, dr Dodo mengaku akan memperkuat sinergitas sesuai petunjuk dan arahan yang dilakukan. Sehingga benar-benar semua lembaga yang ada di Yarsis bisa berkembang dan maju bersama. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry