KEDIRI | duta.co – Hujan yang mengguyur Kota Kediri, berimbas melimpahnya air di Aliran Sungai Brantas. Pihak Pemerintah Kota Kediri pun menyiagakan Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) dan Unit Tagana, menimalisir kerusakan fisik dan antisipasi jatuhnya korban jiwa. Walikota Kediri, Abdullah Abu Bakar, terus memantau perkembangan bencana ini, selain memantau sejumlah jembatan dan memberikan bantuan kepada warga terdampak.
Dijelaskan Kepala BPBD Kota Kediri, Syamsul Bahri usai menggelar koordinasi dengan anak buahnya, Sabtu (4/3/2017), setiap jam bahkan setiap saat dirinya diminta langsung memberikan laporan situsasi termasuk Walikota Kediri terpaksa membatalkan semua kegiatan luar kota atas musibah bencana ini.
“Setiap jam, kami memberikan laporan kepada Bapak Walikota. Beliau juga terpaksa membatalkan semua kegiatan luar kota agar konsentrasi memantau banjir besert dampaknya,” jelas Samsul Bahri.
Putusnya Jembatan PG. Mrican, merupakan salah satu jembatan bersejarah di Kediri selain Jembatan Lama, pada Rabu (2/3/2017) sekira pukul 23.20 membuat warga terpaksa harus berputar bila ingin menuju ke wilayah Kabupaten Kediri. “Jembatan tersebut sebenarnya telah ditutup, namun atas desakan warga kemudian dibuka namun khusus roda dua dan pejalan kaki,” imbuh Kepala BPBD.
Bangunan jembatan diresmikan pada 15 Oktober 1898, tercantum pada prasasti terpasang di tembok jembatan, De Eerste Steen Gelegd Door, Marie Cornelie De Rueter De Wildt, 15 October 1898, digarap arsitek belanda dengan konstruksi dari pilar besi dan bantalan kayu jati.
Sementara di Tahun 1890, Jembatan Lama yang menghubungkan Jl. Brawijaya dan Jl. KDP. Slamet, kondisinya juga tidak terlihat. “Sudah tidak terhitung kami harus melakukan perbaikan jembatan tersebut. Karena faktor usia yang sebenarnya tidak layak untuk dilewati kendaraan roda empat,” jelas Apip Permana, Kabag Humas Protokol Kota Kediri. (nng)
