MAKAN BAKSO BARENG: Kapolres Madiun AKBP Ruruh Wicaksono bersama Camat Pilangkenceng dan sejumlah kepala desa tengah makan bareng bakso di Kedai Malaya milik Sugeng. (duta.co/Agoes Basoeki)

MADIUN | duta.co -Paska perdamaian penjual bakso Kedai Malaya Sugeng dengan pengunggah pentol bakso diduga daging tikus, Jum’at (30/1/2020) sore lalu. Kini giliran, Kapolres Madiun AKBP Ruruh Wicaksono bersama Pejabat Utama (PjU) Polres Madiun, makan bakso di Kedai Malaya Desa Kedungmaron, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Senin (3/2/2020) siang.

“Makan bakso bareng di Kedai Malaya milik Mas Sugeng, untu memberikan keyakinan kepada masyarakat luas. Bahwa, pentol bakso dijual Mas Sugeng aman, sebelumnya beredar luas di media sosial diduga dari daging tikus. Hasil uji laboratorium Balai Vertiner Kabupaten Boyolali, Jateng, menyatakan negatif,” ujar AKBP Ruruh Wicaksono.

Hal lain, tambahnya, pentol bakso itu aman dari bahan pengawet seperti boraks dan formalin, itulah hasil positif lain uji laboratorium. Maka, dengan keluarnya uji laboratorium itu, diharapkan masyarakat tidak takut lagi makan bakso, sehingga pendapatan pedagang bakso bisa meningkat lagi.

“Sisi lain, atas kejadian itu, saya berharap pada siapa pun, agar berhati-hati dalam mengupload suatu berita belum diketahui kebenarannya. Sebab, dampaknya bisa negatif hingga berurusan dengan hukum, khususnya UU ITE,” ujar Kapolres Madiun lagi.

Saat bersamaan Kapolres Madiun dan PJU Polres Madiun makan bakso, sebelumnya sejumlah masyarakat sekitar terlihat datang memesan bakso. Mereka menyatakan lega, setelah muncul pernyataan dari Polres Madiun berdasarkan uji laboratorium Balai Vertiner Kabupaten Boyolali dinyatakan negatif atau bebas dari daging tikus.

“Saya sempat terpengaruh isu itu, Pak. Tapi, berkat penjelasan dari Polres Madiun itu, saya merasa yakin dan mantap tidak was-was makan bakso punya Mas Sugeng,” ujar Supardi warga Desa Kedungmaron mengajak istri dan anaknya makan bakso.

Begitu juga pengunjung lainnya merasa lega ada kepastian pentol bakso dinyatakan bebas atau negatif dari daging tikus, termasuk bebas boraks dan formalin.

Dilaporkan, sebagai dampak negatif isu itu, penjualan bakso milik terjun bebas. Tidak hanya bakso milik Sugeng saja mengalami penurunan. Pedagang bakso lain di Caruban, Kabupaten Madiun, ikut turun, mereka hanya bisa berharap ada kejelasan soal isu beredar di media sosial itu.

“Sebelum isu itu beredar, biasanya jualan dari jam 09.00-21.00, bisa memperoleh pendapatan Rp 1,5 juta-Rp 2 juta. Sejak itu, hanya mendapatkan Rp 50 ribu-Rp 75 ribu, Alhamdulillah berkat kerja keras dan cepat dari Polres Madiun. Pentol bakso dinyatakan bebas atau negatif dari daging tikus, sisi lain juga dinyatakan bebas boraks dan formalin,” ujar Sugeng.

Menyinggung soal pasca keluarnya hasil uji laboratorium, ia menyatakan mulai ada peningkatan pendapatan, meski belum sebesar hari biasa.

“Berkat Pak Kapolres Madiun dan jajaran menyampaikan hasil uji laboratorium, peningkatan mulai ada. Besarnya belum sebesar isu menghebohkan itu,” ujar Sugeng lagi.

Turut hadir dalam makan bakso itu, Kapolsek Pilangkenceng, Camat Pilangkenceng, Koramil Pilangkenceng dan para kepala desa se Kecantikan Pilangkenceng, siap menyebarluaskan hasil uji laboratorium pentol bakso.

“Sesuai harapan Pak Kapolres, kami para kepala desa di Kecamatan Pilangkenceng siap menyampaikan dan mensosialisasikan bakso Kedai Malaya negatif dari daging tikus,” ujar Kepala Desa Ngale Lilik Indarto.

Di Nganjuk Penjualan Belum Pulih

Lain lagi, penjual pentol bakso dan pedagang bakso Warujayeng, Kabupaten Nganjuk, belum pulih pendapatan akibat isu itu. Meski, hasil uji laboratorium sudah keluar  dan disampaikan Kapolres Madiun kepada para awak media, belum mampu mendongkrak pendapatan pentol bakso atau masih lesu.

Rombongan Paguyuban Pedagang Bakso Warujayeng, Kabupaten Nganjuk, ikut mendatang Kedai Malaya milik Sugeng di Desa Kedungmaron, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Mereka datang ingin memberikan dukungan

Sardi pemilik dan pembuat pentol bakso Sumber Roso, Dusun Tawangsari, Desa Kedungombo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk. “Sampai saat ini penjualan pentol bakso masih belum ada kenaikan, akibat isu itu pedagang bakso belum ada beli. Sebab, pedagang bakso sendiri tidak laku,” ujarnya.

Hal senada disampaikan, Nanang Ketua Paguyuban Pedagang Bakso Warujayeng, Kabupaten Nganjuk, menyatakan penjualan bakso lesu dampak dari isu pentol bakso dari daging tikus itu. “Meski, dari pihak berwajib sudah mengeluarkan hasil uji laboratorium, tapi belum mampu mendongkrak pendapatan. Semua itu akibat isu menyesatkan, kami jadi merugi besar,” ujarnya. (ags)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry