Pelatihan menjahit Warga Kecamatan Wonoayu di Aula kantor Kecamatan Wonoayu, Selasa, (8/3/22). (FT/LOETFI)

SIDOARJO | duta.co – Dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dan banyak membuat usaha atau tempat kerja gulung tikar sangat dirasa. Seperti yang dialami peserta pelatihan menjahit yang ada di aula kantor Kecamatan Wonoayu, Selasa, (8/3/22). Peserta ikut pelatihan dengan harapan mampu dan bisa mencukupi kebutuhan hidup dimasa pandemi.

Bu Jumaikah (45), warga Desa Pilang Dusun Rame RT 22 RW 11 Kecamatan Wonoayu mengatakan, dirinya mengikuti kegiatan ini untuk menambah ilmu. “Sebelum ikut sudah bisa menjahit, tapi tidak tahu rumusnya cara membuat pola, hanya bisa menjiplak (mencontoh) saja,” kata Jumaikah.

“Menjahit disini kesulitannya pada jahit kerung lengan dan lingkar leher (jahitan melingkar). Saya ikut pelatihan ini mulai 24 Februari,” lanjutnya.

Ia berharap, semoga kegiatan bisa berlanjut tidak sampai disini saja. Karena, untuk bisa ikut, usia untuk dapat mengikuti pelatihan maksimal 45 tahun. “Saya beruntung masih bisa ikut karena usia saya belum 45 tahun, yang artinya masuk 45, karena belum bulannya. Kalau lebih takutnya tidak kelihatan matanya sewaktu memasukan jarum mas,” pungkasnya.

Sementara, Zuhdiyah (51), selaku instruktur lembaga modes Pembina Trosobo Kecamatan Taman, di lokasi, Selasa, (8/3/22) mengatakan, ini kegiatan positif. “Karena orang-orang yang awalnya belum bisa menjadi bisa menjahit. Tapi ada juga yang sudah bisa menjahit namun tidak bisa membuat pola, dan ada yang sudah kerja dikonfeksi tapi tutup,” papar Zuhdiyah.

Lebih jauh Zuhdiyah menjelaskan, banyak disini yang sudah bisa menjahit, tapi tidak bisa bagaimana cara membua pola. “Disini orangnya senang, yanga walnya karena tidak tahu rumus, akhirnya mengerti caranya. Mereka sangat senang juga mendukung adanya pelatihan ini,” imbuhnya. “Bisa tahu rumus sebenarnya, nantinya bisa mandiri dan berani buka sendiri karena sudah tahu dengan mengikuti pelatihan dan sudah diajarkan lima macam pola,” ujar Zuhdiyah.

Salah satunya membuat bawahan, atasan, gamis dan hem serta celana. “Saya mengajarkan cuma lima macam pola, karena ditarget waktu sampai ujian, setelah pelatihan berakhir sampai 21 Maret, akan ada ujian kemungkinan 22 Maret. Dan ada tim penguji sendiri dari dinas,” paparnya.

Setelahnya, lanjutnya, para peserta bisa mengembangkan keahliannya dan bisa bekerja mandiri, terlebih di musim pandemi karena sudah mempunyai keahlian sediri dan diharapkan bisa menambah penghasilan keluarga.

“Pemkab dan dinas terkait sekitarnya bisa memfasilitasi untuk kedepannya terkaitan pekerjaan dan tidak hanya sampai disini saja,” pungkas Zuhdiyah.

Sementara, satu satunya peserta pelatihan laki-laki bernama M. Ainul Yaqin (28) menyampaikan, dirinya ikut karena agar bisa membuat pola. Sudah bisa jahit jahit baju, tapi belum bisa jahit (mebuat) pola celana atau gamis.

“Bisa ikut saya sangat beruntung karena satu desa diambil satu orang, disini enam belas Desa enam belas siswa,” terang warga Plaosan, Wonoayu itu. “Ikut orang tua laki-laki, karena ingin mengembangkan ilmu juga dan mencari pengalaman baru disini,” pungkas Ainul, biasa disapa. (loe)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry