Agus Wahyudi, S.Sos., M.Pd – Dosen Prodi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MANUSIA merupakan makhluk romantik, yang tidak pernah dapat lepas dari masa lalu, apalagi yang berhubungan dengan kisah kejayaan. Kisah-kisah kepahlawanan selalu didaur ulang sebagai semacam petuah. Cerita kejayaan nenek-moyang diwariskan turun-temurun sebagai semacam heroisme. Kisah-kisah itu dikonstruksikan sedemikian rupa sebagai sebuah standar ideal.

Dalam konteks Islam misalnya, golongan tertentu meyakini era Nabi Muhammad sampai kekhalifahan merupakan fase paling ideal dalam peradaban Islam. Sebaliknya, era modern dianggap sebagai fase paling kelam bagi dunia Islam.

Berdasar asumsi itu, muncul gerakan mengembalikan Islam ke masa kekhalifahan. Sebut saja misalnya Hizbut Tahrir yang beranggapan kejayaan Islam hanya bisa diraih dengan mendirikan kekhalifahan Islam dan menerapkan hukum syariah secara formal seperti dipraktikkan di masa silam.

Meski dalam bentuk berbeda, kemunculan sejumlah kerajaan di Indonesia belakangan ini tampaknya juga memiliki spirit yang kurang lebih sama dengan gerakan pengusung ide khilafah islamiyyah. Bermunculannya sejumlah kerajaan fiktif antara lain, Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire dan belakangan Negara Rakyat Nusantara bisa dibaca dari dua sisi. Pertama, hal itu barangkali merupakan bentuk kekecewaan terhadap sistem demokrasi dan kapitalisme yang dalam banyak hal belum berhasil menyejahterakan masyarakat.

Kedua, fenomena ini juga bisa dipahami sebagai sebuah bentuk kerinduan terhadap kejayaan masa lampau. Manusia Indonesia, terlepas dari latar belakang keagamaan dan kesukuannya, hampir bisa dipastikan memiliki memori tentang kejayaan Nusantara di masa lalu.

Entah itu didapat dari bacaan, atau kisah yang dituturkan secara lisan. Kisah tentang Majapahit dan Sriwijaya yang memiliki wilayah yang sangat luas, ditambah dengan angkatan militer yang kuat kadung tertancap dalam benak sebagian besar masyarakat Indonesia.

Pun juga kisah-kisah lain seperti betapa heroiknya Gajah Mada, atau betapa agungnya budaya Nusantara yang mampu mewarnai peradaban dunia serta kisah-kisah glorifikatif lainnya. Pendek kata, ada setumpuk kisah masa lalu yang mengendap di alam bawah sadar sebagian besar manusia Indonesia yang setiap saat bisa saja mewujud menjadi sebuah gerakan sosial-politik.

Kemunculan kerajaan fiktif dan sosok-sosok yang mengaku raja tentu bukan pertama kali di negeri ini. Sebelumnya, publik juga pernah dibuat geger dengan kemunculan sejumlah orang yang tidak hanya mengaku-aku sebagai raja, melainkan nabi, bahkan tuhan sekali pun.

Berbagai komunitas yang dianggap menyalahi pakem sosial pun bermunculan, dengan berbagai varian cara pandang, motif dan tujuan. Semuanya timbul-tenggelam seiring berjalannya waktu dan tidak ada satu pun yang berhasil membuktikan klaim-klaimnya yang kerap bombastis tersebut. (bersambung)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry