Andreas Putro Ragil Santsoso, S.S.T., M.Si – Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan

BOTULISME merupakan suatu keracunan makanan yang serius dan harus segera ditangani. Botulisme disebabkan oleh kuman/bakteri jenis Clostridium botulinum golongan bakteri Clostridum yang bersifat obligat anaerob.

Mengenal bakteri Clostridium botulinum lebih dekat dimana bakteri ini berbentuk batang memiliki spora, mati diatas suhu 90oC, tahan terhadap lingkungan namun akan aktif ketika kondisi asam.

Kejadian akibat botulisme di Indonesia sendiri bisa dikatakan cukup langka namun akibat fatal yang ditimbulkan akibat keracunan makanan akibat Clostridium botulinum ini bisa dikatakan cukup tinggi yaitu sekitar 65-70%.

Kejadian fatal diakibatkan karena bakteri Clostridium botulinum memiliki racun yang bersifat menyerang system saraf (saraf, otak dan sumsum tulang belakang) serta dapat menyebabkan kelumpuhan otot yang bertahap dari tubuh yang diserang hingga pada kaki.

Bakteri Clostridium botulinum masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang telah terkontaminasi bakteri ini. Gejala akibat keracunan bakteri Clostridium botulinum akan timbul setelah 18-36 jam setelah racun masuk kedalam tubuh, apabila tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan kejadian yang fatal.

Gejala awal yang akan timbul setelah keracunan yaitu tubuh mekin lemah, pusing yang diiringi mual dan muntah serta kekeringan pada area mulut selanjutnya reaksi neurologis diantaranya penglihatan yang mulai kabur, keridakmampuan untuk menelan, kesulitan berbicara, otot rangka mengalami kelemahan serta kelumpuhan pada pernafasan.

Toksin yang masuk kedalam tubuh akibat Clostridium botulinum beruba vegetativ maupun spora yang selanjutnya terserap tubuh bagian atas dari saluran pencernaan di duodenum dan jejunum lalu melewati aliran darah hingga mencapai sinapsis neuromuskuler perifer.

Racun tersebut malakukan blockade terhadap penghantaran serbut saraf kolinergik yang tanpa mengganggu saraf adrenegik. Akibat blikade yang dilakukan maka pelepasan asetikolin akan terhalang, hal tersebut menyerupai kasian atropine yang menunjukkan manifestasi klinis terdiri dari kelumpuhan flacid yang menyelurug dengan pupil melebar (tidak bereaksi adanya cahaya), lidah mengering, takikardi dan perut akanmengembung.

Selanjutnya otot penelan dan okuler akan terkena sehingga susah untuk dapat menelan dan diplopia menjadi keluhan penderita. Akhihrnya otot pernafasan dan penghantaran impuls jantung sangat terganggu, dan pada akhirnya penderita dapat meninggal karena apnoe dan cardiac arrest.

Faktor resiko botulisme diantaranya : penyalahgunaan NAPZA, bakteri Clostridium botulinum dapat mengkontaminasi zat yang terkandung dalam narkoba, sering mengkonsumsi makanan kaleng yang rendah asam dan kemasan tidak konsidi baik, sering terpapar tanah atau konsidi lingkungan kerja yang bertanah.

Clostridium botulinum penyebab botulisme ditemukan pada lingkungan sekitar kita diantaranya debu, tanah, sungau bahkan didasar laut. Bakteri Clostridium botulinum bukan berbahaya apabila kondisi lingkungan normal namun apabila lingkungan rendah akan oksigen maka bakteri ini akan mengeluarkan toksinnya, dalam artian kuman ini yang berbahaya adalah toksinnya bukan bakterinya.

Kalua didasarkan penyebabnya dibagi menjadi 3 yaitu (1) botulisme akibat keracunan makanan, (2) botulisme akibat luka yang terbuka, (3) botulisme pada bayi yang terjadi bayi kontak dengan tanah dan konsumsi madu.

Botulisme dilakukan diagnosa dengan wawancara medis oleh dokter terkait makanan yang dikonsumsi dan luka terbuka yang dimiliki pasien (jika ada). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan darah dan feses oleh pasien dengan pemeriksaan penunjang pada keadaan tertentu yaitu elektromiograf atau pemeriksaan caiaran cerebrospinal.

Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan segera membawa ke rumah sakit diharapkan untuk mengeluarkan toksin yang masuk dengan cara memberikan peransang muntah, pengosongan lambung serta pemberian obat pencahar. Selanjutnya pemberian antitoksi meskipun tidak bisa menghentikan kerusakan namun dapat memperlambat atau menghentikan kerusakan.

Pencegahan dilakukan memasak makanan diatas 80oC dengan waktu minimal 30 menit, memanasakan kembali makanan yang telah dibiarkan serta melihat kondisi makanan kaleng jika kaleng konsisi tidak baik sebaiknya dibuang, jangan gunakan NAPZA serta hati-hati pemberian madu pada bayi. Salam sehat. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry