Erika Martining Wardani, S.Kep.Ns., M.Ked. Trop – Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

WORLD Stroke Day atau Hari Stroke se-dunia atau setiap tahun diperingati pada 29 Oktober. Diperingati untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melakukan pencegahan secara dini dan pengobatan terhadap terjadinya stoke

Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global, yang dapat mengakibatkan kematian atau kelainan yang berlangsung lebih dari 24 jam tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada orang yang berusia 45 tahun ke atas. Derajat Keparahan stroke sangat bervariasi. Beberapa pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari- hari dengan mandiri. Namun, ada juga sejumlah pasien yang mengalami gejala berat sehingga butuh bantuan untuk melakukan berbagai aktivitas.  Perlu seorang Care Giver yang dapat membantu pasien ketika pasien membutuhkan pertolongan dan membantu melatih pasien untuk menjadi mandiri.

Deteksi dini gejala stroke dengan FAST

1. F = face drooping (wajah tampak terkulai)
Ketika suspek penderita stroke ditemukan sebelah sisi wajah yang tampak tidak normal, tidak simetris, atau dikeluhkan terasa baal sesisi wajah, maka kecurigaan stroke meningkat.

2. A = arm weakness (kelemahan lengan)
Apakah suspek penderita stroke tiba-tiba mengeluhkan sebelah lengannya mendadak lemah? Atau terdapat keluhan baal sebelah lengan? Ketika suspek penderita stroke diminta untuk mengangkat kedua tangannya dengan tinggi ke atas. Bila sebelah tangan tampak tertinggal atau tidak mampu mencapai level yang sama dengan tangan satunya, kemungkinan telah terjadi stroke.

3. S = speech difficulty (kesulitan berbicara)
Gangguan bicara yang terjadi mendadak adalah salah satu gejala paling khas dari stroke. Bila suspek penderita tiba-tiba tidak mampu berbicara dengan lancar dan terbata-bata, kemungkinan itu stroke. Bentuk kesulitan berbicara lain yang menimbulkan kecurigaan stroke adalah saat penderita mendadak tidak bisa berbicara, atau bicaranya sulit dimengerti.

4. T = time to call 911 (saatnya memanggil bantuan)
Huruf T merupakan pengingat bahwa langkah selanjutnya bila telah menemukan tiga gejala di atas adalah segera menghubungi bantuan gawat darurat.

Metode FAST sangat mudah dikenali oleh awam untuk mendeteksi gejala stroke. Tapi ada beberapa gejala stroke lainnya yang perlu diwaspadai, yaitu:

1. Pingsan atau kehilangan kesadaran.

2. Kesulitan melihat dengan salah satu atau kedua mata.

3. Kesulitan berjalan.

4. Gangguan keseimbangan duduk atau berdiri.

5. Depresi atau ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi.

6. Gangguan menelan.

7. Gangguan buang air kecil atau inkontinensi.

8. Gangguan buang air besar atau konstipasi.

9. Kesulitan mengenakan pakaian.

10. Gangguan memori atau daya ingat.

Persiapan sebelum pasien pulang ke rumah

Setelah kondisi pasien stabil dan fase akut terlampaui, pasien masuk ke fase pemulihan. Pasien stroke membutuhkan penanganan yang komprehensif, termasuk upaya pemulihan dan rehabilitasi dalam jangka lama. Keluarga sangat berperan dalam fase pemulihan ini, sehingga sejak awal perawatan keluarga diharapkan terlibat penanganan pasien.

Perencanaan pulang atau discharge planning dilakukan oleh dokter, perawat dan anggota tim stroke yang lain, dengan melibatkan pasien stroke dan keluarga jika memungkinkan. Proses perencanaan pulang dimulai sejak pasien masuk rumah sakit, termasuk edukasi kepada pasien dan keluarga.

Peran keluarga dalam merawat pasien stroke di rumah

Selama perawatan di rumah, keluarga berperan penting dalam upaya meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri, meningkatkan rasa percaya diri pasien, meminimalkan kecacatan menjadi seringan mungkin, serta mencegah terjadinya serangan ulang stroke.

Perawatan pasien stroke di rumah dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Ajak bicara
Pasien stroke sering mengalami Afasia/ gangguan bicara. Agar pasien dapat kembali berkomunikasi dengan lancar, ajak mengobrol dengan sering. Beri motivasi pasien untuk berusaha berbicara dan mengucapkan kata-kata, gunakan alat bantu untuk berbicara, misal dengan menulis di kertas.

2. Ajak pasien untuk bergerak
Ajak pasien untuk menggerakkan sendi-sendi di tubuhnya setiap hari, termasuk area yang ‘lemah’. Hal ini dapat mencegah kekakuan pada bagian tubuh tersebut. Ini adalah aktivitas tambahan untuk melatih otot dan saraf di area yang lemah, selain dengan mengunjungi tempat rehabilitasi medis.

3. Bantu pasien untuk mobilisasi/ berpindah tempat
Jika pasien masih mengalami gejala sisa seperti kelemahan anggota gerak, pasien belum mampu bergerak sendiri maka bantulah dia saat ingin berjalan atau damping pasien untuk menghindari resiko jatuh.

4. Bantu pasien untuk makan
Pasien stroke sering kali mengalami gangguan menelan atau disfagia. Beberapa pasien pulang juga masih menggunakan NGT/ Selang makan. Jadi, bantulah untuk memposisikan pasien duduk dengan lebih tegak ketika sedang makan. Letakkan makanan pada sisi yang sehat. Hal ini untuk mencegah terjadinya tersedak, yang bisa membahayakan nyawa.

5. Latih kesehatan otak
Bantu pasien untuk melatih otaknya dengan memberi informasi hari, waktu, dan mengingat nama orang-orang yang berada di sekitarnya.

6. Ciptakan lingkungan yang aman
Sesuaikan lingkungan dengan derajat keparahan stroke pasien. Ciptakan lingkungan yang aman namun tetap nyaman bagi pasien, misalnya:

a. Mengatur tempat tidur agar posisinya tidak terlalu tinggi dan meletakkan benda-benda yang dibutuhkan dalam jangkauan pasien

b. Pastikan juga lantai yang tidak licin, agar pasien tidak mudah terpeleset atau terjatuh.

c. Bantu mengingatkan jadwal minum obat.

d. Ingatkan jadwal kunjungan ke rumah sakit.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry