MENARA PANTAU : Suasana Pengunjung saat berada di menara pantau Kampung Blekok (duta / heru)

SITUBONDO | duta.co  – Wisata Kampung Blekok yang berlokasi di Dusun Pesisir, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo terus berbenah dan kini menjadi tempat wisata edukasi bagi pengunjungnya, Minggu (23/2/2020).

Wisata alam Kampung Blekok yang di deklarasikan pada tahun 2017, telah mendapat penghargaan dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur, sebagai wisata alam terbaik di Jawa Timur.

Wisata Kampung Blekok yang di gagas oleh masyarakat Pesisir Desa Klatakan dan Dinas Lingkungan Hidup ini, terus berkembang. Setiap pengunjung tak hanya mendapat kesenangan saat berwisata di Kampung Blekok, tapi para pengunjung mendapat ilmu pengetahuan mengenai burung blekok, burung air dan jenis-jenis pohon mangrove.

Saat berwisata di Kampung Blekok, para pengunjung dikenalkan dengan berbagai jenis burung air, burung blekok dan jenis mangrove serta disarankan untuk menanam pohon cinta kawasan Hutan Mangrove tersebut.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo, Kholi ST, Kampung Blekok mengatakan Kampung Blekok merupakan salah satu destinasi wisata alam berbasis konservasi yang ada di Dusun Pesisir, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.

Kawasan ini, pada tahun 2017, melalui Peraturan Bupati Situbondo tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati, telah ditetapkan sebagai kawasan bakau yang dihuni oleh burung air jenis ardidae atau burung blekok oleh masyarakat sekitar.

“Saat yang tepat untuk berkunjung ke Wisata Alam Kampung Blekok adalah pukul 05.00 pagi, ketika burung-burung meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, dan pukul 17.00 sore saat burung-buurung pulang ke sangkar. Para pengunjung dapat mensaksikan berbagai keunikan burung blekok saat kembali ke sarangnya melalu menara pantau yang telah disediakan di kawasan Hutan Mangrove tersebut,” jelas Kholil.

Lebih lanjut, Kholil menjelaskan, di bukanya kawasan wisata alam Hutan Mangrove Kampung Blekok ini, berdasarkan keinginkan masyarakat setempat. Karena masyarakat setempat terus menjaga dan melindungi alam tersebut, dengan cara melarang menembak burung blekok dan merusak tanaman mangrove.

“Data tahun 2016, kawasan hutan mangrove tersebut mempunyai kerapatan rata-rata 2000 pohon per hektar, dengan luas 6,3 hektar, dan diperkirakan jumlah tegakan mangrove di Kampung Blekok mencapai 12.600 pohon dengan tebal mangrove kurang dari 1 km. Mangrove adalah tempat bersarang burung air, ditambah lagi masyarakat Dusun Pesisir Desa Klatakan itu, membuat larangan menembak burung blekok dan larangan merusak atau menebang pohon mangrove,” jelasnya.

Berdasarkan penelitian di Kampung Blekok, kata Kholil, ada 10 jenis pohon mangrove yang tumbuh subur.

“Jenis-jenis yang tumbuh subur di kawasan Kampung Blekok, antara lain jenis Rhizophora Mucronata, Soneratia Alba, Rhizophora Stylosa, Acanthus Ilicifoius, excoecaria, Rhizophora Apiculata, Avicennia Alba, Avicennia Marina, Agallocha, dan Hibiscus Tiliaceus,” ujarnya.

Sedangkan, sambung Kholil, jenis-jenis burung air yang ditemukan di Kampung Blekok tersebut ada 11 jenis burung diantaranya burung jenis Kokokan Laut, Kareo Padi, Cangak Merah, Gajahan Pengala, Trinil Pantai, Cerek Jawa, Kowak Malam Abu, Blekok Sawah, Kuntul Besar, Kuntul Kecil, dan Kuntul Kerbau.

Kekayaan sumber daya alam yang ada di Kampung Blekok, kata Kholil, sangat menarik untuk dikunjungi. Karena selain para pengunjung bisa mensaksikan hamparan hutan mangrove dan burung-burung jenis air yang bergerombol juga pengunjung diajari untuk menangkarkan burung-burung air yang sakit untuk dirawat, bahkan para pengunjung diajari cara menanam bibit pohon mangrove.

Sementara itu, imbuh Kholil, dengan adanya wisata alam Kampung Blekok memberikan banyak manfaat dan perubahan prilaku masyarakat setempat mengenai pariwisata. Saat ini, pemikiran masyarakat setempat, terus berupaya memberikan yang terbaik bagi para pengunjung wisata alam Kampung Blekok. “Selain itu, dampak bagi masyarakat sekitar adanya tambahan perekonomian. Saat memasuki kawasan Kampung Blekok, para pengunjung bisa mensaksikan rumah-rumah penduduk yang menjual souvenir dan makanan tradisional,” tuturnya.

Kholil mengatakan, kini ekowisata Kampung Blekok mempunyai beberapa keunggulan untuk mengatasi atau menyelamatkan blekok dan jenis burung air lainnya dari serangan biawak dan kematian blekok karena faktor alam.

“Pokdarwis kampung blekok sudah mempunyai ijin untuk menangkar blekok yang jatuh atau sakit setelah sehat akan di lepas kembali. Kemajuannya lainnya, para pengelola Kampung Blekok, sudah bisa mengembangkan ke tahap pengeraman telor burung blekok yang jatuh dari sarangnya,” jelasnya.

Selain itu, imbuh Kholil, para pengunjung dari hari Senin hingga Jumat, disediakan edukasi bagi anak sekolah maupun umum tentang jenis – jenis burung air dan mangrove yang ada di sekitar kawasan Kampung Blekok.

Sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu, pengunjung, disediakan paket wisata “Mangrove Cinta”. Paket wiasata Mangrove cinta ini, setiap pasangan muda-mudi atau keluarga untuk melakukan penanaman pohon mangrove dengan biaya Rp 10 ribu per-pohon. Dalam penanaman itu, di beri nama masing – masing pasangan, dan empat tahun lagi mereka yang telah menanam mangrove akan diundang untuk menyaksikan kembali pohon yang sudah mereka tanamnya. her