Dekan FEB UNISMA, Nur Diana SE MSi (atas tengah) bersama Himaprodi Akuntasi dan jajaran Dekanat. Nampak para narasumber Webinar bwrtajuk mendeteksi Fraud. (FT/UNISMA)

MALANG | duta.co – Semangat mengantisipasi Fraud atau kecurangan dalam suatu laporan keuangan, diusung dalam webinar yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (Unisma). Dengan merangkul Ikatan Akuntan Indonesia Wilayah Jawa Timur Komisariat Malang Raya. Tema pertemuan virtual kali ini “Tata Kelola dan Upaya Mendeteksi Fraud di Indonesia. Sabtu (18/7). Menghadirkan alumni Fakultas ini yang kini menjadi Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, serta Ketua IAI wilayah Jatim.

Dekan FEB UNISMA, Nur Diana SE MSi dalam sambutannya mengatakan, webinar ini kerjasama dengan IAI Komisariat Malang Raya, yaitu organisasi profesi akuntan yang mempersiapkan calon akuntan auditor. Profesi ini sendiri harus memahami peranannya dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Peran profesi ini berbagai pihak diantaranya untuk kepentingan Direktur, Dewan Komisaris, Sistem Pengendalian Internal, Laporan Keuangan berkualitas atau High Quality Reporting, yang tentunya hal itu semua membutuhkan peranan Auditor.

“Perwujudan tata kelola yang baik di perusahaan maupun instansi pemerintah  seringkali  dihadapkan pada berbagai tantangan seperti praktik Fraud yang marak dengan skandal akuntansi. Rendahnya tingkat kepercayaan pada keandalan dan obyektivitas laporan keuangan oleh  pihak yang.terseret skandal seperti pada kasus Enron, Worldcom, Kimia Farma, dan Garuda Indonesia. Untuk itulah peranan Auditor menjadi semakin penting,” ujarnya.

Dijelaskan Diana, FEB Unisma dalam webinar ini sengaja mendatangkan para praktisi dari sektor publik yaitu Auditor internal Kementan RI dan Auditor Eksternal KAP Hari Purnono & Jaswadi, agar semua peserta webinar memahami peran auditor tersebut dalam mendeteksi Fraud. Hal ini semua guna mewujudkan Good Corporate Governance.

“Apalagi masa  pandemi ini ada kebijakan physical distancing, apakah profesi ini mampu menjalankan peranannya secara optimal dan di masa pandemi ini, apakah semakin memicu praktik Fraud? Kita lihat jawabanya dari kedua praktisi ini,” jelas Diana dengan nada tanya.

Sementara itu, Ketua IAI wilayah Jatim, Dr Pujihandayati SE MM Ak CA CMA CIBA CRSR, mengapresiasi  webinar  yang membahas Good Corporate Governance dan cara mendeteksi Fraud. Menurutnya, di beberapa program pemerintah sudah melakukan upaya pencegahan Fraud dengan  mendeteksi pengganggraan, alokasi  biaya perjalanan dinas. Bahkan saat ini lebih difokuskan semua pengeluaran modal dialihkan untuk penanganan Covid. “Jika ini tidak dikawal kemungkinan besar memunculkan Fraud,” katanya.

Sementara itu Akhmad Muslikh SE MM dalam paparanya banyak menjabarkan peranan auditor internal dalam mencegah terjadinya Fraud di organisasi sektor publik seperti Kementrian Pertanian. Menurutnya,  Fraud  bisa terjadi karena kesempatan, rasionalisasi dan motivasi. Ia pun mengutip dari Gone Theory bahwa Fraud itu bisa terjadi karena kebutuhan, keserakahan, adanya celah, kesempatan dan peluang terbuka untuk melakukannya.Bentuknya bisa seperti penyimpangan aset, korupsi maupun pernyatan palsu.

Sedangkan Jaswadi, auditor eksternal dari Kantor Akuntan Publik Hari Purnomo & Jaswadi, yang menjabarkan Curent Issu seputar pelaporan keuangan. Ia mengatakan, World Bank sebagai lembaga terpercaya Internasional akan dijadikan rujukan investor dan pengguna yang akan Joint Business dengan Indonesia. Diperkirakan Accounting dan Auditing harus segera direkomendasikan dalam rancangan undang-undang pelaporan keuangan dan UU komprehensif tentang akuntan publik. Namun sampai saat ini UU pelaporan keuangan  masih belum diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang.

Pada akhir sesi Dekan berharap kegiatan webinar ke 25 ini dapat memberikan wawasan, insight dan penguatan kompetensi kepada calon lulusan yang ingin berprofesi menjadi auditor. “Hendaknya calon Auditor harus memperhatikan berbagai praktik kecurangan yang melanggar tatanan GCG. Sedini mungkin tatanan menjadi auditor yang kompeten, independen dan berintegritas harus dikenalkan. Penerapan tata kelola perusahaan pun harus berdasar prinsip transparansi, akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi dan Fairness,” papar Diana.

Diana mengakui, sulitnya mewujudkan High Quality Reporting atau laporan keuangan yang berkualitas, meupakan problem bisa terjadi dari penyusunan laporan keuangan dan auditor yang  tidak menegakkan integritas, independensi dan obyektivitas dalam audit. Tak jarang Fraud terjadi karena kerjasama antar penyusunan laporan keuangan dan rendahnya integritas auditor.

“Penting bagi perguruan tinggi untuk memperkuat karakter lulusan. Ini menjadi  tugas kami sebagai perguruan tinggi, mencetak calon akuntan yang mampu menegakkan komptensi teknis, etika dan moral yang tinggi, ” ungkapnya seusai Webinar.

Hal ini, kata Diana menjadi fokus prodi Akuntansi FEB UNISMA untuk menyetak lulusan yang ingin menjadi auditor berkualitas. Maka dari Webinar ini banyak mendapat Insight, khususnya dari alumni yang sekarang jadi auditor internal di Kementan dan praktisi yang masuk jajaran asosiasi profesi. Masukan ini akan dijadikan rujukan dalam  melakukan perombakan kurikulum Merdeka Belajar  yang saat ini sedang digodok, disamping beriring dengan peningkatkan infrastruktur laboratorium, IT, serta ekspansi kerjasama dengan berbagai  mitra. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry