Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat peresmian RSI Nyai Ageng Pinatih, Gresik, Sabtu (09/10/3031).

GRESIK | duta.co – Meski salah satu rekomendasi (hasil) Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU), bahwa, soal Ketua Umum (Ketum) dalam muktamar ke-34 nanti dipilih berdasarkan metode one man one vote atau voting, tetapi rekomendasi tersebut, bukanlah harga mutlak. Sebab, keputusan tertinggi tetap di tangan muktamirin.

Mengapa? Karena Munas Alim Ulama dan Konbes hanya melibatkan pengurus wilayah (PW) NU tanpa melibatkan pengurus cabang (PC) NU. Padahal, peserta muktamar ke-34 NU nanti, jelas melibatkan seluruh PCNU.

“Hasil Munas dan Kombes memang untuk pemilihan Ketum PBNU one man one vote.  Itu konvensional. Tapi di muktamar, kan cabang-cabang yang ikut. Bisa berbeda (dari rekomendasi Munas dan Konbes) itu. Kalau pesertanya hanya  PWNU saja, mungkin, saja seperti itu,”jelas Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di sela-sela peresmian RSI Nyai Ageng Pinatih, Gresik, Sabtu (09/10/3031).

Sedangkan rekomendasi  pemilihan Rais Aam PBNU jelas, melalui metode ahlul halli wal aqdi (Ahwa), yakni mekanisme perwakilan yang melibatkan ulama-ulama senior pilihan pengurus NU seluruh Indonesia. Mereka ini yang memilih Rais Aam PBNU dengan cara musyawarah mufakat.

Terkait merebaknya survey untuk nama-nama calon Ketum PBNU jelang Muktamar ke-34 NU bulan 23-25 Desember 2021 ini, KH Miftachul Akhyar justru mempertanyakan validitasnya.

“Survei itu ke mana itu? Mestinya survei-survei itu ke Cabang atau yang memiliki hak suara. Lha ini, apa mereka yang mengisi punya hak suara? Ini survey seperti yang ada pilihan-pilihan,” ujarnya dengan tersenyum.

Manut Kiai

Seperti kita baca, Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) merilis sebesar 30,2 persen dari total 1200 responden Survei Nasional periode 23 Maret – 5 April 2021 yang berasal dari segmen masyarakat yang merasa memiliki kedekatan dengan Nahdlatul Ulama (NU). Mereka mengungkapkan calon ketum PBNU pilihannya.

Hasilnya, sebanyak 24,7 persen memilih KH Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jatim). Urutan selanjutnya KH Hasan Muttawakkil Alallah dan Ketua Umum incumbent (petahana) KH Said Aqil.

Juga muncul nama kiai muda, KH Bahaudin Nursalim (Gus Baha) dengan dukungan sebanyak 12,3 persen. Nama-nama lain yang muncul adalah KH Yahya Cholil Staquf, KH Marsudi Syuhud, KH Ahmad Fahrur Rozi Burhan, dan KH Ali Maschan Moesa.

KH Marzuki Mustamar sendiri enggan menangapi hasil survey tersebut. Menurut Ketua PWNU Jatim ini, dirinya manut ulama dan masyayikh jika namanya boleh maju dalam bursa calom Ketua Umum (caketum) PBNU.

“Itu terserah orang-orang, mau mereka bersuara gak apa. Kami rumusnya manut masyayikh. Kalau masyayikh bilang A maka kader NU, seperti saya, Kiai Said Agil Siradj, Cak Imin (Muhaimin Iskandar), Gus Nusron (Wahid), Gus Yahya (Staquf) harus ikut. Begitu juga sebaliknya. Apalagi dawuh masyayikh juga mendengarkan aspirasi bawah. Jika tidak manut itu,  kuwalat. Semua kader NU rumusnya harus itu, manut masyayikh’,” pungkas dia. Pii

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry