dr Ignatius Yansen, SpJP (K), FIHA, FAsCC dari Eka Hospiral (kanan) dan dr Gunawan Yoga, SpJP dari National Hospital Surabaya saat memberikan edukasi tentang aritmia di Surabaya, Jumat (15/7/2022) malam. DUTA/ist

Deteksi Sejak Dini untuk Menghindari Hal yang Tidak Diinginkan

SURABAYA | duta.co – Aritmia atau gangguan irama jantung perlu diwapadai. Karena jika tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan kematian mendadak.

Karena itu, Eka Hospital Jakarta datang langsung ke Surabaya untuk mengedukasi masyarakat awam tentang penyakit ini selama dua hari, Jumat (15/7/2022) dan Sabtu (16/7/2022).

Eka Hospital menghadirkan dr Ignatius Yansen, SpJP (K), FIHA, FAsCC berkolaborasi dengan dr Gunawan Yoga, SpJP dari National Hospital Surabaya.

Dalam kesempatan itu dr Ignatius mengatakan seseorang dikatakan menderita aritmia ketika irama denyut jantungnya tidak normal.

“Normalnya di antara 60 kali hingga 100 kali per menit. Itu dalam kondisi istirahat tanpa pemicu ya. Jika kurang dari 60 atau lebih dari 100 maka itu sudah tidak normal,” kata dr Ignatius.

Aritmia bisa diderita semua golongan umur dan tidak memandang gender. Menurut survey 2,6 juta penduduk mengalami aritmia dan 2,2 juta penduduk menderita aritmia jenis atrial fibrilasi, 4.096 dari jumlah ini berisiko mengalami stroke apabila tidak segera mendapat penanganan medis.

Aritmia merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu dianggap serius, karena diperkirakan 8.746 pasien yang meninggal mendadak disebabkan oleh aritmia.

“Salah satunya anak dari Nurul Arifin (artis dan politisi,red). Karena henti jantungnya itu pas dia tidur jadi tidak ada yang tahu, akhirnya meninggal. Seandainya waktu itu ada yang dampingi, kemungkinan bisa ditolong,” tandasnya.

Aritmia kata dr Ignatius merupakan penyakit bawaan. Sehingga orang tua perlu untuk lebih peduli agar bisa diketahui sejak dini.
“Kalau ada sudah merasakan sesak misalnya, segera dicekkan. Karena kalau diketahui sejak dini bisa diobati dengan baik,” tandasnya.

Pemicu lain aritmia adalah karena penyakit lainnya misalnya diabetes, hipertensi, kolesterol hingga serangan jantung.

“Serangan jantung beda dengan aritmia. Aritmia terjadi karena serangan jantung itu bisa. Kalau serangan jantung disertai dengan nyeri,” jelasnya.

Karena agar aritmia juga diketahui, maka dr Ignatius menyarankan agar rajin melakukan medical checkup. “Kalau ada indikasi bisa langsung melakukan pemeriksaan listrik jantung. Dan kalau ditangani dengan baik sebagian besar bisa sembuh,” ungkapnya.

Henti jantung tidak pernah diduga, di mana dan kapan pun bisa terjadi. Karenanya peran lingkungan sangat penting untuk bisa memberikan pertolongan pertama saat ada orang yang mengalami henti jantung.

“Pertolongan sangat penting untuk melakukan pacu jantung. Pasien dengan kondisi seperti itu hanya butuh eaktu enam menit untuk dia bisa ditolong apa tidak. Lebih enam menit tidak ada yang bantu, maka kemungkinan besar tidak bisa ditolong,” tukasnya.

Selain itu tenaga medis yang mendalami aritmia juga masih belum banyak. Terutama di Surabaya sebagai kota besar.

Eka Hospital menggandeng National Hospital untuk bisa memberikan edukasi serta pengobatan bagi pasien dengan aritmia itu.

Di Indonesia sendiri sekarang memiliki sekitar 42 tenaga ahli aritmia. Ini menandakan bahwa masih sangat kurang bila melihat jumlah penduduk di Indonesia. Eka Hospital sendiri memiliki 5 dokter ahli aritmia dan menjadi salah satu rumah sakit rujukan untuk penyakit ini. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry